Ruang 20

212 21 12
                                    

Halo! Selamat malam dan selamat membaca lanjutan kisah Phia.. :)

Part ini aku dedikasikan buat emakkuhh tersayang yang selalu komen "pelit kata" mawar_malka semoga ini bisa menghapus istilah pelit kata itu ya makk . hhe . 1600kata dari yang biasanya cuma 1000:')))

Bisa play lagu yang aku selipkan di multimedia ya! Tadinya mau selipin slide video yang aku buat tapi ga bisaaa:((( But,, kalian bisa cek slide video part ini di akun instagram aku @ayudiandraaa

Happy Reading ...

• • •

Akan ada saat di mana apa yang selama ini kita banggakan lepas begitu saja dari kehidupan kita. Dan terkadang, hal itu datang dengan cara tak terduga.

Kadang, aku berpikir kenapa Tuhan mengambilnya dariku di saat aku dalam rasa sayang yang begitu dalam. Namun, sampai kini aku tak menemukan jawabnya. Dia pergi. Orang yang aku kenal bertahun-tahun, yang selalu berusaha ada dalam segala keadaanku, yang menguatkan aku saat aku lemah, yang membuatku tertawa terpingkal sampai menangis haru hanya karena tingkah konyolnya. Yang rela bolak balik Jakarta-Jogja tiap akhir pekan hanya untuk menemui aku. Aku mungkin masih bisa tersenyum, jika ia pergi untuk waktu yang sementara. Namun, dia pergi untuk waktu yang lama. Pergi tanpa kata sampai jumpa lagi.

Dia pergi untuk selamanya.

Kenapa perpisahan begitu menyakitkan? Padahal sebelum dia datang, semua baik-baik saja. Kenapa perpisahan selalu menyedihkan? Padahal dia hadir dengan membawa canda tawa. Kenapa harus ada kata pisah untuk sebuah awal yang membahagiakan? Segala tanya menumpuk, membuat sesak hati yang bahkan tengah porak poranda.

Kehilangan bagiku adalah hal yang mengerikan. Meskipun pada akhirnya, harus aku sadari bahwa hidupku masih terus berlanjut. Kisahku dengan dia sudah berhenti. Namun duniaku masih terus berlari, membawa segala kisah yang belum kutahu pasti.

Sewindu, selepas kepergiannya.

Aku masih hidup. Masih bisa tertawa. Masih bisa menjelajah sudut kota yang menyimpan segenap kenangan lama. Tapi, aku masih (tidak) baik-baik saja.

Aku merelakannya, namun tidak melupakannya. Karena masa lalu takkan pernah berubah sekalipun kita berusaha menghilangkannya dari ingatan. Dia masih di sana. Dengan rasa yang sama. Dengan segala hal yang aku suka. Dia tetap dan selalu di sana. Terkunci rapat, di ruang waktu bernama masa lalu yang takkan pernah bisa aku gapai lagi.

Sembilan tahun lalu.

Dia dengan bangganya membawa sebuah piala besar bertuliskan Juara 1 Turnamen Futsal se-Indonesia ke hadapanku. Dia tertawa lepas, tatapan matanya berbinar penuh dengan rasa suka cita. Dan dengan refleknya, ia memelukku. Sangat erat. Sambil mengatakan, "kemenangan ini untukmu, Phia-ku." Dia memelukku cukup lama, sampai aku bisa merasakan aroma kecut peluh perjuangannya.

Sembilan tahun lalu.

Selepas turnamen itu selesai, ia mengantarku pulang ke Jogja. Bertemu dengan orang tuaku. Berbincang bersama mereka, sambil sesekali berbagi canda dan tertawa bersama. Dia menyatu dalam suasana hangat keluargaku. Hingga akhirnya sebuah kalimat yang dia ucapkan berhasil mengejutkanku. Hal yang tak pernah aku duga sebelumnya. Dia bilang pada orang tuaku, bahwa suatu saat nanti, dia mau menjadi teman hidupku sampai maut memisahkan. Dia berjanji, pada orang tuaku. Dia akan menjagaku, sepenuh hati, sebisa mungkin yang ia lakukan. Dan papaku, dengan penuh senyuman menjawab 'iya' padanya. Iya, yang berarti beliau merestui niat dia. Iya, yang berarti beliau percaya dan menerima janjinya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 03, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Feel And FallTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang