(Bubar) Eunha x Mingyu

1.7K 79 7
                                    

"sayang kau dimana? "

"Aku di kantor sayang,  ada apa? " suara lembut bercampur panik Mingyu menyerang telinga Eunha.

" Tolong cepat pulang,  kumohon. " Suara memelas Eunha berhasil meningkatkan kadar panik seorang Kim Mingyu.

"Apa yang terjadi?  Ok,  tunggu aku dirumah.  Aku pulang sekarang. Aku mencintaimu."

Tanpa ba bi bu,  Mingyu melesat meninggalkan meja rapat membuat beberapa koleganya mengernyitkan dahi. Untung saja Lee Seokmin, selaku sekretaris pribadinya dengan sigap membaca situasi menenangkan para kolega.

Sudah menjadi kebiasaan Mingyu selama 2 bulan terakhir ini.

"Sayang,  kau dimana? Kau baik-baik.... " belum sempat dia membuka pintu kamar,  sebuah tangan menarik tangan kanannya. 

Eunha dengan sigap menarik kerah leher lelaki jangkung nan tampan di depannya. Mendekatkan wajah mereka.

Mingyu sedikit membungkukkan badannya karena tubuh Eunha yang mungil.

"sayang,  kau kenapa, hmm?" selembut itu kata-kata yang keluar dari mulut Mingyu. 

Dia masih menatap khawatir gadis yang dinikahinya beberapa bulan yang lalu. Diusapnya pipi lembut Eunha yang membuatnya tambah terbuai.

Tanpa basa basi Eunha langsung mempersempit jarak diantara mereka.  Mencium suaminya tiba-tiba. Mingyu hanya mematung diperlakukan seperti itu.

Tempelan bibir yang awalnya manis,  kini berubah menjadi lumatan dan saling menggoda dengan gigitan nakal. 

Kilatan gairah terlihat di mata Eunha saat mereka sejenak menghirup oksigen setelah sesi ciuman lama mereka.

"Aku menginginkannya. " hanya kata itu yang terlontar dari bibir mungil Eunha.  Dadanya bergemuruh,  gairahnya memuncak.

Dengan tergesa gesa dia membuka kancing kemeja biru langit yang menempel di badan tegap Mingyu.

Ingin rasanya Mingyu menghentikan kegiatan istrinya,  tapi apa daya dia tak mau istrinya merajuk.  Lagipula siapa yang bisa menolak dicumbu lebih dulu.

Eunha kembali meraih leher Mingyu dan mencumbunya lembut.  Kalau sudah begini Mingyu sendiri akan tergoda dan dengan lihai tangannya meraih pinggang sang istri,  menariknya sedikit ke atas agar posisi mereka nyaman.

Lama mereka berciuman Mingyu melepas tautan bibir mereka.  "Kau yakin sayang?"

Eunha menganggukkan kepala.  "Lakukan." Katanya memperlihatkan mata bulatnya.

"Dengan senang hati sayang." Mingyu mengedipkan matanya nakal lalu menganggkat istrinya ala bridal style.

Pintu kamar pun ditutup dan hanya desahan yang terdengar dari luar.

"Sayang, apa aku seperti jalang? " Eunha menatap Mingyu penuh arti.
Beberapa menit yang lalu mereka selesai bercinta dan sekarang tangan kanan Mingyu dijadikan bantal oleh Eunha. 

"Apa yang kau katakan?  Siapa yang bilang kau jalang? " Mingyu sedikit mengernyitkan dahi mendengar perkataan istrinya.

"Aku menyuruhmu pulang dengan alasan seperti ini,  aku tau kau pasti sibuk di kantor,  dan aku pasti sudah membuatmu susah. Dan juga aku menggodamu. Bukankah ini seperti wanita jalang?"

"Hei,  jangan sekali-sekali kau bilang dirimu jalang, itu tidak pantas.  Kau adalah istri Kim Mingyu. Kau bebas memintanya dan itu kewajibanku memenuhi keinginanmu. " Mingyu bersikeras meyakinkan Eunha kalau pikirannya tidak benar.  Dari mana dia belajar kata-kata seperti itu?

"Lagipula aku suka kau yang seperti ini. Kau yang meminta duluan dengan caramu,  itu sangatlah manis-" Mingyu menjeda kalimatnya lalu mendekat ke telinga Eunha membisikkan sesuatu.  "-dan menggairahkan. "

Hembusan nafas Mingyu membuat bulu kuduk Eunha merinding sekaligus membangunkan gairah yang beberapa saat yang lalu sudah tertidur.

Buru-buru Eunha mendorong dada suaminya dan bangun dari posisi tidurnya.

Sebelum dia turun dari tempat tidur,  tangannya ditahan oleh Mingyu.

"Kau mau kemana? " tanya Mingyu yang tidak mau Eunha beranjak secepat itu.

"Aku mau mandi, lagipula ngidamku sudah selesai. Jadi sekarang kau bisa ke kantor lagi."

Merasa tidak terima ditelantarkan,  Mingyu menarik tangan Eunha membuatkan kembali terbaring di sebelahnya dan memeluk tubuh kecil Eunha.

"Yaaa,  lepaskan Mingyu!"

"Tidak."

"Kau menyakiti ibu hamil."

"Ibu hamil menyakiti hatiku." Mingyu semakin mengeratkan pelukkannya. Tapi dia tau tidak boleh membuat Eunha benar benar kesakitan mengingat kandungannya yang masih 3 bulan dan Mingyu harus extra hati-hati.

"Katakan kau mencintaiku baru aku lepaskan."

"Aku sedang tidak ingin mengatakkannya. Jangan memaksaku Mingyu."

"Nak,  ibumu tidak mencintai ayah. Bagaimana ini? " Seperti ingin memberitahu bayinya,  Mingyu berbisik di telinga Eunha,  mengingat dia tidak bisa bicara di depan perut Eunha.

"Bukan begitu,  tapi aku memang tidak ingin mengatakannya sekarang. Mengertilah aku sedang tidak mood Mingyu. "

Mingyu tahu betul itu,  moodswing istrinya benar-benar parah. "Kalau begitu cium aku."

"Kau masih menginginkannya setelah permainan panas kita tadi? "

Mingyu menganggukkan kepalanya.

"Lepaskan dulu pelukanmu.  Bagaimana aku menciummu kalau kau masih mengurungku seperti ini?"

Mendengarnya,  Mingyu langsung melepas pelukkannya dan dengan perasaan senang memajukan wajahnya.

Mendapat kesempatan seperti itu,  Eunha turun dari tempat tidur, mengambil handuk, dan lari ke kamar mandi.

"Yaaa,  Kim Eunha, hati-hati.  Jangan berlari kau membawa anakku!"

CRAVINGSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang