Ten

119 18 6
                                    

Ada yang mungkin kangen sama cerita unfaedah ini?
Udah ah ga penting kan yaa..





Vote
Dan comment...

Cihuyyy





Hari ini, Irene tidak bisa tenang. Bagaimana bisa ia tenang jika Oh Sehun dengan santainya berjalan-jalan di sekitar kelasnya. Ia benar-benar frustasi. Bagaimana jika ada yang tidak sengaja menyentuhnya? Mau menangis saja rasanya.

Seulgi yang menyadari gerak-gerak aneh Irene hanya menatap sahabatnya dengan tatapan bingung. "Irene-ah, gwenchanayo?"

Irene menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Kamu punya id line Jennie sunbaenim?"

Irene sebenarnya tidak serius, ia tidak ingin dilihat mencurigakan. Dan entah mengapa, malah gagasan itu yang muncul di otaknya.

Seulgi menaikkan satu alisnya. "Kamu ngapain ngontak mantan nya si pacar?"

Irene menggigit bibir bawahnya. "Aku pikir, Jennie sunbaenim lebih tau Mino oppa daripada aku. Enggak ada salahnya, kan aku nanya kedia?"

Seulgi menepuk jidatnya. "Emang enggak ada cara lain?"

Irene mengangkat bahunya.

"Kamu tau sendiri, aku ga terlalu akrab banget sama temen-temen Mino sunbae. Cuma sekedar say hello daan-"

"Emang kamu deket sama Jennie sunbae? Ayolah, Irene kamu jangan membuka kesempatan untuk Jennie sunbae mengingat masa lalunya dengan Mino sunbaenim." kata Seulgi.

"Yak! Kang Seulgi! Apa yang kau bicarakan!? Maju kedepan dan terangkan masalah ini."

Seulgi menghela napas. Gadis itu bangkit dari kursinya lalu berjalan menuju depan kelas. Baiklah, Seulgi akui, Seungri saem memang tampan. Tapi ini perkuliahan! Bukan zaman SMA yang ngobrol sedikit maju kedepan kelas.

Namun, kalian harus tau, gadis bernama Kang Seulgi itu memang cerdas. Buktinya ia bisa menjelaskan dengan baik. Sedangkan Irene, entah mengapa tatapannya tertuju kepada sosok Oh Sehun yang sedang berdiri memandang keluar jendela. Tubuhnya terkena langsung cahaya matahari. Irene menegakkan tubuhnya. Irene mengerjap berkali-kali. Memastikan pengheliatannya benar-benar berfungsi dengan baik.
















Cahaya matahari itu.. menembus tubuh Oh Sehun.

Irene mengerjap. Tidak! Ia yakin, itu pasti karena efek jubbah gaibnya. Ya, dia yakin itu!



















"Kamu enggak pake jubah kamu lagi?" tanya Irene. Mereka duduk di halte bus dekat kampus. Waktu sudah menunjukkan pukul 4 PM Hari ini adalah jadwal siaran Irene. Belum sempat Sehun menjawab, bis yang mereka tunggu datang. Setelah membayar dan mendapat tempat, mereka melanjutkan obrolan mereka

"Males."

"Mwo!?"

Sehun menatap Irene dengan malas. Sedangkan Irene masih menatap Sehun dengan tatapan bingung.

Irene mengamati lelaki itu. "Jubahnya mana?" Sehun menghentikan langkahnya. "Ku titipin temen."Irene menadang Sehun dengan bingung. "Kamu pikir, aku enggak punya temen? Mau jadi apa aku hidup dalam dua dunia kalau enggak ada temen?"

Irene tampak berpikir. Ia belum percaya dengan Sehun seutuhnya. Karena, ya... Ini benar-benar fantasy dalam kehidupannya. Bahkan santa claus saja ia tidak percaya. Bagaimana dengan malaikat setengah manusia ? Atau manusia setengah malaikat? Memikirkan hal itu membuat kepalanya berdenyut.

Hening. Tidak ada yang berbicara. Semua sibuk dengan pikiran masing-masing.

Irene terus memikirkan, sebenarnya Sehun itu makhluk apa? Irene terus beasumsi dalam hatinya sampai suara Sehun membuyarkan segala bentuk pikirannya.

"Aku tuh bukan manusia setengah malaikat atau malaikat setengah manusia."

Irene menoleh dengan cepat kearah Sehun. Bagaimana bisa... Ia membaca pikirannya?

"Aku manusia. Belum seharusnya mati. Tapi aku mau mati. Dan aku menyesal."

Irene mengubah posisi duduknya akan menyamping. Tertarik dengan cerita lelaki disebelahnya ini.

"Waktu itu malam hari. Hari Selasa. Aku inget banget..." Sehun menatap langit-langi bus lalu menghela napas.

"Ada seseorang yang ingin bunuh diri dengan cara menjatuhkan dirinya digedung setinggi 5 lantai waktu itu.Ya, itu gedung kampusku. Kebetulan aku disitu. Dan aku juga ingin bunuh diri dan sedang frustasi."

"Awalnya, aku tidak peduli. Aku tidak berniat menolong sama sekali. Aku juga sedang sibuk memikirkan bagaimana cara bunuh diri yang bagus. Karena cuaca musim panas saat itu juga ya.. Mendekati musim gugur. Jadi tidak terlalu panas lagi. Pohon-pohon juga sudah mulai berubah warna. Aku suka waktu seperti itu dan kupikir saat-saat musim seperti itulah, baik untuk mati."

Irene tertegun mendengar cerita Sehun. Ia tertarik. Tentu saja.

"Namun, kupikir jika wanita itu mati dan aku disitu aku akan disalahkan sebagai tersangka. Bisa jadi karena hal sepele seperti itu, aku tidak jadi bunuh diri. Jadi..."

Irene menatap Sehun dengan tatapan penasaran

"Penasaran banget ya?"

Irene berdecih. Kesal sekali. "Kita sudah sampai. Ini gedung siaranmu kan?" Irene dan Sehun bergegas turun dari bus. Irene menatap Sehun yang jauh lebih tinggi darinya.

"Aku enggak akan ikut kamu keruang siaran. Sampai jumpa nanti."

Irene menatap punggung Sehun lamat-lamat. Lalu mendesah kuat. "Astaga, apa yang sebenarnya terjadi dalam hidupku ini!!??"






Boleh bolehh..

Tapi aku lebih aktif di twitter sih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Tapi aku lebih aktif di twitter sih.. Baru sebulan inilah.. Setelah lama ga main twitter

Isinya sebenernya polow polowin fansite

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Isinya sebenernya polow polowin fansite..ehe

When You...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang