[2] Nevermore

114 24 11
                                    

Suasana di kelas XI-IPA-1 ini begitu ribut, karena semua guru sedang rapat untuk Penilaian Tengah Semester (PTS).


Murid cewe dikelas ini sekarang sedang melakukan berbagai macam kegiatan. Ada yang sedang bergosip ria, ada yang sedang dandan-dandan tidak jelas, tapi ya yang namanya kelas IPA pasti ada-lah murid Nerd yang kesehariannya hanya berinteraksi dengan buku.
Kalian bertanya apakah aku masuk ke kategori yang mana? Jawabannya adalah aku tidak termasuk ketiganya. Aku adalah murid yang biasa saja. Tidak terlalu terkenal, bukan juga murid Nerd, apalagi murid yang sok sok-an dan kecentilan.


"Perhatian!!!", teriak Leon sang Ketua Murid di kelas XI-IPA-1.

Suasana kelas yang tadinya ribut langsung hening dalam sekejap.

"Mulai hari senin sampe hari jum'at sekolah kita bakalan ngelaksanain PTS (Penilaian Tengah Semester), nah barusan gue dipanggil sama wali kelas kita, katanya kita bakal di sekelasin sama kelas XII, jadi ntar posisinya kita bakalan sebangku sama kelas XII. Kalau kalian mau tau kalian sekelas sama kelas XII apa dan sebangku sama siapa, kalian bisa lihat di mading. Terima kasih perhatiannya.", tutup Leon yang langsung duduk di bangkunya.

Seisi kelas berhamburan keluar kelas untuk melihat dengan siapa mereka akan sebangku. Secara, di SMA Star Light ini banyak kakak kelas cogan yang most wanted. Tapi Niura malas untuk keluar kelas dan melihat dengan siapa dia akan duduk, Niura rasa dengan siapapun sama saja.

"Come on Niura kita ke mading buat liat sama siapa kita duduk ntar pas PTS nanti", ajak Vitara. Dia adalah teman sebangku Niura dan juga sahabat terbaiknya dari kecil.

"Iya Niura ayo kita ke mading", susul Naren yang juga merupakan sahabat baiknya.

"Kalian aja sana ah gue Mager, gue mah bebas mau sebangku sama siapa juga toh sama aja manusia", timpal Niura sekenanya sambil menelungkupkan kepalanya di lipatan tangan untuk tidur karena mengantuk.

"Yeee lo mah cuek banget jadi orang, yaudah lo tungguin disini ya gue mau liat ke mading dulu", teriak Vitara sambil berlari keluar kelas.

"Hmmm", gumam Niura lalu melanjutkan aktifitasnya untuk kembali tidur.

***

Bel pulang sekolah berbunyi beberapa menit yang lalu sebelum semua siswa berhamburan keluar kelas untuk pulang ke rumah masing-masing. Hari ini adalah hari terakhir sekolah efektif, sebelum nanti hari senin dilaksanakannya‎ PTS.

Di Halte Sekolah
 
"Aduh kakak mana sih katanya mau jemput tapi ini gue udah nunggu dari tadi belom nongol juga", ucap Niura seraya memerhatikan kendaraan yang berlalu lalang berharap kakaknya sudah datang.

"Gue telepon lagi aja kali ya, siapa tau kakak lupa", ucap Niura sambil mengeluarkan benda pipih berlogo apel dari saku seragamnya.

"Halo kak? Masih di mana? Lama banget sih, aku nungguin kakak dari tadi. Cepetan kak ini panas banget aku capek pengen istirahat, kebiasaan banget kalo jemput nggak pernah on time", cerocos Niura dengan kesal kepada kakaknya.

"Iya sorry, bentar-bentar sebentar lagi juga nyampe, bawel amat", jawab Sam.

"Iya cepe--", belum juga Niura selesai bicara, kakaknya telah memutuskan sambungan panggilan dengan sepihak.

"Isshhh gue punya kakak sok sibuk banget", gerutu Niura, sambil memasukan benda pipih berlogo apel  itu kembali ke saku seragamnya.

Tinnn-tinnn

Suara klakson mobil begitu menusuk gendang telinga, saat dilihat ternyata itu mobilnya Sam alias kakaknya Niura.

Niura masuk ke dalam mobil dengan mood ancur sambil membanting pintu mobil.

"Sorry de tadi macet banget sumpah di jalan, makanya telat jemput", ujar Sam meminta maaf kepada adiknya karena dia telah telat menjemput.

Niura tidak menjawab pertuturan kakaknya sama sekali.

Sam hanya menghela nafasnya kasar karena dia tahu bahwa sekarang mood Niura sangat tidak baik.

"Pake seatbelt-nya onta bahaya", ucap Sam sambil mendekati Niura dan memasangkan seatbelt-nya.

Niura hanya diam tak bereaksi, moodnya hari ini sudah hancur, dia sudah lelah ditambah lagi kakaknya yang ngaret menjemputnya.

Di dalam mobil tak ada percakapan antara kakak dan adik ini. Sam fokus menyetir, sedangkan Niura sibuk melamun dan memikirkan seseorang sambil melihat kearah jendela mobil.

Tiba-tiba buliran bening jatuh begitu saja tanpa Niura sadari. Dia memikirkan masalalunya bersama seseorang dan sekarang kenyataannya orang itu pergi setelah menitipkan sebongkah harapan kebahagiaan yang dirasa oleh Niura sekarang hanya sebatas kata-kata tak bermakna.

Saat Sam melirik adiknya, Sam menyadari bahwa adiknya itu menangis.

Cyittttt

Sam mendadak me-rem mobilnya dan langsung memarkirkannya di pinggir jalan.

"Kamu kenapa de? Kamu nangis lagi? Keinget lagi sama dia? Udah lupain aja, toh emangnya dia inget sama kamu? Gini ya, kamu itu cantik pasti banyak lelaki di luar sana yang pengen jadi pendamping kamu. Oh Come on my sweetheart, don't sad. He not the only one boy in this world. Move on! I know it is so hurt, but I trust you can do it", kata Sam sambil mendekatkan posisinya ke arah Niura dan memeluk erat Niura kedalam pelukannya, mencium puncak kepalanya dan mengusap rambut panjang Niura. Karena Sam tau kisah cinta adiknya begitu menyakitkan.

" You can say it so easy, but my heart can't do it", jawab Niura di sela isak tangisan nya, Niura memikirkan kenangan-kenangan manis bersama seseorang yang pernah dilalui bersama. Sungguh sangat manis, tapi sekarang saat mengingat kenyataannya begitu memilukan.

"Yaudah kamu harus jadi adik kakak yang kuat, jadi cewe yang kuat, jadi anak perempuan dari keluarga Almguer yang berani. Jangan cuman gara-gara ini kamu hilang harapan. Jangan sering cemberut apalagi nangis. Kamu lebih cantik kalo senyum. Jangan tangisi orang yang nyakitin kamu, karena kamu pantas bahagia, de", ucap Sam seraya melepaskan pelukannya dan mencium kening adiknya.

Niura hanya menganggukan kepala memberi tanda bahwa ia menjawab pernyataan sang kakak dengan kata "Iya", padahal dalam hatinya ia sungguh belum bisa melupakan orang itu.

"Langit aja ikutan‎ mendung sama kayak kondisi hati gue sekarang", bisik Niura sambil tertawa miris ketika melihat kearah luar jendela mobil ternyata di luar mendung.

Saat ini langit mendung dengan awan menggantung
Kurasakan sesuatu yang menyesakkan tepatnya di bagian jantung
Semacam luka tak berdarah namun begitu memilukan
Ternyata ini adalah rasa haus akan kerinduan yang begitu menyiksa, -Batin Niura.

***

TO BE CONTINUED

Jangan lupa tinggalkan jejak

Vote+comment kalian yang saya butuhkan :)

Salam wucaaa

NEVERMORETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang