Ruang 13

117 19 11
                                    

Hai, aku kembali lagi dengan chapter baru! Maaf kalau membuat kalian menunggu,, wkwk (pede bngt! Kayak ada yang nungguin cerita gw aja!)

Chapter 13. .

Tiga belas, yang katanya adalah angka mistis. Dan entah kenapa menulis chapter ini rasanya malas dan butuh waktu yang lama daripada chapter yang lain . . 👻👻 *alasan* 😂😂😂😮😩

*abaikan cuap-cuap tak berfaedah diatas*

Cuma mau bilang, cerita ini nggak bakal panjang dan nggak banyak chapter. Kemungkinan sampaiii ..emmmmm 25-30chapter doang. . Entah kalau udah direvisi, mungkin bakal lebih panjang di setiap chapter nya.

😒Emang udah tahu endingnya? Alurnya? Ntar tiba-tiba nggak selesai kayak yang udah-udah?

😊Insyaallah, seperti yang di awal aku katakan, cerita ini akan aku rampung kan dan sudah aku tentukan endingnya jauh-jauh hari yang lalu. Bahkan sebelum aku mulai menulis huruf F pada judul. Jadi tunggu aja endingnya. Nikmati alurnya.

😒Okedeh. Jangan sad ending yaa

😊 Ini ceritaku:( Ending ada padaku, jadi kalaupun sad ending pasti bakal ada hikmah yang diambil nantinya. . Kalau pun happy ending, yaaa ada hikmah juga sih ..wkwk

😒buruan selesai aja. Nggak usah banyak bacot!

😊 iya iya:(( ini on process

[Oiya! Cek lapak baru aku juga yuk! Wkw
Huhu nggak tahan buat nggak update itu cerita! :((( Tapi janji bakal fokus ke yang ini kok. Dan insya allah dua-duanya bakal selesai sampai ending! Hihi..]

Happy Reading!  ❤

****

Aku merebahkan tubuh di kasur kesayanganku, setelah lelah bepergian dengan Bayu seharian ini. Sejenak, ku hela napas panjang. Meluruhkan lelahku pada tiap hembusan. Ah, Bayu, memang penuh dengan misteri. Kesan itu tetap melekat pada sosoknya, sampai sejauh ini aku mengenal dia.

Seperti, hari ini dia sungguh penuh dengan kejutan. Di saat orang lain sibuk merangkai kata untuk menjadi sosok romantis nan puitis bagi pasangannya, Bayu tetap ada pada dirinya. Jangankan puisi romantis, seingatku Bayu bahkan tak pernah menggombal padaku. Tak ada pula kata bijak romantis yang ia kirimkan padaku setiap harinya. Dia bukan cowok yang romantis. Namun jika di bilang humoris, Bayu lebih jauh dari sisi humoris meskipun ia kadang suka bercanda. Namun yah, bercandanya Bayu bagiku selalu saja tak lucu.

Ketika orang lain berusaha untuk menjadi terbaik dengan segala cara. Bayu memilih menjadi dirinya sendiri. Menjadi baik tanpa meniru siapapun. Seperti, ia yang menyuruhku memilih bunga dan coklat sendiri. Tanpa menyarankan ini itu sebagai pendapatnya. Ya, mungkin begitulah gaya romantis versi Bayu, yang nggak mau direpotkan oleh urusan wanita. Yang membiarkan wanitanya, menentukan pilihannya sendiri.

Kuraih bandul yang terhias apik oleh berlian. Indah sekali. Harga memang selalu jadi penentu kualitas. Namun, tidakkah ini berlebihan untukku? Atau memang ini bukti keseriusan Bayu padaku?

Sampai saat ini, aku masih tak menyangka jika aku akan menikah dengan Bayu. Lelaki yang menjadi korban keisenganku dulu, saat aku tak sengaja menjanjikan membawa cowok pada mama. Aku pikir, hubungan aku dan Bayu hanya permainan belaka tanpa benar-benar ada rasa. Namun ternyata, istilah 'cinta karena terbiasa' itu hadir di antara kami.

Beberapa bulan lagi aku menjadi istri Bayu. Hidup bersama dengannya sampai tua, menjaga anak-anak kita, membesarkan anak-anak itu bersama, dan menjadi saksi proses dewasa mereka. Menyenangkan? Mungkin. Dan kuharap begitu. Menua bersama Bayu.

Aku bangkit dari tidurku, lalu beranjak menuju lemari kecil yang berisi penuh dengan buku-buku bacaan. Aku mengambil satu buku yang terselip di antara buku-buku lainnya. Buku tipis yang sampulnya saja, sudah usang. Dengan hati-hati aku membuka buku itu, dan kembali membaca tulisan yang tertera pada tiap lembarnya.

Aku tahu, ketika memutuskan untuk membaca ini itu berarti aku harus sudah menyiapkan hati. Mengerahkan seluruh elemen tubuhku untuk tidak lagi berlarut dalam duka. Dan kini, aku sedang berusaha untuk itu.

Jakarta, 12 Desember 2009

Dear, Perempuanku
Sophia Ananda

Hai, Phia! Aku harap saat kamu baca ini itu berarti kamu sudah mengikhlaskan aku pergi. Dan di saat yang bersamaan aku juga berharap kamu takkan pernah melupakanku begitu saja.

Phia, maaf atas sikapku yang mungkin bagimu terlalu overprotektif, terlalu pencemburu, terlalu memanjakanmu sampai kamu tak punya ruang untuk menjadi mandiri. Tapi percayalah, aku begitu karena aku mencintaimu.

Maaf juga, untuk kebohongan terbesarku. Menyembunyikan ini semua dari kamu. Yang bahkan hampir tiap waktu bersamaku. Lagi. Aku melakukannya karena ingin menjagamu. Menjaga perasaanmu.

Bukan aku takut kamu akan menjauh jika kamu tahu kenyataan ini. Aku hanya takut kamu tak lagi mau aku rusuh, aku antar ke sana ke mari. Meskipun kutahu, denganmu aku akan kuat menjalani. Aku  takut, kamu tak lagi mau aku jaga hanya karena aku kian melemah.

Phia, maaf aku tak bisa menemani masa tuamu. Aku tak bisa menepati janjiku untuk selalu bersamamu, selalu menjagamu, selalu ada untukmu. Maafkan aku yang pecundang ini.

Tapi, perlu kamu tahu, aku mencintaimu lebih dari rasa cintamu padaku.

Tetaplah menjadi  perempuanku yang kuat dan ceria. Tetaplah menjadi perempuanku yang mahal dan berharga. Bersama siapapun kamu saat menua nanti, tetaplah ingat aku yang menjadi bagian dari masa lalu dan doa-doa yang Tuhan kabulkan untukmu.

Best love,

Aryanda Abimana

Tes.

Satu tetesan air mata terjatuh begitu saja. Diikuti oleh tetesan-tetesan berikutnya hingga akhirnya, air mataku tumpah. Mengalir kian deras dari sudut mataku.

Segala potret masa-masa kebersamaanku dengan Abim seolah kembali terputar begitu saja dalam ingatan. Setiap canda tawa, kekesalan, cemburu di antara kami.  Aku yang dulu begitu dekat dengannya, kini menjadi sangat jauh. Bahkan kini, aku pun tak lagi mampu menggapainya.

Maafkan aku juga, Bim. Karena nyatanya, mencoba untuk kuat itu sulit. Seberusaha apapun aku untuk pura-pura bahagia tanpamu. Hatiku tetap sakit. Aku mencintaimu lebih dari yang kamu tahu juga,  Bim. Aku merindukanmu.  Aku rindu kamu atur, aku rindu bawelnya kamu, aku rindu kamu yang selalu berusaha ada untukku. I miss you very bad, Bim.

Aku mencoba untuk membuka hatiku untuk Bayu. Tapi kamu harus tahu, Bim. Kamu masih ada di hatiku. Sampai kapanpun itu. Seperti katamu, kamu akan selalu menjadi bagian masa lalu ku yang takkan pernah menghilang dan kulupakan.

Aku mengusap air mataku, dan perlahan menutup buku itu. Lalu hendak mengembalikannya ke tempat semula. Tiba-tiba, ada lembaran yang terjatuh ke lantai. Lembaran foto kebersamaanku dengan Abi.

Aku mengusap foto itu dengan lembut. Sembari menahan air mata yang sudah hampir tumpah lagi. Kualihkan pandanganku ke langit-langit kamar agar air mataku tak jatuh. Namun aku gagal. Aku rapuh jika mengingat tentang dia. Tentang Abim yang selalu paham menghadapiku. Tentang Abim yang menjadi cinta pertamaku. Tentang Abim dengan segala sikap menyebalkannya yang  justru membuatku rindu tiada usai.

Namun, aku paham.

Mendapatkan cinta yang tak utuh itu, menyakitkan.



Jadi,









Biarkan aku melepasmu ...



















See you on next chapter!

Salam sayang,

Ayudiandra❤

Feel And FallTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang