Canggung.
Mungkin kata itu adalah kata yang sangat tepat untuk menggambarkan suasana di rumah megah ini. Bea diam sambil memainkan rok abu-abunya sedangkan Darrel masih mengerjakan latihan soal yang diberikan Bea dengan raut wajah yang datar.
"Darrel," panggil Bea memecah keheningan yang menyelimuti mereka.
"Apa?" jawab Darrel tanpa melihat ke arah Bea.
"Haus?" Ucap Bea yang sudah menahan haus dari tadi, Darrel mendongak dan menaikan sebelah alisnya.
"Gue haus, mau minum," ucap Bea dan mendapat tatapan dari Darrel seolah-olah berkata 'peduli gue apa?'.
Bea menggerutu dalam hati melihat wajah datar Darrel, "Gue harus ngambil minum dimana?"
"Dapur," jawab Darrel masih terus mengerjakan soalnya tanpa mempedulikan Bea yang mulai bangkit dari duduknya.
"Di-"
"Di sana, deket tangga belok kiri," jelas Darrel tanpa mendengar pertanyaan Bea seutuhnya, seolah-olah sudah tau tujuan dari perkataan Bea, Bea mengangguk kemudian berjalan menuju dapur.
Bea terperangah melihat dapur rumah Darrel yang begitu luas serta design yang simple tapi tetap menunjukan kesan yang elegant. Terdapat jendela yang langsung menunjukan halaman depan rumahnya, lantainya sengaja dibuat berbeda dari lantai bagian rumah yang lain. Oke, siapapun arsiteknya benar-benar sukses membuat Bea tercengang.
Bea berjalan memasuki area dapur, mencari dispenser atau sejenisnya. Perempuan itu masih mengitari meja dapur yang dilapisi dengan lantai marmer yang cantik. Menggaruk kepalanya, Bea memutuskan untuk kembali.
Bea melihat Darrel kini sudah duduk di sofa sambil memainkan ponselnya. Entah apa yang lelaki itu lihat, yang jelas raut wajahnya terlihat jelas bahwa ia tidak suka dengan apa yang ia lihat. Bea memilih mengabaikannya dan duduk di samping Darrel.
"Darrel, mana dispensernya?" tanya Bea setelah tadi mencari-cari tapi tidak ketemu, Darrel menoleh sekilas dan mematikan ponselnya.
"Dapur," jawabnya setelah memasukan ponselnya ke kantung celana trainingnya.
"Gak ada tau," ucap Bea memprotes jawaban Darrel. Oh ayolah, jelas-jelas tadi tidak ada.
Darrel mendengus sebelum akhirnya berdiri dan berjalan menuju dapur diikuti Bea di belakangnya. Bea dapat melihat lelaki itu membuka kaca lemari dan mengambil sebuah gelas kemudian berjalan menuju sebuah wastafel. Tunggu, wastafel? Jadi maksudnya Darrel mau Bea minum air kran, gitu?
"Eh, anjir! Lo nyuruh gue minum air kran? Sadis lo, Rel," protes Bea ketika Darrel menyerahkan segelas air putih, Darrel menaikan sebelah alisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cold Badboy
Fiksi RemajaPenasaran. Berawal dari sebuah rasa penasaran. Rasa penasaran akan kemiripan, akan sebuah kesamaan yang ada di dalam diri gadis itu. Rasa penasaran yang membuat Darrel, lelaki dingin yang tak percaya akan cinta, akhirnya membuat Darrel yakin bahwa s...