2.Masih tentang aku

299 27 7
                                    

Cahaya matahari pagi yang masuk melewati celah gorden kamar berhasil mengganggu ketenangan tidurku. Aku menarik selimut sampai menutupi kepala, berusaha untuk kembali memlanjutkan mimpi yang sempat tertunda.

"Neng bangun neng udah siang" Ah itu suara Teh Srily, pembantuku. Sebenarnya dia bernama Sarikom komariah, dulu dia selalu bilang kepadaku untuk memanggilnya 'Srily' agar seperti nama orang luar negri katanya, aku hanya menurut saja. Aku tidak ingin menolak, karna aku belum siap dikutuk menjadi coet dapur. Umurnya baru 31 tahun, tapi dia selalu bergaya layaknya remaja di ftv yang selalu dia tonton. Dan Dia yang selalu menjadi teman setongkronganku didepan tv.

"Neng katanya mau sekolah" sambungnya sambil berusaha menarik selimut yang kutahan dengan tanganku.

"Masukin kode dulu." ucapku masih dengan mata yang tertutup rapat dan selimut yang menutupi sampai kepala.

"Dengan kekuatan bulan, saya meminta ijin kepada naga bonar untuk membangunkan neng Rein, ketua geng komplek senggol tubruk jebret" ucap teh srily sambil berdiri dan hormat kearah jendela kamarku.

"Oke kode diterima." balasku sambil memposisikan diri menjadi duduk diatas kasur dengan kaki yang ku tekuk.

"Yaudah ayo mandi dulu neng" ucapnya sambil menarikku untuk berdiri dan berjalan kearah kamar mandi.

"Udah udah sampe sini aja" ucapku saat teh srily ikut masuk ke kamar mandi "Masa iya teteh mau ngeliatin aku mandi" sambungku dengan salah tingkah.

"Teteh cuma mau mastiin neng mandi atau ngga, biasanya kan cuma cuci muka gosok gigi"

"Apaan ngga ya. Baru juga sekali kaya gitu" gerutuku kesal dengan teh srily.
"Udah ah pergi ganggu aja" usirku sambil mendorongnya keluar.

★★★

Aku menyemprotkan minyak wangi murahan bergambar barbie ke bajuku. Merapikan rambutku yang sedikit acak-acakan. Setelah memastikan penampilanku di depan cermin aku langsung menggendong tasku yang tadi berada di atas kasur, lalu menghembuskan napas ketika ingin membuka pintu untuk turun kebawah dan sarapan.

Setelah keluar kamar aku menengok kearah kiri--kamar mamahku-- memastikan bahwa dia sudah berangkat kerja atau belum, tapi sepertinya belum karna aku bisa melihat cahaya lampu kamarnya yang masih menyala.

Aku menuruni tangga menuju tempat makan. Disana sudah ada roti dan sepiring nasi goreng untuk mamahku, aku tidak suka nasi goreng, menurutku nasi goreng rasanya aneh.

Aku menyantap rotiku dalam diam dan terburu-buru, tidak ingin bertemu dengan mamahku yang sebentar lagi akan sarapan juga. Aku bisa melihat dia yang menuruni tangga sambil membenarkan bajunya yang sedikit acak acakan.

Suara kursi yang ditarik kebelakang semakin membuatku menghabiskan roti dengan cepat. Aku tertunduk, sesekali kulikir mamah yang sedang menyantap nasi gorengnya tanpa memperdulikanku.

Selalu sperti ini setiap pagi. Tanpa  ucapan selamat pagi atau senyum hangat layaknya keluarga lain.

Aku langsung berdiri dan pergi untuk berangkat sekolah, jika berlama lama disana air mataku bisa keluar. Aku berangkat sekolah selalu diantar supir, malas jika harus menyetir sendiri. Sejak dulu aku selalu tertidur jika dimobil , walaupun perjalanan dekat seperti sekolah atau ke mall. Entahlah yang jelas rasa ngantuk selalu menghampiriku jika sudah didalam mobil, jadi untuk mengurangi resiko kecelakaan aku tidak pernah mau jika harus menyetir mobil.

★★★
S

uasana kelas yang ramai sudah menyambutku ketika aku baru saja menaruh tas diatas meja dan duduk dibangku kesayanganku. Aku bisa melihat mereka yang berlari kesana kemarin sambil memegang buku catatan untuk mencari contekan PR Matematika, si raja dari semua pelajaran.

Fucking LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang