38. That Sweet Bastard

8.2K 604 91
                                    


Kuy ♥

Chanyeol terus merapikan penampilannya di ruang kerja perusahaannya. Barusan Papa Mertua menghubunginya, kalau Jennie akan menuju kesana untuk menyerahkan desain kemasan makanan pada Chanyeol secara langsung. Pria tinggi itu terus mondar mandir kesana kemari sambil mempersiapkan dirinya. Bayangin, tiga tahun ga ketemu dan ga bertegur sapa membuat Chanyeol kebingungan setengah mati.

Chanyeol menghela nafas kasar, coba saja pas kemarin ketika Jennie pulang dia tidak sibuk dengan beragam rapat direksi ataupun menyiapkan peluncuran produk baru, mungkin Chanyeol punya alasan untuk menjemput Jennie dan paling tidak dia ga sampe di cap sebagai Cowok gak tahu diri yang dengan mudahnya mencampakan Jennie dan bersikap netral netral saja. Sebenarnya, tidak ada yang mencap Chanyeol seperti itu, hanya saja Chanyeol yang merasa demikian. Semua orang mengerti keadaan Chanyeol, Tapi tidak tahu kalau Jennie.

"Jennie.. hai..." Chanyeol mulai berlatih sendirian. Tapi dia gagal lagi, wajahnya memerah dan sangat kelihatan gugup.

"Apa kabar?"

Chanyeol mendengus, itu sangat kelihatan di buat buat. Kalaupun mereka bertemu, Chanyeol sangat ingin langsung memeluk Jennie atau menghujani isterinya itu dengan ciuman. Tapi, Jennie pasti akan sangat marah dan tidak akan menerima perlakuan Chanyeol dan diam saja. Jennie pasti sangat kecewa. Memang dari awal, Chanyeol lah yang sudah menciptakan situasi seperti ini dan membuatnya kebingungan sendiri. Chanyeol pada akhirnya memutuskan untuk kembali memeriksa berkas dan berdoa dalam hati semoga dia diberi ketenangan dan dipermudah saat bertemu tatap dengan Jennie-nya.

Jennie telah siap dengan pakaian santainya tetapi dalam batasan sopan, tidak formal, tetapi jenis pakaian apapun yang dipakai oleh Jennie selalu terlihat pantas jika dipasangkan dengan tubuh mungilnya. Jennie hanya membutuhkan sentuhan high heels pada kakinya, agar dia tidak kelihatan pendek. Jennie juga menyiapkan print out desain kemasannya dan menyiapkan file yang sudah ia masukkan ke dalam usb yang ia bawa di dalam tas kecilnya. Jennie menghela nafas panjang, lalu memejamkan matanya ketika mobil melaju untuk menuju kantor KimReal Food, tempat dimana ia pasti akan bertemu Chanyeol untuk menyerahkan desain kemasan makanan yang semenjak dua minggu yang lalu Ayah selalu memaksa Jennie untuk membuatkannya.

"Nona Jennie baik baik saja kan?" Tanya Pak Nam, supir setia keluarga Kim yang semenjak Jennie kecil selalu mengantar jemput Jennie sekolah atau antar Bunda arisan.

Jennie memaksakan sebuah senyuman, memang kelihatan kalau dia gugup, paling tidak pak Nam selalu memahami nona kecilnya ini, sebab Jennie terlihat menautkan kesepuluh jemarinya sambil sesekali menggigiti bibir bawahnya dengan gemas.

"Eng.. gak kok... hehe" Jennie menjawabnya dengan tergagap gagap, jelas saja Pak Nam mengulum senyum.

"Kemarin sebelum non pulang, Mas Chanyeol sering ke rumah" ujar Pak Nam sambil fokus menyetir.

Jennie segera menyondongkan tubuhnya untuk mendekati Pak Nam dengan wajah terkejut, masa sih.
"Hoh? Ke rumah? Ke rumah Aku?" Tanya Jennie exited.

Pak Nam malah tertawa "hehe.. ke rumahnya dong non. Kebetulan saya sering ketemu sama Mas Chanyeol kalo nganterin bapak rapat direksi"

Jennie menyebikan bibirnya "Yeh, si bapak.. kirain"

Pak Nam malah tertawa mendengar keluhan nona kecilnya ini yang ternyata sudah sangat dewasa dan tumbuh menjadi seorang wanita anggun, padahal rasanya baru kemarin Pak Nam kehilangan saudaranya ketika mengalami kecelakaan sampai menewaskan Nyonya Park dan membuat Jennie trauma. Tetapi sekarang si gadis kecil trauma itu sudah sangat matang dan mandiri, hanya saja orangtua dan suaminya yang menganggap Jennie anak kecil yang harus diawasi kemana mana. Maklum, anak satu satunya.

My Little Jennie (PRE-ORDER)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang