🅞🅝🅔One

598 57 19
                                    

"Bae JuHyun, kamu benar-benar ga bisa pergi sama aku kali ini?" Gadis yang dipanggil Bae JuHyun -yang kelewat cantik itu- menyilangkan kedua tangannya didepan dada.

"Gak bisa. Beneran. Aku ga bohong. Aku ada jadwal siaran hari ini." katanya

"By the way, namaku Irene." koreksinya

Gadis bermata tajam dan tinggi semampai itu tidak bisa menahan dirinya untuk tidak memutar kedua bola matanya.

"Sumpah ya,, aku ga suka nama yang kebarat-baratan. Lagian punya nama pake punya dua segala." gerutunya.

Irene tidak peduli dengan sahabatnya ini. Kang SeulGi.

"Aku janji bakal nemenin kamu besok. Hari ini aku beneran ada jadwal. Oh My God! Aku bakal telat kalau begini." Irene melirik jam tangannya.

"Oke, aku duluan." Irene mengambil tasnya dengan cepat.

"Awas ya,, Kalau aku liat kamu jalan sama Mino sunbae!!"

Irene menoleh lalu memamerkan gigi-giginya yang rapih.

"Aku ga ada janji sama dia. Tapi kalo tiba-tiba kangen, gimana?"

Irene tertawa kecil lalu melambaikan tangannya kearah SeulGi.


Bae JuHyun. Atau, panggil saja Irene. Dari awal, ia tidak begitu paham mengapa dari kecil memanggilnya dengan nama kebarat-baratan seperti itu. Namun, orangtuanya memang cukup antimeanstream. Mereka selalu bilang, bahwa nama Irene bisa membawanya keberuntungan suatu saat nanti. Mungkin saja ia akan menjadi idol dan harus mengganti nama dengan nama yang lebih hitz jadi ia tidak perlu ambil pusing mencari nama. Ya, walaupun ia tidak pernah yakin akan menjadi seorang idol.

Irene melangkahkan kakinya lebar-lebar ke gedung siaran radio SBS. 10 menit lagi, jika ia telat, itu berarti ia menghancurkan siaran berharga miliknya yang hanya diadakan dua minggu sekali. Itu buruk. Ponselnya berbunyi nyaring, dengan kesal Irene mengangkat panggilan tersebut.

"Bersabarlah sedikit. Aku sudah berada di depan ruangan!" hardiknya.

Teman siarannya ini memang tipikal orang tidak sabaran. Menyebalkan.

"Mianhae, aku terlambat. Ah tepatnya, sangat tepat waktu." Irene menggaruk tengkuknya sambil cengengesan.

Para staff hanya menggelengkan kepalanya.

"Ayo cepat, temanmu sudah menunggu." kata PD Han.

Irene berjalan cepat menuju kotak siaran.

"Aku tidak akan pernah telat, Kim JongIn. Aku hanya sangat tepat waktu."

Irene duduk dikursinya sambil menatap teman siarannya.

"Kamu benar-benar kelihatan menyebalkan jika memanggilku dengan 'JongIn' "

Irene mendengus."Oke, aku salah. Kai."

Kim JongIn atau biasa disebut Kai adalah mahasiswa jurusan penyiaran. Sama sepertinya, Kai adalah penyiar magang. Namun bedanya, universitas Kai lebih dekat dengan universitas Irene. Dan lelaki itu selalu datang lebih dulu.

Lelaki itu berdecih. "Liat aja nanti. Kalau suatu hari nanti kamu terlambat..." Kai tidak melanjutkan kata-katanya.

Irene menaikkan alisnya "Apa?"

Kai berdeham. "Kamu harus putus sama pacar kamu dan jadian sama aku."
Irene menggelengkan kepalanya. "Sinting!"

"Oke, kita mulai. One, Two, Three. Action!"





3 Jam berlalu dengan cepat. Irene merenggangkan otot-ototnya. Lelah.

"Tadi benar-benar gila. Gimana bisa ada orang bunuh diri gara-gara di PHPin sama RolerPlayer? Gak masuk akal! Padahal itukan dunia maya." komentar Kai.

Tangannya sibuk merapihkan mejanya. Irene mengangguk setuju.

"Nyatanya benar-benar ada. Pemikirannya sempit banget." Irene menghela napas.

"Dan berani taruhan? Kalau orang yang PHPin tadi benar-benar nyesel." tambahnya.

Kai mendorong pintu ruang siaran dan membiarkan Irene keluar lebih dulu. "Gomawo."

Irene dan Kai melangkahkan kaki mereka dengan tempo sedang menyusuri gedung SBS yang besar.

"Kayanya, orang itu ga terlalu menyesal." Kai melanjutkan topik mereka yang sempat terputus.

Irene mengerutkan dahinya. "Kayaknya dia lebih takut di gentayangin arwah si cewek itu deh."

Mendengar penuturan Kai, Irene tergelak lalu terkekeh pelan. "Ngaco!"

Tapi, Irene juga membenarkan kata-kata Kai.

"Yakin deh. Hidupnya ga tenang. By the way, kamu belajar berapa bahasa sih? Sampai cerita tadi aja kamu bisa terjemahin dengan lancar." tanya Kai.

" Di mata kuliah, kita belajar 10 bahasa. Tapi, aku belajar otodidak 5 bahasa. Jadi 15 bahasa."

Kai bertepuk tangan. Heboh. Terlalu heboh sehingga terkesan norak di mata Irene.

"Pantes aja, kamu diterima jadi penyiar acara ini. Hampir seluruh dunia menceritakan pengalamannya, kamu menerjemahkan kedalam bahasa Korea dan Inggris dan semua tau tentang cerita mereka."

"Siaranmu juga bagus. Kau membuat semuanya hidup. Aku yakin itu alasan mengapa PD Han memilihmu." Irene membalas pujian Kai.

Kai menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Kita semua punya kelebihan masing-masing. Bukan begitu?" Irene mengangguk.

"Kamu mau aku anterin gak? Aku bawa mobil." Kai menawarkan tumpangan.

Walaupun ia tau, rumah Irene lebih jauh daripada rumahnya. Namun, hari sudah malam. Jujur, Kai tidak tega jika melihat seorang gadis pulang sendiri dengan bus.

Irene menggeleng. "Gak perlu, Rumahku lebih jauh dan kita ga searah. Lagian aku bisa pulang sen-"

Omongan Irene terputus. Ketika suara yang sangat familiar memanggil namanya.

" Joohyunie!"

Ih gue nulis remahan kacang :((
Intro dulu yaaa eheee

Voment juseyooo

𝕒𝕜𝕦 𝕘𝕒 𝕟𝕘𝕖𝕣𝕥𝕚 𝕜𝕖𝕟𝕒𝕡𝕒 𝕓𝕚𝕤𝕒 𝕟𝕘𝕖𝕡𝕠𝕤𝕥 𝕔𝕖𝕣𝕚𝕥𝕒 𝕣𝕖𝕞𝕒𝕙𝕒𝕟 𝕜𝕒𝕔𝕒𝕟𝕘 𝕓𝕖𝕘𝕚𝕟𝕚𝕒𝕟.

When You...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang