Ruang 10

116 17 13
                                    

Kalau mau ngasih sesuatu jangan setengah-setengah. Kalau lo ngasih hati, kasih juga perasaan itu sepenuhnya. Jangan setengah hati ke gue, setengah hati lagi ke dia.

***

"Halooo gais!!" seru Luna, dan Viona serempak.

Mereka lantas menghampiriku yang masih duduk di sofa menonton acara TV. Aku mengecek pergelangan tanganku seolah aku memakai jam tangan. "Jam berapa ini, baru nyampe?" tanyaku, menyindir. Sedangkan yang kusindir malah nyengir tanpa rasa bersalah sudah membuatku menunggu lama.

"Hai, baru dateng?" tanya Laras yang sudah kembali dari dapur, membawa segelas es sirup dan setoples cemilan. Ya, begitu lah. Benar-benar sudah menganggap rumah ini adalah rumahnya sendiri. Sampai-sampai aku yang tuan rumah tak dibawakan sekalian. Tak dianggap.

"Iya nih. Sorry ya telat," sahut Luna. "Lo nggak buatin minum buat kita sekalian?"

"Anggap aja rumah sendiri, jadi ya buat minum sendiri. Gue bukan pembantu kalian ya!" jawab Laras. Nah kan, kam*ret emang!

"Ambil aja di dapur ya? Gue mager mau layanin tamu macam kalian ini, terlalu banyak maunya. Jadi ambilah sendiri sesuai selera. Asal jangan ngrampok!" ucapku.

Luna menepuk jidatnya tanpa berkomentar, lalu beranjak ke dapur.

"Lun, gue sekalian ya," seru Viona.

"Hm," sahut Luna, berdehem.

"Eh, mau ke mana nih kita?" tanya Viona.

"Yaelah, pertanyaan lo macam pertanyaan Dora aja! Nge-mall aja yuk! Shopping!"usul Laras.

"Gue lagi bokek nih, mau traktir?" celetukku.

"Nggak dikasih jatah sama nyokap lo?" tanya Viona. Dan aku menggeleng pelan.

"Gue lagi mau belanja banyak nih,, hmm minta uang ke calon suami lo gih!" usul Laras.

Spontan aku mengetuk lengannya dengan remote TV. "Heh?! Gue bukan cewek matre ya! Yang belum jadi bini aja udah minta ini itu!"

"Yaelah. Terus kalau bukan matre. Minta temen bayarin itu apa namanya?" ucap Laras.

"Itu mah bentuk kasih sayang temen kali," jawabku.

"Sama aja 'kannn?"

"Beda lah!!" belaku.

Pembicaraan kami terhenti ketika Luna datang membawa nampan berisi tiga gelas es sirup, dan dua toples makanan serta satu buah apel dengan bekas gigitan di salah satu sisinya.

"Ahh, makasih. Repot-repot banget buatin gue," ucapku.

"Gue kan tamu yang baik," jawab Luna, cewek itu lalu mengambil apel dan memakannya. "Btw, gimana lamaran lo kemarin? Nggak ngundang kita-kita."

"Lancar. Dan itu karena tanpa kalian. Hahahaha," jawabku kemudian meneguk es sirup. "Besok aja kalau nikah gue ngundangnya. Lamaran kemarin khusus keluarga doang, kecuali RT/RW karena memang harus ada."

"Anjir ya! Emang kita pengrusuh banget?" sahut Viona.

"Heh, nggak sadar diri! Kemarin waktu lamaran Devia sepupu lo itu apa kabar? Lo bikin malu keluarga mereka gegara salah kostum. Ke acara lamaran udah kek mau clubbing!"

Feel And FallTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang