"Kenapa kalian menggunakkan HT sedangkan aku tidak?" Aku berucap saat para penata rias mulai merapikan rambutku sedangkan pandanganku terfokus pada Kris dan Jongin yang saling membenarkan kabel HT pada telinganya.
"Ya! Aku sedang berbicara!" aku mulai kesal saat mereka belum juga menjawab pertanyaanku dan masih terfokus pada kabel-kabel HT sialan itu.
"Aigoo.." Jongin berjalan mendekat dan menepuk bahuku dari belakangnya. "Calon mempelai tidak boleh emosi di pagi hari ini. Ingatlah kalimat yang harus kau ucapkan di altar nanti." Jongin sedikit tertawa dan menunjukkan kepalan tangan dan mengucapkan kalimat Fighting hanya dengan gerakkan mulutnya tanpa suara sedangkan aku masih menatapnya dengan kesal.
"Diamlah Kamjong!" suaraku masih terdengar kesal.
"Daddy."
Jiwon berjalan menuju tempat dimana aku duduk dengan membawa bunga dan kotak cincin di tangannya.
"Jiwonnie tampan?" Jiwon berpose saat tiba didekatku. Aku tersenyum melihat tingkahnya dan meminta ia untuk duduk pada kursi di sebelahku.
"Mohon tunggu sebentar Tuan Park. Aku akan mengambil jas anda." Aku menganggukkan kepala dari cermin kaca dihadapanku dan ia segera melangkah pergi.
Pikiranku masih terbayang bagaimana kondisi Baekhyun, bagaimana perasaannya. Bahkan hari ini aku tidak mendengar berita apapun darinya, menanyakkan pada Jongin juga percuma karena kamjong itu hanya akan mengatakan kalimat yang sama berulang-ulang.
"Kalian akan bertemu di Altar-kan? Bersabarlah."
Aku menyesal meminta dia menjadi Best Man untuk pernikahanku, karena ia sama sekali tidak berguna disaat-saat sekarang.
Penata rias itu kembali dan memintaku untuk bangkit berdiri dan mengenakkan jas berwarna Milky White. Well terlihat cukup tampan.
Setelan yang berukuran sangat pas pada tubuhku, dengan kemeja berwarna senada dan juga celana katun putih dengan model skinny yang tepat membungkus kaki jenjangku.
"Wow! Kali ini aku akui bahwa kau memang tampan." Kris bertepuk tangan dan memberikan dua ibu jarinya kearahku.
Aku memberikan senyum sinisku padanya sebagai balasan.
Penata rias membantu merapikan kerah pada leherku dan memberikan parfume di seluruh badanku, hingga akhirnya dia memberikan kode pada Jongin bahwa aku sudah siap berangkat.
Jongin dan Kris terlihat sibuk berbicara dari HT nya sementara aku mengikuti mereka berjalan turun menuju lobby salon ini.
Aku berjalan menggandeng Jiwon yang sesekali memperhatikan bagaimana aku berjalan dan dia mengikutinya, kepalanya mendongak keatas dan tangannya sedikit kaku mengikuti gerakan kakinya yang melangkah. Beberapa pengawal di belakangku masih berjaga jarak dan tetap memantau perjalanan kami hingga mencapai lobby. Jongin memintaku untuk duduk di ruang tunggu sementara ia memanggilkan mobil kami tiba, dan aku hanya bisa mengiyakan.
Hari ini adalah hari dimana seorang Park Chanyeol menjadi seorang penurut.
Mobil Mercedez Benz-AMG S 63 Coupe berwarna hitam yang beberapa bulan lalu resmi menjadi milikku kini berada tepat didepan posisiku berdiri.
Mobil ini untuk Baekhyun!
Aku merutuki siapapun yang mengijinkan mobil ini turun di jalan dan bahkan digunakkan sebagai mobil untuk membawaku ke gereja.
"Silahkan masuk kedalam mobilmu Tuan Park." Jongin membukakan pintu mobil dan memintaku masuk dengan kepalanya yang digerakkan menunjuk mobil ini.
"Kau tahu mobil ini untuk siapa?"
YOU ARE READING
Our Destiny - END (CETAK)
RomanceTakdir Cinta dalam hidup ini tidak ada satupun mengetahuinya sampai saat itu tiba. Baekhyun. Chanyeol. Sehun If you love two people at the same time, choose the second one. Because if you really loved the first one you wouldn't have fallen for the...