seventeenth

34 8 2
                                    

yoorin tidak tahu lagi, ini bahkan sudah jam tidur tapi wonwoo dan saina belum pulang ke dorm.

ia dengan sabar menunggu wonwoo bersama tayangan berita malam di televisi hadapannya dengan tatapan kosong. cukup, jangan melamun atau nanti kau bisa terasuki.

"yoorin? sedang apa kau malam-malam begini?" tanya seseorang dari arah belakang. untung ia sudah tidak melamun lagi, kalau tidak pasti hoshi sudah ia teriaki sebagai setan.

"menunggu seseorang?" lanjut tanya hoshi dan yoorin mengangguk.

lalu hoshi pindah duduk didekatnya dengan kepala menyender di sofa posisi mendongak.

"eum, aku kira kau tau kemana mereka berdua pergi?" tanya yoorin kelewat penasaran.

"tidak. saina hanya minta izin padaku untuk pergi bersama wonwoo keluar." jawabnya, yoorin menginginkan kepastian yang lebih. tapi dari pengakuannya sih jelas kalau saina izin dulu jika ia mau pergi.

"apa kau khawatir?" tanya hoshi diselingi senyumnya yang makin membuat matanya melengkung ke atas. benar-benar tepat 10.10.

"sudah tidak sepertinya, sebelumnya sih iya," jawabnya.

"kenapa?" tanya hoshi.

"aku kira saina tidak izin. aku hanya takut nanti ada salah paham hehehe" jawab yoorin dengan polosnya.

"ah, aku merindukan ponselku." gumam yoorin.

"kenapa? apa itu penting untuk menghubungi keluargamu?" tanya hoshi.

anehnya yoorin malah tertawa mendengarnya. lagi apa mau peduli juga keluarganya padanya kan? yoorin bertanya kabar duluan saja bisa bisa satu bulan sekali baru terbalaskan.

"justru aku khawatir temanku yang ingin datang kesini," katanya dengan nafas yang ia hembuskan.

setelahnya hoshi hanya mengangguk-angguk lalu memejamkan matanya dengan posisi seperti itu. ah, yoorin rasa hoshi sudah terlelap.

lucu sekali, mereka terlihat bertukar pasangan. wonwoo sedang bersama saina dan yoorin dengan hoshi.

yang berbeda adalah dengan bagaimana cara mereka menghabiskan waktu malam ini. ada kemungkinan diluar wonwoo dan saina sedang bersenang-senang dengan segala topik yang dibahas. sedangkan yoorin juga hoshi hanya menunggu apa yang mereka khawatirkan yang tak kunjung pulang.

yoorin tau bahwa hoshi hyung juga mengkhawatirkan keduanya. tapi mau bagaimana lagi, pergi kemana saja mereka juga tidak dapat menyusul karena tidak tau tujuan.

sekarang hoshi malah tertidur.

yoorin juga sebenarnya sudah penat, tapi apa boleh buat. kalau ada apa-apa nanti yoorin tidak tau.

dan suara pintu terbuka membuat alih perhatian yoorin sepenuhnya ke sumber suara itu.

dengan sama paniknya dengan mimik saina ia pun bangkit dan ikut memopong wonwoo lalu dudukinya perlahan ke sofa.

"habis dari mana saina? wonwoo oppa kenapa bisa begini?" tanya yoorin dengan mimik tidak dapat disembunyikan kekhawatirannya. masalahnya wajah wonwoo lebam-lebam begini.

"ceritanya sulit dijelaskan waktu itu. yang jelas ini ulah preman malam yang mabuk." jawab saina lalu menunduk, dia tentu merasa bersalah.

yoorin menghembuskan nafasnya dengan dahi berkerut lalu menoleh ke arah hoshi. "lebih baik kau membantu bangunkan hoshi hyung, tapi jangan biarkan dia melihat wonwoo dengan keadaan begini." titah yoorin.

"kenapa tidak kau saja?" tanyanya.

"ma-maksudmu?" tanya yoorin terbata.

"kau saja yang membantu hoshi, aku yang akan mengobati wonwoo. cepatlah, mumpung masih disini aku akan mengambil kotak obat." suruh saina.

yoorin yang tadinya memegang lengan wonwoo jadi dilepasnya saat itu. melihat keadaan wonwoo sekali lagi yang hanya dapat memejamkan matanya dengan sesekali desisan kecil keluar dari bibirnya.

yoorin ingin mengangkal namun apa daya ia hanya dapat nurut dengan apa yang dikatakan saina.

"hoshi, lebih baik kau istirahat di kamar."

hoshi membuka matanya perlahan lalu bertanya pada yoorin, "apa saina dan wonwoo sudah kembali?" tanya nya.

"i-ya sudah. sudah di kamar mereka masing-masing juga." jawabnya agak ragu, karena ada kebohongan disana.

hoshi mengangguk dan akhirnya bangun sambil menepuk pundak yoorin dan berlalu. saking mengantuknya mungkin. padahal hoshi mengerti raut tersirat yang tergambar jelas dari perempuan itu. kenapa yoorin menahannya?

sepeninggal diantara belokan itu, yoorin kembali menoleh dan saina sedang mengobati lebam lebam itu.

dan ia kembali berjalan mendekat ke arah keduanya dan berlutut menatap nanar wajah wonwoo. "sebenarnya apa yang terjadi?" gumamnya pelan tanpa siapapun yang tahu.

"kim yoo, ayo bantu aku, pindahkan wonwoo ke kamarnya." kata saina diangguki yoorin.

sampai di kamarnya secara diam-diam pun saina masih sibuk dengan perlengkapan-perlengkapan wonwoo. yoorin hanya terdiam di sebelahnya karena setiap yoorin ingin membantu saina selalu mengatakan kalau ia lebih baik pergi tidur.

dengan hembusan nafasnya sekali lagi dengan keras ia keluar dengan langkah pelan.

sudah ada saina, pikirnya.

pantas saja semalaman ia sibuk mengkhawatirkan keduanya jika nyatanya mereka berdua pulang dengan keadaan seperti ini. jika sebelumnya dibayang pikiran-pikiran saja yoorin sudah tidak bisa tidur apalagi setelah melihat keadaan ini. pengen sih iya, tapi gimana ya. namanya juga khawatir.

setelah ia rasa saina sudah kembali ke kamarnya sendiri yoorin baru berani lagi masuk ke tempat wonwoo yang mungkin sudah terlelap istirahat.

yoorin mendekat pada sesosok di atas kasur itu yang terlihat lelah dalam tidurnya. lalu dengan keberaniannya yoorin sedikit menunduk untuk menyentuh lebam-lebam di wajahnya. itu pasti sakit.

"kalaupun kau sudah baikan, memangnya kau akan cerita padaku?" tanyanya pada wonwoo yang mungkin tidak sadar karena sudah tidur.

yoorin tertawa dengan gumaman kecil. "ketahuilah, aku selalu ingin menjadi pagi dimana seseorang akan kembali dan bercerita tentang hidupnya di malam hari." gumamnya sambil menyentuh tangan wonwoo dari luar.

"tapi mungkin belum." lanjutnya dan tersenyum miris.

baru akan beranjak, namun tangannya yang tadi menyentuh tangan wonwoo sekarang malah digenggam wonwoo dari dalam selimut.

yoorin menoleh.

"kau tak kenapa-napa kan saina?" gumam parau suara beratnya.

yoorin melepaskan genggaman itu dan melangkah pelan untuk keluar,

dengan sebening genangan air mata di pelupuk matanya yang siap tumpah satu kali tarikan nafasnya.

ㅡㅡㅡ

author's note kali ini.

no comment.

The Sarcricife | 전 원우Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang