Six

108 30 4
                                    






Jangan lupa voment yaaaaaa

orang gampang sihhh 

voment doang mah :"





Sehun menatap gadis cantik beraura dingin yang sedang asik menyeruput smootienya.

"Cih! Bahkan kau minum."

Gadis itu mengangkat pandangannya kearah Sehun lalu menatapnya dengan tatapan prihatin.

"Kamu ini kolot banget sih! Tinggal minum aja susah banget. Minum aja! Aku tau kita ga merasa lapar dan haus." cecarnya. Sehun menghela napas lalu menyeruput bubble teanya dengan ragu. "Lagipula, kita sedang menyamar. Kita tidak mungkin tidak melakukan perkerjaan seperti manusia. Mereka akan curiga. Kita akan bahaya."

"Lalu kenapa aku harus meyakinkan Bae Irene?"

"Itu beda cerita. Kamu harus melindungi dia. Dan dia harus tau siapa kamu. Apa tidak akan aneh jika tiba-tiba kau menolongnya tanpa tau siapa kamu? Ia akan bercerita kepada teman-temannya betapa anehnya dirimu dan ketika teman-temannya tau, kau akan-"

"Aku tau krys, itu sangat buruk. Tapi masalahnya, Irene belum percaya kalau aku malaikat."

"Sudah kuduga. Ini akan menjadi hal yang paling sulit."

Krystal Jung mengibaskan rambutnya. Saat itu juga lelaki yang lewat melirik kearahnya. Melihat pemandangan itu Sehun memutar kedua matanya.

"Malaikat macam apa kau!? Dasar genit!" hardiknya. Krystal berdecak. "Yak! Jaga ucapanmu itu. Aku itu sunbaemu (senior) tau!" Sehun menghela napas. Ia benar-benar pusing. Berapa lama waktu yang dibutuhkan agar Irene percaya padanya? Itu akan membuang waktunya.

"Dia bisa menyentuhku, melihatku, bahkan ketika ia mencubitku aku mengaduh kesakitan. Ketika ia memintaku mengeluarkan kekuatan, aku tidak bisa mengeluarkannya."

"Ia harus percaya padamu. Baru kau bisa kasat mata, tidak merasakan kesakitan dan bisa mengeluarkan kekuatanmu." kata Krystal. Sehun menaikkan satu alisnya. "Kotjimal(Bohong)!"

Krystal berdecak. "Aku gak bohong. Siapa suruh kamu membuat gara-gara. Seharusnya kamu tidak disini Oh Sehun. Nambah-nambahin kerjaan aja sih!"

"Yaudah kalau gak mau bantu." kata Sehun. Krystal bangkit dari tempat duduknya. "Aku sih ga apa. Bye, Oh Sehun." Krystal tersenyum lalu melambaikan tangannya kearah Sehun. "Bilang aja kalau males mah!"

Sehun memandang kearah jendela Krystal menyebrangi jalan yang sepi. Disudut jalan, gadis itu menghilang. "Bodoh. Kenapa menghilang ditempat seperti itu sih?"












"Gwenchanayo?"

Irene mengerjap beberapa kali. "Ah, gwenchana." Mino duduk disebelah Irene. "Kayaknya kamu bosen." Irene tersenyum. "Sedikit. Tapi ga apa. Oppa aja sering nunggu aku." Mino membalas senyum Irene. "Urusan kamu udah selesai?" tanya Irene. Mino mengangguk. "Udah. Aku laper. Ayo kita makan." Irene mengangguk bersemangat. Ia benar-benar lapar. Sungguh. "Semangat deh kalo soal makan." sindir Mino. Namun lelaki itu tetap tersenyum.

"Iya dong." kata Irene sembari menampilkan deretan giginya yang rapih. "Kajja."

"Kamu suka banget sih makan disini." kata Mino. "Enak sih." jawab Irene. Mulutnya penuh dengan sushi. "Oppa ga makan?"tanya Irene. "Ini mau." Mino menyumpit sushinya. "Tapi aku akuin. Sushi disini emang beda sama sushi lainnya." tutur Mino.

"Oiya aku mau tanya." kata Mino. "Tadi cowok yang ngobrol sama kamu... siapa?"

Jujur. Irene tidak tau harus berkata apa kepada pacarnya ini. Sehun tetangganya. Tetangga tapi...

When You...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang