Five

149 28 11
                                    


Irene menatap lelaki dihadapannya dengan tatapan tidak mengerti. Irene menghela napas. "Kau mengikutiku sampai kampus rupanya, Oh Sehun-ssi?"

Irene sudah mengakhiri jadwal kuliahnya. Ia ada janji dengan Mino untuk mengantarnya ke showroom. Namun Irene benar-benar terkejut. Karena tetangganya benar-benar mengikutinya sampai kampus.

"Kau tidak kuliah? Atau mungkin bekerja?" tanya Irene. Sehun menggeleng. "Jadi untuk apa kau kesini?"

"Aku kan sudah bilang aku akan berada disekitarmu selama 6 bulan."

Irene menjentikkan jarinya. "Ah,,, kau benar. Tapi... Aku bukan idol dan tidak perlu manager." kata Irene gemas.

Ia tidak habis pikir. Bahwa bukan hanya HeRin yang agak aneh. Ternyata, tetangga barunya jauh lebih aneh. Sepertinya perkataan BaekHyun bahwa yang waras hanya dirinya dan Baekhyun itu benar adanya.

Lelaki itu diam. Tidak menyangkal perkataan Irene. Irene menatap Sehun. Ia yakin, lelaki itu akan mengatakan sesuatu."Kau harus percaya padaku."

Irene mengerjap. Diluar dugaannya. Lelaki itu malah meminta dirinya untuk percaya kepadanya. Irene baru bertemu dengannya tadi pagi. Lelaki itu mengaku bahwa dirinya malaikat dan arghh benar-benar.

"Percaya apa?"

"Percaya aku malaikatmu."

"Oh God."

Irene mendengus kesal lalu pergi melewati tetangganya yang entahlah, sepertinya sedikit mengalami gangguan jiwa.

"Chankkaman!" Sehun menarik tangan Irene. Tubuh Irene yang kecil dengan mudah berbalik.

"Mwo?"

"Kau harus percaya."

Irene memejamkan matanya. Lalu memijat pelipsnya. "Oh My God." erangnya. "Dengarkan aku, Oh SeHun-ssi."

Irene menyentuh lengan atas Sehun. "Aku bisa menyentuhmu."

Lalu Irene menatap Sehun. "Aku juga bisa melihatmu."

Irene mencubit lengan Sehun. Lelaki itu mengaduh. "Kau bahkan merasakan sakit."

Irene melipat kedua tangannya didepan dada. "Keluarkan kekuatanmu."

Irene menatap jam tangannya. "Waktuku tidak banyak. Ayo keluarkan."

Sehun hanya berdiri mematung. Menatap lekat sosok Irene yang sedang menatapnya juga.

1 menit berlalu... Irene menghela napas. Gadis itu tersenyum. "Makanlah yang banyak dan jangan tidur terlalu larut. Sampai jumpa."

Sehun menatap kepergian Irene dengan tatapan kosong. Ia benar-benar harus membuktikan. Tapi bagaimana caranya?












Kang Seulgi hanya menatap sosok yang tidak asing baginya. Namun dirinya sudah pasti asing dimata lelaki itu. Lelaki itu sedang berjalan membawa setumpuk brosur dari ruang organisasi. Ya, lelaki itu adalah ketua organisasi kampusnya.

"Chogiyo."

Seulgi mengerjap. Lelaki yang sedari tadi ia perhatikan berdiri tepat dihadapannya.

"Ah,, ne?"

"Kamu,, Kang Seulgi kan?"

Terkejut. Tentu saja. Bagaimana tidak? Lee Taeyong mengetahui namanya? Keajaiban.

"Bisa bantu aku sebar brosur ini? Disekitar sini ga ada orang yang aku kenal. Aku cuma tau kamu. Mau bantu?"

Seulgi mengerjap. "A.. itu brosur apa, sunbae?"

"Bedah buku. Seharusnya brosur ini udah dibagiin kemarin. Tapi sepertinya tim acara kelupaan atau bagaimana aku juga ga ngerti."

Terlihat jelas bahwa Taeyong kesal. Namun berusaha menyembunyikannya.

"Oke ga apa. Aku juga lagi kosong." Seulgi bangkit dari zona nyamannya dan mengambil sebagian brosur di tangan Taeyong.

Seulgi tau, pekerjaan seperti ini pasti melelahkan. Namun Seulgi merasa ini sangat menyenangkan. Ya ampun,,, ia benar-benar ingin menelpon Irene sekarang juga.





"Sunbae,"

"Hmm?"

Taeyong membagikan brosur yang tinggal sedikit. Bahkan, sebenarnya Taeyong tidak perlu meminta bantuannya. Karena dengan senang hati para gadis menghampirinya dan mengambil brosur tersebut. Namun, tidak apa. Seulgi senang bisa membantu Taeyong.

"Kenapa sunbae bisa mengetahui namaku?"

Taeyong tersenyum kecil. "Oh God."batin Seulgi. "

Kau tim cover dance kampus ini bukan?" Seulgi mengangguk. "Kau cukup terkenal. Kau saja yang tidak sadar."

"Taeyongie!" seorang wanita berpenampilan casual berlali kecil kearah mereka berdua.

"Mianhae, seharusnya bukan kamu yang bagiin ini. Kemarin eomma sakit jadi aku harus pulang."Taeyong mengangguk.

"Aku tau itu, Jennie. Mana Johnny dan Wendy? Seharusnya ini tugas mereka juga. Kalian satu tim."

"Mereka bakal datang. Tenang aja. Oh, Kang Seulgi, I'm so sorry and thank you." kata Jennie tulus.

"No problem. Aku pergi dulu." Seulgi membungkuk hormat. "Kamsahamnida, Kang Seulgi. Aku akan mentraktirmu lain waktu."

Seulgi membalikkan tubuhnya. Dengan cepat meraih ponsel di kantong celananya.

Gadis itu memencet panggilan cepat nomer 2.

"Oke. Bae Irene. Dengarkan aku. Dan kamu harus percaya sama aku."

"Arggh!! Kenapa orang-orang selalu mengatakan hal itu padaku!!???"

Seulgi menjauhkan ponselnya dari telinga. Lalu mendekatkannya lagi. "Aku tidak peduli. Kamu harus percaya sama aku. Oke,, aduh bagaimana ini?? Aku harus cerita dari mana... Bae Irene... Aku benar-benar bahagia...."

Sudah tiga minggu aku tidak apdet :"
Mungkin tida ada yang kangen :3

Aku baru kelar UAS.. jadi kemaren fokus dulu hehe...

Happy reading..

Thanks alloyals yang mau bantuin promote cerita so neumo unfaedah ini..
Hehewww



Voment yaaa jangan lupaaa...

When You...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang