Jika mencintaimu hanya memerlukan waktu 1 menit saja, tapi kenapa aku tidak bisa berusaha melupakanmu walau diberi waktu 1 tahun.
Hari ini dari rooftop sekolah Rein bisa melihat Tian yang sedang bermain futsal bersama teman-temannya dilapangan.
Wajah Tian terlihat bahagia, tidak ada raut kesedihan di sana. Hanya ada tawa dan senyum menawan Tian yang bisa membuat wanita menjerit histeris.
Untungnya kejadian kemarin ketika Rein mengatakan bahwa 'hubungannya sudah selesai dengan Tian' tidak tersebar disekolah karna Cupen dan Chrisna mengancam anak-anak kelas agar tutup mulut dan mereka pun menuruti itu.
Tapi, Rein belum menceritakan apapun kepada ketiga temannya, dan mereka pun mengerti bahwa Rein tipe orang yang sulit untuk berbagi cerita walaupun itu dengan ayahnya sendiri.
Bel istirahat kedua sudah berbunyi sekitar 5 menit yang lalu dan ketika Rein tau bahwa Tian sudah kembali sekolah, dia langsung datang ke sini. Tidak menunggu dikursi pinggir lapangan seperti yang dilakukannya kemarin.
Rencananya hari ini Rein akan menemui Tian untuk memperbaiki semuanya, tapi entah kenapa perasaannya menjadi cemas dan mendadak ragu dengan niat yang sudah dipikirkan.
Dibelakangnya ada Chrisna yang dari tadi terus membuntuti. Dia hanya duduk diam, tidak bertanya. Masih dengan tampang tengil dan menyebalkan, Pandangannya terus mengikuti setiap gerakan tubuh Rein dan itu cukup membuatnya risih karna terus diperhatikan.
"Na, ko gua deg degan ya?" Tanya Rein sambil berjalan menghampiri Chrisna yang sedang duduk diatas lantai rooftop dengan kedua tangan yang menjadi tumpuan.
Rein duduk disamping kiri Chrisna.
"Itu namanya cinta." Chrisna menyatukan kedua tangannya lalu membentuk hati.
"Ngga, gua tau rasanya deg-degan gara-gara cinta. Ini beda, firasat gua dari tadi gabaik terus bawaannya gatenang gitu na."
"Perasaan lu doang kali. Isah, Dari pada lu mikir yang aneh-aneh mending sekarang lu samperin noh si Tian mumpung udah ada."
"Gua malu kalo harus nyamperin dia disaat lagi rame gitu."
"Cinta itu harus ada perjuangannya. Kalo cuma karna kaya gitu doang aja nyali lu udah ciut, ya mending gausah maen cinta-cintaan deh, maen barbie aja sono dirumah." Ucap Chrisna yang kini sudah berdiri. Dia mengulurkan kedua tangannya lalu membantu Rein untuk berdiri.
Mereka berjalan beriringan melewati setiap anak tangga yang akan membawanya menuju lantai dasar. Disekolah ini terdapat 4 gedung yang memiliki 3 lantai, tapi hanya gedung kelas XI dan kelas XII saja yang memiliki rooftop diatasnya.
Kedua tangan Rein mencengkram kuat tangan kanan Chrisna ketika kedua kaki mereka sudah menapaki pinggir lapangan.
"Lepasin ah apaan si, malu gua anjir." Protes Chrisna dan langsung menarik paksa tangannya.
"Ih gua deg-degan. Tuh ya deg deg deg." Kedua tangan Rein ditempatkan di depan dada seolah merasakan detak jantungnya yang berpacu begitu cepat.
Pandangan matanya fokus kepada Tian yang sedang menggiring bola, entahlah mungkin karna Tian merasa diperhatikan pandangan mereka menjadi bertemu. Hanya 3 detik, setelah itu Tian memalingkan wajahnya. Tatapan matanya dingin, tidak ada lagi Tian yang akan menatapnya lembut dan penuh cinta.
Kurang lebih sudah 15 menit Rein berdiri dipinggir lapangan menunggu Tian yang masih asik bermain bola.
Sampai akhirnya Tian berhenti bermain dan menghampiri Rein.
Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Tian langsung menarik tangan Rein. Kejadiannya sangat tiba-tiba, hingga Rein tidak bisa untuk mengelak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fucking LOVE
FanfictionBercerita tentang dia yang selalu mencintai, tapi pada akhirnya tidak pernah berhasil untuk memiliki. Hanya karna luka dimasalalu yang selalu menjadi krikil dalam setiap kisah cintanya. Dia sudah tidak percaya akan adanya cinta, hanya karna pernah...