Ruang 6

130 21 38
                                    

Kalau kamu mau, maka perjuangkan.

•••

"Memangnya mau ke mana sih?" Tanyaku. Bayu tak menjawab. Hingga akhirnya mobil yang aku tumpangi ini berhenti di pelataran parkir salah satu pantai di Jogja. Pantai, tempat yang selalu membuatku merasa tenang dan begitu nyaman bahkan melebihi nyamanku di rumah sendiri. Bayu mengajakku ke sini, entah karena ia kebetulan juga suka pantai, atau memang iseng mau ke pantai, atau Bayu tahu aku suka pantai? Hm, pilihan terakhir sepertinya bukan jawaban.

Aku berjalan mengikuti Bayu, cowok itu terus melangkahkan kaki sampai jemari kakinya tersentuh air laut. Aku berhenti beberapa langkah di belakang Bayu.

"Bay, lo nggak mau bunuh diri 'kan?" tanyaku. Nggak terbayangkan banget kalau esok hari, pagi-pagi aku melihat  teks line berita Utama. DITEMUKAN MAYAT SEORANG LELAKI DI PESISIR SALAH SATU PANTAI DI JOGJA. SAKSI MATA, LELAKI ITU DATANG BERSAMA SEORANG WANITA YANG DIDUGA KUAT SEBAGAI TERSANGKA. Terus ada foto mobil dan fotoku terpajang di bawah text line itu dengan ukuran yang besar. Bencana banget!

"Hah? Siapa yang mau bunuh diri sih? Aku cuma mau menikmati ombak aja. Pikiranmu kok macem-macem gitu," jawab Bayu. "Kalaupun kamu tolak juga aku nggak akan bunuh diri, nggak elit banget."

Ucapan Bayu yang terakhir membuatku terperangah. "Apa tadi lo bilang Bay? Yang kalimat terakhir?"

"Nggak apa-apa. Aku cuma bilang kalau aku nggak lagi mencoba bunuh diri Phia," jawab Bayu. Padahal aku yakin Bayu ada nyebut kata 'kamu tolak'. Hm, masa iya aku salah denger. Telingaku masih bisa berfungsi dengan baik kok.

"Jadi, lo ngajak gue ke pantai untuk nemenin elo main ombak?" tanyaku.

"Enggak juga. That's not my poin. Kan kamu juga suka pantai? Jadi yaa, ini pilihan tempat yang tepat menurutku."

Aku salah. Pilihan terakhir dari apa yang kubilang tadi, adalah benar.

"Tau dari mana gue suka pantai?" tanyaku lagi. Kali ini aku memilih duduk agak jauh di belakang Bayu karena ombak semakin jauh melahap bibir pantai.

"Feed instagrammu," jawabnya singkat. Aku hanya ber-ohh-ria mengingat feed instagram ku memang penuh dengan foto pantai.

Bayu lalu menghampiriku dan duduk di sebelahku. Kita menatap hamparan air laut yang sesekali berpaut pada pantai. Deburan ombaknya seakan menjadi musik alam yang membuat suasana pantai yang saat itu sepi lebih syahdu.

"Phia ... " panggil Bayu.

Aku menoleh ke arahnya. "Ya Bay?"

"Kalau aku minta tolong, kamu bakal bantuin nggak?" tanya Bayu, membuatku sedikit bingung.

"Mau minta tolong apa? Selagi bisa gue bantu," jawabku.

"Aku sih yakin kalau kamu bisa."

"Apa Bay?"

"Aku mau minta tolong, buat kamu jadi pacar aku. Bisa 'kan?" Pertanyaan itu keluar dari mulut Bayu dengan begitu lancar. Bersamaan dengan itu, Bayu menatap mataku dalam-dalam. Dan lagi-lagi jantungku bermaraton ria, berdegup lebih cepat dari sebelumnya. Aku membalas tatapan Bayu. Mulutku masih tertutup rapat, entah kenapa lidahku kelu seketika.

Aku menghembuskan napas perlahan dan mengalihkan pandanganku. "Bercandaan lo nggak lucu, Bay!" jawabku.

"Aku nggak bercanda Phia. Serius! Sejuta rius malah. Aku mau kamu jadi pacar aku," ucapnya. Cowok itu meraih tanganku. Mengenggamnya erat, dan aku bisa merasakan kehangatan tangannya mengalir ke tubuhku.

"Gue tahu lo bercanda Bay! Dan itu nggak lucu! Kita baru kenal loh?!" ujarku. Ya. Aku munafik. Karena nyatanya aku berharap bahwa itu benar serius, karena nyatanya aku merasakan ketertarikan itu, kenyamanan itu, kebahagiaan tersendiri yang hanya bisa kurasakan saat bersama Bayu. Dan satu hal, debaran yang membuat tak henti mengingatnya. Aku merasakan semua itu.

"Aku harus apa biar kamu yakin, Phia? Aku serius dengan kata-kataku," ucap Bayu. Ia menangkupkan tangannya pada wajahku, dan memintaku untuk menatapnya lagi. "Lihat mataku baik-baik Phia. Kamu bisa lihat ketulusan ku?"

Iya. Aku melihatnya, mata tak pernah bisa bohong.

Sekian detik aku menatap mata cowok disampingku ini. Lalu aku melepas tangannya, menjauhkannya dari wajahku.

"Kurasa semua lelaki pun bisa mengatakan itu, Bay. Dengan atau tanpa perasaan yang tulus. Apa yang bisa lo lakuin untuk meyakinkan gue?" ucapku. Wanita dilahirkan dengan harga diri yang hanya bisa dibeli dengan perjuangan yang sungguh-sungguh. Jangan jadi murahan hanya karena kita juga menginginkan. Itu prinsipku. "Gue butuh bukti, Bay. Dan gue mau itu atas inisiatif lo, bukan karena gue yang minta."

Kulihat Bayu menghela napas panjang. Ia lalu tersenyum. Dan senyuman itu masih sama seperti biasanya. Manis. Senyumnya candu yang membuat rindu.

Aku kembali menatap hamparan air di depanku. Sedangkan Bayu tiba-tiba saja berdiri lantas menarik tanganku. Aku hanya mendongak memandangnya.

"Ikut aku, Phia," ucapnya.

Aku bangkit dari dudukku lalu mengikuti Bayu. Cowok itu membukakan pintu mobil untukku. Aku pun menurut masuk dan kembali duduk di bangku mobil. Bayu tak bicara, dia sibuk melajukan mobilnya menjauhi pantai. Aku pun sama diamnya. Tak paham akan sikap Bayu kali ini.

Ya. Bayu penuh dengan teka-teki. Sikapnya tak mudah ditebak.

"Mau ke mana lagi, Bay?" tanyaku, pada akhirnya. Membuka obrolan setelah beberapa menit saling diam.

"Lihat aja nanti," jawab Bayu singkat.

"Selalu aja gitu kalau gue nanya. Itu sama sekali bukan jawaban untuk pertanyaan gue, Bay," celetukku.

Tangan Bayu meraih puncak kepalaku, lalu mengacak rambutku pelan. "Tenang aja. Kamu aman denganku. Tak perlu khawatir," ucapnya.

Aku mengangguk sebagai jawaban. Lalu menikmati perjalanan yang tak kutahu berakhir di mana mobil ini melaju. Tanpa sengaja kulihat Bayu sesekali memperhatikanku. Dan ketika mata kami saling tatap, cowok itu hanya tersenyum.

Lo hobi banget senyum ya? Senyum itu sedekah sih. Tapi kalau lo terus-terusan senyumin gue kayak gitu yang ada bukan nambah pahala karena sedekah tapi nambah dosa karena bikin gue khilaf! Batinku.

Setelah sekian waktu perjalanan, mobil Bayu akhirnya berhenti. Dan betapa kagetnya aku ketika aku sadar, mobil berhenti tepat di depan rumahku. Hei? Apa-apaan ini? Maksudnya apa dia mengantarku pulang?

***

Halo! Saya kembali lagi wkwk!
Hayoo kok Bayu malah nganter Phia pulang? Masa iya, dia nyerah dan nggak mau perjuangin Phia:((

Hihihi! Tunggu kelanjutannya yaa. . . 


Maafkan kalau banyak typo atau makin ga jelas. Wkwk Maaf juga kalau part ini terlalu pendek:( tadinya ini panjang, namun setelah kupikir justru kepanjangan malah ..Hahahaha.  yaudah aku potong jadi dua part aja .. 😌😌😝😝

Ikuti alurnya ajaaa okey?! 😊

See you on next chapter! 😊

Salam sayang,

Ayudiandra 💕

Feel And FallTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang