07

3.8K 210 3
                                    

Bea melangkahkan kakinya memasuki area kantin yang sudah mulai dipenuhi oleh siswa dan siswi yang bertujuan untuk memenuhi perutnya. Dengan bingung, Bea mencari keberadaan dua perempuan yang notabennya adalah sahabatnya sendiri.

"Lama banget lo nyalin," ucap Angel begitu Bea sampai di tempat duduknya.

"Lelet," timpal Vera, Bea mencibir ke arahnya.

"Sana pesen, nanti keburu abis," tambah Vera sambil menyuapkan bakso bulatnya ke dalam mulutnya. Tanpa disuruh dua kali, Bea bergegas berjalan menuju antrean.

"Mbak, bakso satu porsi, minumnya es jeruk aja," pesan Bea begitu gilirannya tiba.

"Tunggu ya," ucap Mbak-mbak itu sopan kemudian berlalu menyiapkan pesanan Bea.

Baru saja Bea hendak berjalan keluar antrean, sebelum akhirnya sebuah air dingin membasahi baju dan rambutnya.

Bea terkejut kemudian mendongakan kepalanya menatap perempuan berbaju ketat dengan tiga minion di kanan dan kirinya.

"Oh... jadi ini PACARNYA Darrel," ucapnya dengan menekan kata 'Pacar' dan tersenyum sinis, "Buluk juga ya, hahaha."

Perempuan itu tertawa diikuti kedua dayangnya. Membuat tatapan satu kantin mengarah pada mereka.

"Kalo udah begini, Darrel masih mau gak ya?" tambah minion yang berada di sebelah kanan.

"Kayaknya sih gak, udah buluk tambah buluk," mereka bertiga kemudian tertawa bersama.

Bea diam. Menundukan kepalanya. Ia lemah. Memang. Sangat lemah. Tak tahu harus membalas apa, Bea menangis dalam diam.

"Adududu, gak ada yang nolong ya?"

"Kan udah buluk, Darrel mana mau."

Lagi-lagi mereka bertiga tertawa membiarkan Bea tetap menunduk dan menangis diam.

Perempuan yang merupakan 'bos' mereka meraih rambut lepek Bea dan menariknya kencang, membuat Bea mengaduh kesakitan.

"Jauhin Darrel, dia punya gue," ucapnya, menarik rambut Bea semakin kencang. Bea meringis.

Salah satu dayangnya menumpahkan segelas susu coklat, sebelum akhirnya susu coklat itu malah menyiram dirinya sendiri.

"What the?!" pekiknya sebal. Ia mendongak dan terkejut mendapati wajah datar dan dingin khas lelaki ini.

"Lo, lepas tangan lo," desisnya tanpa melepas pegangan eratnya.

Perempuan yang semula menjambak rambut Bea tersenyum manis dan melepaskan jambakannya dari rambut Bea.

Dengan segera Darrel menarik Bea, membawanya bersembunyi di balik punggung tegapnya.

"Lo sentuh dia, lo mati," ucap Darrel, mata elangnya menatap ketiga orang di depannya dengan tajam. "Sekalipun lo cewek."

Setelah berkata demikian, Darrel menarik paksa Bea, menautkan jari besarnya dengan jari Bea yang mungil.

Berjalan dengan Bea yang berada di belakangnya menuju UKS yang tidak jauh dari kantin.

Darrel mendudukkan Bea di kasur UKS, sebelum akhirnya perempuan itu terisak cukup lama.

Lemah, rutuk Bea pada dirinya sendiri. Bea tahu, ia tidak bisa melakukan apapun jika sudah berada dalam kondisi seperti ini. Gadis itu sadar, bahwa ia tidak bisa seperti kakaknya yang akan melawan jika kejadian ini terjadi.

Bea menundukan wajahnya, dan menutupinya dengan kedua telapak tangannya. Terisak lebih dalam lagi, mengingat dirinya sangat payah.

Melindungi diri sendiri saja tidak bisa, apalagi melindungi orang lain.

My Cold BadboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang