Sudah seminggu Dysa tinggal di apartemen milik Dewa. Walau pada awalnya sempat terlintas di benak Dewa untung membuang Dysa karena sering kali Dysa memancing emosi Dewa, namun pada akhirnya Dewa tetap mengingat tanggung jawabnya terhadap Dysa. Lagi pula Dysa hadir di sini karena ulahnya, menggambar gadis idamannya menggunakan pensil ajaib si kakek. Ya, pensil itu ajaib. Dewa baru menyadarinya setelah berpikir tiga hari. Dewa membuat kesimpulan, bahwa apa saja yang digambar menggunakan pensil itu akan menjadi hidup dan nyata. Makanya pensil itu hanya mampu membuat tiga gambar dalam kurun waktu sepuluh tahun.
Dan selama seminggu ini Dysa belajar banyak dari Dewa. Sekarang Dysa sudah bisa berbicara walau masih dengan kosa kata yang sempit. Dysa juga sudah bisa memakai baju sendiri. (Diajari mba-mba toko baju pas di mall). Bahkan ia juga sudah bisa membantu Dewa membersihkan rumah. Butuh waktu sedikit lagi, Dysa pasti bisa melakukan semuanya seperti manusia normal.
Ya, manusia normal.
-
"Dysa, mau tolongin Dewa gak?" Tanya Dewa sambil mengiris tipis bawang bombai. Dysa duduk di depan nya memberi tatapan bertanya. Lalu mengangguk dengan mata yang sedikit melebar. Benar-benar seperti anjing peliharaan yang mengemaskan.
"Tolong kasih daun salam ini ke soup nya yah, Dewa belum selesai mengirisi bawang nya." Pintanya lembut.
Dysa mengangguk dan mengambil daun salam yang tadi Dewa berikan. Ia beranjak menuju soup Ayam yang sedang direbus di atas kompor besi dekat Dewa.
Dysa membuka penutup soup tersebut. Ia refleks menjauhkan dirinya dari kompor tersebut karena asap uap dari soup itu mengenai wajahnya saat penutupnya dibuka. Menjalar rasa hangat di sekitar wajahnya.
Ia mencoba memasukkan daun salam ditangan nya, sesuai dengan perintah Dewa. Sesekali Dewa membalikkan badan nya memantau Dysa di belakan nya.
"Dysa, udah dimasukin?? Jangan mainan depan kompor, balik lagi sini." Ucap Dewa tanpa sempat menatap Dysa di belakang.
"Tinggal salamnya kok" sahut Dysa. "Assalamualaikum soup" ucap Dysa yang membuat Dewa menghentikan kegiatan nya mengiris bawang, membalikkan badan nya dan memperhatikan Dysa dengan bingung.
"Dysa, kamu ngapain?" Tanya Dewa kebingungan dengan tingkah Dysa yang tiba-tiba mengucap assalamualaikum soup.
"Selesai!" Sorak Dysa girang. Ia menutup kembali soupnya, lalu berbalik dan kembali duduk di bangkunya semula. "Dysa abis Kasih daun sama salam ke soup, kan Dewa suruh Dysa tadi. Dewa lupa? Dewa mau tua."
Buset dah buset. Konslate nih bocah otak nya.
Mata Dewa membulat sempurna. Kalimat macam apa itu yang Dysa lontarkan. Dewa menarik nafas dalam untuk menghilangkan kesalnya. Ia menatap lekat Dysa di depan nya. Begitu pula dengan Dysa. Ia memang pandai menirukan gaya Dewa sampai terkadang membuat Dewa kesal karena ulah nya yang menirukan perlakuan Dewa tanpa rasa takut sedikit pun.
"Dysa, Daun ini nama nya daun salam. Ini bumbu buat masak. Jadi kalo disuruh kayak tadi sama siapa pun nanti, tinggal masukin aja daun nya gak perlu pakai dikasih assalamualaikum lagi." Jelasnya dengan tatapan mengikat.
Dysa mengangguk pertanda ia mengerti.
Jika dipikir-pikir lagi tentang tingkah Dysa memberi salam pada soup tadi, itu selalu saja berhasil membuat Dewa tersenyum-senyum sendiri karena tidak habis pikir dengan kepolosan gadis ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Girl From Another Dimension
FantasiaDia laki-laki yang pertama kali aku lihat saat hadir di dunia asing ini, aku terlahir karena cinta yang ia garis kan pada kanvas. Aku bersyukur, tuhan memberi ku kesempatan untuk hidup di dunia ini dengan nya, meskipun dia tidak menyukai ku setidak...