04

4.1K 222 1
                                    

Darrel melangkahkan kakinya keluar dari rumah Bea, sebelum akhirnya bertemu dengan seseorang yang tak asing baginya. Darrel menghentikan langkahnya, memandangi lelaki yang kini tengah memandanginya dengan ekspresi seakan-akan pernah melihat.

"Albert, lo udah pulang?!" Perkataan Bea membuat Darrel membuang arah pandangannya.

Tunggu dulu. Albert?

Darrel mengernyit dahinya samar. Nama dari lelaki yang berdiri di depannya sekarang ini terasa tak asing baginya.

Albert?

Albert?

Albert?

Astaga! Perlukah Darrel membenturkan kepalanya ke dinding terdekat agar ia dapat mengingatnya?

"Udah." Perkataan Albert lagi-lagi berhasil membuat Darrel keluar dari pikirannya.

"Tumben lama," ucap Bea sambil melangkah mendekati Albert.

Darrel memilih mengabaikannya dan kembali melangkah menuju motornya yang terpakir tidak jauh dari posisinya sekarang. Sambil menatap Albert dari posisinya sekarang, Darrel memakai helmnya. Detik sesudahnya, motor Darrel melesat keluar dari pekarangan rumah bernuansa putih itu.

Sama seperti hari biasanya, Darrel mengunjungi rumah sakit dengan kecepatan di atas rata-rata. Umpatan demi umpatan Darrel terima dengan tidak memperdulikannya.

Sesampainya di rumah sakit, Darrel memakirkan motornya lalu melangkahkan kakinya menuju ruang inap mamanya.

Darrel menggantungkan tangannya di udara dengan posisi ingin mengetuk pintu. Untuk apa gue ketuk, mama juga gak tau, pikirnya yang sebenarnya salah besar. Lelaki itu mengehela napas sebentar, sebelum akhirnya membuka pintu-tanpa mengetuknya.

"Hai ma," sapa Darrel sambil duduk di bangku samping ranjang mama tercintanya itu.

Lelaki dengan surai yang dibiarkan acak-acakan itu mengelus lembut tangan wanita yang pernah merawatnya sampai besar.

"Mama kenal Albert gak ma?" tanya Darrel. "Banyak sih yang namanya Albert, cuman tadi Arel ketemu orang yang namanya Albert. Mukanya itu kayak pernah liat."

"Di jidatnya ada bekas luka, kayak-" Darrel menggantungkan kalimatnya ketika dirinya mengingat sesuatu.

Luka di jidat.

Gak mungkin! batin Darrel sembari menggelengkan kepalanya kuat. Ia berusaha menepis semua pikirannya. Di dunia ini yang namanya Albert gak cuman satu orang 'kan? Tapi kalau, luka di tempat yang sama? Jika Albert yang berusan ia temui adalah Albert yang itu, maka Bea?

"Ma, Arel pulang dulu ya," pamit Darrel kemudian melangkah keluar kamar inap menuju parkiran.

***

Albert mendudukan dirinya di kursi balkon kamarnya. Lelaki berbaju biru tua itu memandangi halaman samping rumahnya. Pikirannya kembali saat ia tak sengaja melihat lelaki yang tadi baru saja keluar dari rumahnya.

Siapa?

Berulang kali Albert berpikir siapa orang itu. Wajahnya tak terlihat seperti orang asing. Wajah itu pernah ia lihat, namun ia tak ingat kapan.

"BEATRIX!" panggil Albert dari kamar.

Selang beberapa menit kemudian, perempuan dengan rambut yang dikuncir asal berjalan masuk ke dalam kamar bernuansa abu-abu, penuh dengan poster Linkin Park.

"Apaan?" Bea mendudukan dirinya di paha Albert-tak perduli rintihan orang yang ia duduki.

"Cowok yang tadi namanya siapa?" tanya Albert setelah puas memaki Bea dalam hati.

My Cold BadboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang