01

8.6K 383 14
                                    

Seorang lelaki dengan baju seragam yang keluar dan dasi yang longgar berjalan santai memasuki kelas yang sudah memulai pelajaran.

"Darrel! Kenapa kamu terlambat?!" Bu Suci- guru kimia menatap Darrel dengan garang.

Lelaki yang dipanggil Darrel itu menoleh sekilas lalu kembali berjalan menuju meja di pojok belakang.

"Darrel! Ibu sedang bicara dengan kamu"

"Kenapa?" Darrel menatap Bu Suci datar.

"Kenapa? Harusnya saya yang bertanya pada kamu. Kenapa kamu terlambat?" Bu Suci memelototi Darrel, tapi Darrel hanya menatap Bu Suci datar.

"Macet." Jawabnya singkat.

"Alasan saja kamu! Sekarang kamu pergi ke lapangan hormat di sana sampai pelajaran saya selesai!"

Darrel segera bangkit dari kursinya lalu berjalan keluar kelas menuju lapangan tanpa sepatah katapun.

***

Seorang perempuan berlari tergesa-gesa menuju kelasnya. Kalau saja ia tidak menonton drama korea sampai larut malam, pasti tidak akan seperti ini jadinya.

"Maaf pak, saya telat," ucapnya dengan nafas tersenggal senggal.

"Kamu lagi kamu lagi. Beatrix! Kapan kamu tidak terlambat?" Bentak Pak Rizal membuat Beatrix--gadis yang kerap dipanggil Bea--itu menunduk.

"Maaf pak. Ini yang terakhir," ucapnya sambil menunduk.

"Terakhir kamu juga bilang begitu. Sekarang kamu pergi ke lapangan dan hormat di sana sampai pelajaran saya selesai!" Perintah Pak Rizal, Bea mengangguk patuh.
Ia segera berjalan dengan tergesa gesa menuju lapangan.

Sesampainya di lapangan, ia melihat lelaki dengan baju yang di keluarkan tengah hormat menatap tiang bendera di depannya.

Bea berjalan dan berdiri di samping pria itu. Lelaki itu menoleh sekilas kemudian mengalihkan perhatiannya kembali pada tiang bendera.

"Lo telat?" Tanya Bea, yang ditanya tidak menjawab membuat Bea mendengus.

Kacang kacang, batin Bea.

Bea kembali menatap tiang bendera di depannya sama seperti yang pria itu lakukan. Sampai akhirnya, kepalanya terasa sangat pusing tapi ia menahannya.

Bea tetap menatap tiang itu. Pandangannya meredup hingga akhirnya semuanya berubah menjadi... gelap.

Lelaki yang sedang menatap tiang langsung menopang Bea dengan kedua tangannya agar tidak terjatuh. Ia kemudian menggendong Bea ala bridal style.

"Darrel kamu mau kemana?" Panggil Bu Suci yang baru saja datang, ketika Darrel melenggang dari tempatnya.

Darrel tidak memperdulikan panggilan atau teriakan Bu Suci. Ia berjalan cepat dengan kaki panjangnya menuju UKS.

"Petugasnya mana?" Tanyanya kepada salah satu murid perempuan-yang ia yakini sebagai adik kelas-ketika ia sudah sampai di UKS.

Yang ditanya hanya diam memandang wajah tampan Darrel membuat Darrel geram, ia segera berjalan menjauh.

Darrel kemudian membaringkan Bea di salah satu ranjang UKS.

Darrel memperhatikan Bea yang sedang terbaring di ranjang UKS.

Kayak pernah liat mukanya, batin Darrel berpikir.

Darrel mengelus lembut rambut depan Bea. Entah dorongan darimana Darrel melakukan itu.

Wajah Bea yang mungil, ditambah bibir pink kecilnya dan pipi Bea yang sedikit gembul membuat Darrel ingin mencubit pipinya.

Sedikit demi sedikit, sebuah senyuman kecil muncul di wajah tampannya, saat ia menyentuh pipi hangat Bea.

My Cold BadboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang