Ruang 12

122 21 8
                                    

Aku hanya butuh pembuktianmu. Bukan janji-janji itu.

***

Aku pulang, dengan perasaan yang cukup lega. Bayu meminta maaf dan ia janji akan menjauhi Clara, untukku. Aku percaya itu. Bagaimana pun, aku orang baru di hidup Bayu. Aku memang punya hak atas dia, namun dengan masa lalunya aku tidak berhak apa-apa. Aku hanyalah wanitanya saat ini dan nanti. Bukan kemarin jua. Aku mencoba mengerti jika Bayu belum sepenuhnya melepaskan, walaupun saat di pernikahan Clara waktu itu ia bilang sudah ikhlas. Namun kutahu, matanya masih menyiratkan rasa untuk Clara. Aku lagi-lagi hanya bisa memahami kondisi Bayu. Tak mudah melepaskan apa yang sudah dijaga bertahun-tahun.

Maka dari itu, aku memberi Bayu kesempatan ke dua, untuk dia memperbaiki semuanya. Untuk dia menyadari bahwa masing-masing mereka sudah punya orang lain di hidup maupun hati yang perlu dijaga.

Aku menyesap latte-ku perlahan, menikmati pagi yang cukup cerah. Sembari sesekali memandang ke arah jalanan dari atas balkon kamar. Menatap para pejalan atau pengendara yang berlalu-lalang memulai aktivitasnya. Ah, sepertinya aku harus bergabung dengan mereka. Punya rutinitas setiap harinya, tak hanya mengisi hidup dengan tidur dan makan.

Hari ini, aku tak punya rencana untuk bepergian. Mungkin, lagi-lagi hari kuhabiskan di rumah. Ya, nyatanya bersantai setiap hari itu juga membosankan. Ini, kali pertama aku jenuh menjadi pengangguran. Dulu, tiap hari kumpul dengan Laras dan lainnya. Namun semenjak mereka punya kesibukan dengan pekerjaannya. Tinggallah aku sendiri, yang masih tetap setia menikmati hari dengan santai.

Sebuah dering telepon menyadarkanku dari lamunan, kuraih ponsel yang berada di sampingku. Di layarnya, tertera nama Bayu di sana. Aku pun lantas menerima panggilan itu.

"Halo, Bay."

"Hari ini, kita jalan yuk."

"Emm, boleh. Jam berapa?"

"Sekitar satu jam lagi, aku ke rumah."

"Oke,"

"See you Phia." Ucap Bayu sebelum akhirnya menutup panggilan itu.

***


Belum ada satu jam sejak Bayu menelpon, cowok itu sudah sampai di rumahku. Dan seperti biasa aku dandan ala kadarnya. Tak ada polesan gincu mencolok yang menempel di bibir atau ukiran pensil yang melengkung apik di alis. Hanya ada sapuan tipis bedak dan polesan lipgloss berwarna natural. Yeah, as simple that.

Setelah berpamitan dengan mama, Bayu melajukan mobil Pajero Sport miliknya menjauh dari area rumah.

Hari ini, adalah hari valentine -- hari kasih sayang. Kata orang, di hari valentine, mereka bebas mengekspresikan ungkapan sayangnya kepada pasangan, atau orang-orang yang punya ruang istimewa di hati. Biasanya mereka akan memberikan sebuket bunga atau coklat yang dibungkus rapi berhias pita merah atau merah muda. Tak heran jika sepanjang jalan banyak orang yang menjajakan bunga dan toko-toko mendisplay penuh rak coklat terbaik mereka. Padahal kalau dipikir apa hubungan bunga dan coklat dengan kasih sayang? Lagi pula mengungkapkan kasih sayang itu tak harus pada tanggal-tanggal tertentu. Setiap hari adalah hari kasih sayang, bukan?

Di hari valentine, berbagai tempat serasa dibuat hanya untuk mereka yang punya pasangan. Entah di kafe, pedestrian kota, taman, atau tempat wisata lain, valentine membuat tempat-tempat itu penuh dengan orang berpasangan. Ah! Kalau saja valentine kali ini aku masih sendiri, tentu aku lebih memilih pergi ke alam mimpi ditemani lirih alunan lagu favorit.

Feel And FallTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang