Marel, Niura, dan Alex. Ketiganya berjalan menuju parkiran.
Marel membukakan pintu mobil depan dengan maksud mempersilahkan Niura duduk disana. Niura yang melihat perlakuan Marel hanya memutar bola matanya jengah, Niura mengabaikan tatapan Marel yang menyuruhnya untuk duduk di depan, Niura justru membuka pintu belakang dan masuk ke dalamnya tanpa sepatah kata pun.
"Udah, biasa aja muka lo jangan mupeng gitu, gue aja yang duduk di depan", ucap Alex dengan entengnya.
Sejak kapan gue bersikap manis gini sama cewek, gue rasa gue emang udah nggak waras, Marel membatin.
Marel hanya bisa menghela nafas panjang, dia pun berjalan memutari mobil dan masuk ke kursi kemudi.
Selama perjalanan menuju rumah Niura tidak ada percakapan diantara ketiganya.
"Rumah lo dimana?", tanya Marel memecah keheningan yang terjadi sedari tadi.
"Nggak jauh, bentar lagi juga nyampe, entar di persimpangan depan lo tinggal belok kanan aja", jawab Niura datar sambil memainkan ponselnya, padahal sebenarnya dari tadi Niura hanya melihat Explore di akun instagramnya, dan mengembalikannya lagi. Memang tidak ada kerjaan.
"Oh rumah lo di perumahan?", tanya Alex sambil memutarkan badannya melihat ke kursi belakang.
"Hmm", gumam Niura menimpali pertanyaan yang Alex lontarkan.
"Lo kenapa sih kek nya sensi amat sama gue", ujar Alex.
Niura mendongakkan wajahnya menatap wajah Alex.
"Emang lo siapa gue? Pengen banget gue baik-baikin?", tanya Niura.
"Ya enggak gitu juga maksud gue", jawab Alex.
"Bukan sensi ke lo doang kali Lex, gue rasa dia emang sensi sama semua orang deh", timpal Marel dengan entengnya.
"Sotoy lo", sinis Niura.
"Apa? Soto? Oh lo pengen makan dulu soto? Bilang dong kalo dari tadi Lo diam aja itu karena laper. Yaudah Rel kita mampir ke tukang soto yang di depan itu loh yang enak", ujar Alex antusias.
"Sotoy bege", jawab Niura dan Marel berbarengan.
"Cie cie barengan gitu jawabnya", goda Alex kepada Marel dan Niura.
"Dasar generasi micin, bege nya nggak ketulungan", ujar Marel sambil menoyor dahi Alex.Alex hanya bisa cengengesan tidak jelas menanggapinya.
Gue bisa gila kalo terus-terusan bareng mereka, batin Niura
Niura kembali asik memainkan ponselnya, hingga akhirnya pernyataan yang dilontarkan oleh Marel menghentikan aktifitasnya.
"Besok berangkat sekolah gue jemput ya Ra?", ujar Marel.
Niura hanya memandangnya namun tidak melontarkan sepatah kata pun untuk menanggapi pernyataan yang dilontarkan Marel barusan.
"Kalo lo diem berarti jawabannya iya", lanjut Marel dengan senyum yang merekah.
"Emang gue bilang mau? Jangan seenak jidat lo nyuruh orang lain buat mengiyakan semua ajakan lo, sorry ya bukannya gue nggak sopan sama kakak kelas, tapi jangan salahkan gue, karena lo yang mulai".
" Dan satu lagi, demi apapun gue males tau nggak berurusan sama lo", ujar Niura mengerlingkan bola matanya.
Marel yang sedari tadi mendengarkan segala macam kalimat yang diucapkan Niura hanya diam tidak membalas perkataan Niura, pandangannya hanya fokus ke depan memerhatikan jalan.
Aduh nih cewe emang bisa gue kicep seketika, Marel membatin.
Setelahnya tidak ada lagi percakapan diantara ketiganya. Mereka asik dengan pikiran masing-masing. Marel yang fokus menyetir, Niura yang memandang jendela mobil, dan Alex dengan Game di ponselnya.
Setelah beberapa menit berlalu, akhirnya Marel mulai memasuki area perumahan Niura.
"Rumah lo yang mana?", tanya Marel.
"Itu yang pagarnya putih", jawab Niura.
Marel pun menghentikan mobilnya di depan pekarangan rumah Niura. Dan nampak lah seorang laki-laki sedang berdiri di depan pintu sambil melipat tangannya di depan dada, dia adalah Sam.
Niura turun dari mobil Marel, Niura menghela nafas karena dia sudah tahu pasti kakaknya akan marah kepadanya karena pulang terlambat ditambah lagi dia tidak pulang bersama Naren dan Vitara, tapi justru dengan Marel dan Alex.
"Kak ma--", belum sempat Niura menyelesaikan perkataannya, Sam sudah lebih dulu menarik Niura ke dalam dekapannya.
"Kamu kemana aja de ini udah malem, terus mana temen-temen kamu yang lainnya? Bukannya tadi kakak udah bilang sama kamu kalo kamu harus pulang lagi bareng mereka", Sam melepaskan pelukannya, dan langsung menatap kedua makhluk dengan tampang tanpa dosa dihadapan Sam.
"Kalian nggak ngapa-ngapain adik gue kan?", tanya Sam dengan nada penuh penuntutan.
"Yah enggak lah bang, kita nggak berani macem-macem sama adek abang", ujar Marel.
Sam melihat Niura meminta penjelasan, apakah benar apa yang dikatakan Marel barusan dan Niura pun menjelaskan bahwa memang benar mereka berdua hanya mengantar Niura saja, bahkan mereka tidak mampir kemana-mana dulu, tentu saja Sam percaya kepada adik tersyangnya itu.
"Yaudah kalo gitu kalian berdua pulang sana", ujar Sam sambil merangkul Niura hendak masuk ke dalam rumah.
"Loh bang kok gitu? Nggak berperikemanusiaan dasar, nggak nawarin masuk nih, minimalnya ngasih minum lah", kesal Alex.
Marel yang mendengar ucapan temannya itu tentu saja langsung menyikut lengannya.
"Malu-maluin tau nggak lo", bisik Marel.
"Bodo, orang ganteng mah bebas", ucap Alex sambil menyisir rambutnya dengan jari.
"Emangnya gue tukang galon air? Kalo mau minum yang minum dirumah lo aja. Oh iya Lex lo kan biasanya minum air comberan. Kalo emang lo ganteng, nggak malu apa sama tuh muka ngemis minta air", gurau Sam.
"Sialan", ujar Alex.
"Udah hush hush cepetan kalian pulang", lanjut Sam sambil membawa Niura masuk ke dalam rumah.
"JANGAN LUPA YURA BESOK BERANGKAT SEKOLAH GUE JEMPUT".
Belum sempat Sam menutup rapat pintunya, karena mendengar teriakan Marel yang dengan beraninya mengajak Niura berangkat sekolah bareng, entahlah rasanya jiwa protective seorang kakak terhadap adiknya terpancing.
"Heh lo bocah, berani-berani nya lo ngajak ade gue berangkat sekolah bareng. Sini lob", seru Sam sedikit berteriak sambil melambaikan tangannya menyuruh Marel menghamirinya.
"Lo sih Rel macem-macem amat hidup lo, nyari masalah", bisik Alex.
"Gue laki man, jadi nggak masalah, nyantai aja".
"Oh gue tahu, ternyata dugaan gue bener, lo suka ya sama Niura?", tanya Alex.
---
Sorry baru bisa update hari ini ^^
Semoga di chapter/part kali ini feel nya dapet, Komawoyo
Salam wucaaa
KAMU SEDANG MEMBACA
NEVERMORE
Teen FictionKarena pada dasarnya cinta bukan hanya tentang seberapa dekat, seberapa sayang, dan seberapa percaya. Kepada siapa hatiku berlabuh nantinya? Entahlah, biar itu menjadi urusan semesta. Since : 13 Desember 2017