Four

178 33 4
                                    


Irene menatap buku catatan itu lekat-lekat. Setelah pulang kuliah, Irene langsung buru-buru pulang kerumah dan membaca buku catatan itu. Irene tertegun. Buku ini bukan berisi novel fiksi. Ataupun curahan hati. Namun, kenapa buku ini terkesan seperti ensiklopedia? Atau buku petunjuk? Entahlah, ia juga bingung.



Ting Tong





Bel rumah Irene bedera. Gadis itu bangkit dari duduknya dengan malas. "Siapa malam-malam datang?" gumamnya.

"BaekHyun-ah? Wasseo (Sudah Datang)?"

Lelaki yang tidak terlalu tinggi itu mengaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Iya nih, baru aja sampe. Ini ada oleh oleh dari Petra."

BaekHyun memberikan tas kecil kepada Irene.

"Wahh!! Kamu inget aja. Gomawo."

BaekHyun mengangguk. "Cuma kamu yang waras di sekitar sini."

Irene tertawa kecil. "Kita cuma bertiga disini. Dan semua waras." tekannya.

BaekHyun terkekeh.

"Kamu tau? Dibawah ada tetangga baru."

Irene memebulatkan kedua matanya."Really?"

"I'm sure. Tadi aku lihat seorang laki-laki masuk ke rumah bawah. Sepertinya barang-barangnya sudah dimasukkan kedalam rumah. Soalnya tadi dia masuk ga bawa barang barang gitu."



Irene melangkahkan kakinya keluar rumah. "Kamu mau kemana?"


"Liat tetangga baru dari balkon lantai dua. Disini ga bakal keliatan."

Irene menuruni tangga menuju balkon rumah Baekhyun dan HeRin Seo. Seorang lelaki bertubuh tinggi dan agak kurus keluar dari kediamannya. Tubuhnya dilapisi sweater berwarna abu-abu. Irene tidak bisa melihat jelas bagaimana wajah lelaki tersebut. Karena sebagian tubuhnya tertutup syal.

Musim Gugur kali ini lebih dingin. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana rasanya musim dingin nanti jika musim gugur saja sudah sedingin ini. Irene bisa melihat, dari arah yang berlawanan Herin Seo berjalan-seperti biasa- dengan menunduk. Gadis itu hampir saja menabrak si tetangga baru. Untunglah, gadis itu cepat menyadari dan mendongakkan kepalanya.

Ada gerak dari Seo HeRin yang membuat Irene bertanya-tanya.

Gadis itu tampang sangat terkejut. "Baekhyun-ah! Lihat itu!" Irene menunjuk Herin yang masih berdiri mematung menatap si tetangga baru. Sedangkan si tetangga baru terlihat tidak memberikan reaksi apapun.

"Kenapa dia kaget banget kaya gitu?"

Baekhyun menyipitkan kedua matanya. "Mungkin tetangga baru begitu buruk rupa." Jawabnya asal.

"Kamu belum lihat wajahnya?"

Baekhyun menggeleng. "Aku lihat punggungnya doang."

Irene berdecak. Rasa penasarannya belum terjawab.

"Yasudah kalau begitu. Mungkin lain kali. Aku masuk dulu ya,, Aku ada kerjaan."kata Irene.

Baekhyun mengangguk. "Berjuanglah. Aku ingin istirahat. Bye." Baekhyun melambaikan tangannya.

Irene membalasnya. "Beristirahatlah. Jangan lupa makan."




Irene merenggangkan otot-ototnya. Sudah pukul 8.30 KST. Irene benar-benar tidak sadar jika hari sudah malam. Setengah harinya , ia mengerjakan tugas kampus dan menerjemahkan buku itu. Buku tentang... Malaikat?


"Aku bahkan baru tau didunia ini ada tiga tipe malaikat. Malaikat yang diciptakan oleh Tuhan, seseorang yang sudah meninggal lalu menjadi malaikat dan malaikat... Tapi ini aneh. Bagaimana mungkin seseorang yang berada di dua dunia bisa menjadi malaikat. Untuk apa? Dan bagaimana bentuknya?"

Irene terus bertanya pada diri sendiri.

"Oke aku gila. Dan aku sangat lapar."

Irene mengambil mantelnya lalu bergegas keluar rumah. Di lantai dua, Herin Seo tampak sedang tergesa=gesa.

"Annyeong, Herin-ssi."

"A-annyeong, Irene-ssi."

"Kamu buru-buru banget. Mau kemana?"

"Kerja part time. Sampai jumpa."

Irene mengerutkan dahinya. " Kerja part time? Malam-malam begini?" Irene menuruni anak tangga dengan tempo lambat.







"Apa mungkin dia pelayan di subway? Atau kasir di supermarket? Atau sopir di night club? Hei! Itu berbahaya. Ga mungkin orang kaya Herin jadi sopir. Tapi, opsi ini lebih mendukung daripada dia jadi pelayan. Dia kayaknya takut kerumunan dan bertemu orang banyak."

Irene terus menggumamkan semua opsi di kepalanya tentang pekerjaan Herin. Jujur, ia bahkan baru tau jika gadis itu bekerja. Memang bisa?




Sampai gadis itu tidak sadar, dirinya hampir menabrak seseorang.

"Jangan tabrak aku."


Irene mendongakkan kepalanya. Pandangannya terhalang sinar lampu jalan sehingga ia mengangkat tangannnya dan menaruhnya dipelipis.

"Tetangga baru?"

Irene berusaha menebak karena bajunya sama persis dengan si tetangga baru kenakan tadi sore.

Wajah si tetangga baru benar-benar jauh dari kata buruk rupa.

"Bagaimana bisa ia begitu tampan? Apakah ia malaikat?batin Irene


Walaupun tampan. Wajah lelaki itu benar benar dingin.

Lelaki itu mengangguk. Tanpa tersenyum sedikitpun.

"Bae Irene."

Irene menaikkan alisnya. "Bagaimana kau mengetahui namaku?" Irene melangkah mundur. Takut. Mungkin sajakan, kalau tetangga barunya ternyata seorang penguntit??

"Mahasiswi jurusan bahasa semester 4. Menguasai 15 bahasa. Kau tinggal sendiri. Bersahabat baik dengan Kang Seulgi. Dan pacarmu bernama Song Mino."

"Hei! Kau ini sebenarnya siapa!?"tanya Irene. Sebenarnya ia takut tapi.. ia tidak ingin terlihat lemah.

"Mulai sekarang sampai 6 bulan kedepan. Mungkin kau akan bosan melihatku berada disekitarmu."











"K-ke-kenapa?"






















"Aku Oh Sehun. Dan aku malaikatmu untuk 6 bulan kedepan."












"M-mwo!!???"







HAII YEOROBUN

Jujur aku lagi tidak mood. Banyak war di media sosial yang bikin aku miris:(( 

Sabar itu susah ya... Jadi di kpopers di suudzonin mele :V

Ya sudah..

Happy Holiday yaa kalian semua...

Jangan lupa voment..

Tidak susah. Dan tidak perlu tutorial.





When You...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang