10

3.5K 190 5
                                    

Bea duduk diam di meja kelasnya saat ini. Keadaan kelas mulai sepi, banyak murid yang sudah berhamburan menuju kantin. Bea memandang kosong buku tulis yang berada di depannya.

"Bea, mau ke kantin gak?" Angel menepuk pelan bahu Bea.

Bea melirik sekilas kedua temannya dan menggeleng pelan. Ia kembali memfokuskan pandangannya pada buku tulis bersampul bening itu.

Vera mendudukan dirinya pada kursi kosong di sebelah Bea, diikuti Angel yang duduk di atas meja Bea.

"Bea, lo kenapa?" tanya Vera, Bea menggeleng.

"Setolol-tololnya gue ya Bea, gue juga tau lo ada masalah," ucap Vera sambil memandang Bea malas.

Bea menghela napas panjang, "gue putus."

"HAH!!"

"Beneran Be? Lo putus?"

Bea mengangguk malas. Ia kemudian menceritakan kejadian waktu itu. Saat Damian dengan Prissil suap-suapan, saat Damian tersenyum dengan tulus untuk Prissil, dan saat Damian membentaknya dan memanggilnya dengan 'jalang'.

Tak terasa air mata yang sebelumnya ia tahan menetes sedikit demi sedikit, menembus benteng pertahanan yang ia buat sejak pagi. Dengan kasar Bea menghapus air mata sialannya. Vera dan Angel menggeleng tak percaya sambil mengelus punggung Bea yang masih bergetar karena menahan tangis.

"Sssst, Damian gak layak buat cewek baik kayak lo. Ayam yang kepalanya botak, gak pantes bersanding sama seekor burung merak," pesan Angel sambil mengelus bahu Bea yang mulai tenang.

***

Bea membuka pintu rumahnya dan berjalan memasuki ruang tamu. Ya, sebelumnya ia sudah memberitahu Darrel bahwa mereka tidak bisa belajar mengingat mood Bea yang tidak baik.

Bea melihat sebuah kandang tertutup di dekat sofa. Ia memilih mengabaikannya,  kemudian berjalan menuju kamarnya dan menjatuh dirinya pada kasur queen-size miliknya. Ia mengguling-gulingkan badannya kemudian berhenti dan menatap langit-langit kamarnya dengan tatapan kosong.

TOK TOK TOK

Bea bangkit dengan malas dan segera membuka pintunya. Terlihat dengan jelas Albert berdiri di depan pintu dengan kandang tertutup-yang Bea lihat tadi- di tangan kanannya.

"Nih, tadi temen lo kasih ini buat lo," ucap Albert sambil menyodorkan kandang tersebut.

"Buat gue? Gue kira lo mau kasih ke pacar lo," ucap Bea sambil menerima kandang yang Albert sodorkan.

"Dari siapa?" tanya Bea sambil memperhatikan kandang yang ditutupi kain berwarna hitam tersebut dari atas.

"Temen lo yang pernah ke sini, gak tau siapa. Lupa," jawab Albert.

"Cewek atau cowok?"

"Cowok," jawab Albert, setelah itu pergi menuju kamarnya yang terletak di samping kamar Bea.

Bea kemudian melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar dan berpikir siapa yang mengirim benda itu. Ia mendudukan dirinya pada pinggir kasur dan memangku kandang tersebut.

Cowok?

Hanya ada 2 yang pernah datang ke rumahnya, Damian dan Darrel. Oh, sepertinya Damian masuk ke dalam black list orang yang mengirim hewan untuk Bea pelihara mengingat sikapnya akhir-akhir ini dan putusnya hubungan mereka. Kecuali Damian memang mau menerornya dengan hewan mati.

Dan yang tersisa hanya ada satu pilihan. Darrel.

Memilih mengabaikannya, Bea membolak-balikan kandang itu dan melihat secarik kertas HVS putih dengan tulisan yang cukup rapi untuk ukuran cowok tertempel di kain itu. Ia mencabut kerstasnya dari kain dan membaca.

My Cold BadboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang