"Maafkan aku, Seungcheol. Aku tak akan pernah bisa membalas perasaanmu" - Jesun.
-------------------------------------------------------------
"Hati-hati!" Ujar Jesun sambil melambaikan tangan saat Seungcheol pamit pulang.
Seungcheol hanya tersenyum lalu menjalankan mobilnya. Jesun pun segera masuk ke dalam. Tapi ia sedikit heran, soalnya rumah dalam keadaan gelap gulita.
"Apa mungkin dia pergi?" gumam Jesun. Tak mau memikirkan apapun lagi, Jesun langsung memasuki rumah dan langsung berjalan menaiki tangga menuju kamarnya.
"Darimana saja kau?!"
DEG!
Suara dingin dan datar itu membuat langkah Jesun berhenti. Belum lagi dengan lampu yang tiba-tiba menyala. Otomatis hal itu membuat Jesun membalikkan badannya.
"Eh~ ada Joshua Hong". Jesun pun tersenyum lebar.
Joshua hanya menatap Jesun dengan tatapan datar, sinis dan sebagainya. "Aku ini bertanya padamu, tapi kenapa kau tak menjawab?".
Jesun menghela nafasnya kasar. "Joshua Hong, bukankah sudah kubilang bahwa aku ada pekerjaan. Lagipula tadi pagi aku sudah izin padamu".
"Memangnya aku memberikan izin padamu?" tanya Joshua. "Kau itu kabur!".
"Masih bagus aku bilang dulu padamu, daripada kau yang selalu saja pergi sesuka hati dan pulang semaumu. Padahal kau tau kalo aku pasti memasakan makan malam untukmu!".
Oke, untuk kali ini Jesun mengeluarkan semua keluhannya. Walopun itu baru setengahnya. Setelah mengatakan itu semua Jesun segera lari ke kamar meninggalkan Joshua yang sedikit shock. Ia segera mengunci pintu dan menjatuhkan tubuhnya ke atas kasur.
"Memangnya siapa dia sampe berani melarangku melakukan ini itu?!". Jesun masih kesal dengan itu semua. "Mulai saat ini aku tak akan berbicara apapun padanya!".
Tekad Jesun sudah bulat. Ia tak akan berbicara apapun kepada pria bermarga Hong itu. Apapun yang terjadi, dia tak akan pernah mengatakannya. Mau itu baik atau buruk, dia tak akan berbicara padanya.
"Biar dia tau bagaimana rasanya tak di hargai dan tak di anggap!". Jesun langsung memejamkan matanya setelah mengucapkan itu. Ia berusaha untuk tidak memikirkannya lagi.
Esoknya..
"Jung Jesun!" teriak Joshua dari arah lantai 2.
Hening. Tak ada jawaban apapun.
"Kemana dia? Kenapa tak dia tak menjawab panggilanku?" gumam Joshua. Akhirnya ia pun turun untuk melihat keadaan di bawah. Ternyata sepi. Tak ada Jesun disana.
Joshua berjalan ke arah lemari pendingin dan menemukan sebuah note disana.
'Jika kau butuh sesuatu tulislah di kertas ini. Aku akan membacanya'. - Jesun -
Bingung. Itulah yang dirasakan oleh Joshua. Bagaimana bisa mereka tinggal di satu atap tapi tak berbicara sedikitpun dan hanya mengandalkan sebuah note. Joshua mengabaikan hal itu dan kembali memanggil Jesun.
"YAK! JUNG JESUN!"
Tanpa di duga, Jesun masuk melalui pintu belakang yang menuju ke taman.
"Jung Jesun, apa-apaan kau ini? Kenapa kau menulis di note itu? Apa tiba-tiba kau bisu? Atau kau sedang sakit tenggorokan?". Joshua membombardir Jesun dengan beberapa pertanyaan.
Bukannya menjawab, Jesun malah menunjuk note yang tertempel di lemari pendingin dengan tatapan 'kau bisa baca itu kan?'.
Lalu, Jesun menulis sesuatu di note yang ia bawa sekarang. 'Lakukan saja! Jangan banyak bicara! Tulislah apapun yang kau inginkan di note ini'. Jesun pun memberikan tulisan itu dan pergi dari hadapan Joshua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Full House ( Seventeen Joshua ) [END]
Fiksi Penggemar"Bagaimana jadinya jika seorang gadis biasa terikat pernikahan dengan seorang pewaris perusahaan terkenal hanya karena sebuah rumah? Dengan sifat yang bertolak belakang, apakah mungkin cinta akan tumbuh di antara keduanya?" Ff ini terinspirasi dari...