Tatapan tajam Yewon menusuk hingga mampu menguliti sasaran di depannya. Tidak ada yang mampu merubah mood wanita satu ini sekarang.
"Sudahlah, ayah tidak ingin melihat kalian berdebat lagi. Apa tidak bosan?" Suara berat Tuan Kim bergema memecah keheningan.
Yewon tidak mau mengalah, melihat orang di depannya saja dia sudah mual.
Pria itu adalah Vernon, musuh besarnya di perusahaan milik ayah Yewon. Lihatlah, betapa menyebalkannya si wajah tampan blasteran itu yang makan dengan polosnya.
Pria itu licik, bahkan lebih licik dari koruptor. Semua pekerjaan Yewon yang hampir selesai, malah dia yang mengambil alih. Mengingatnya saja Yewon sudah ingin ke toilet memuntahkan salad yang baru saja dia makan.
"Aku tidak pernah bosan melawan orang ini, yah." Ucap Yewon.
Vernon masih menatap steak yang dia potong santai. Tanpa disadari seringaian muncul di wajah tampannya.
"Kalian sudah tinggal serumah tapi masih saja bertengkar. Kalau seperti ini kapan ayah bisa mendapat..." Tuan Kim menjeda kalimatnya karna suara telfon. Sepertinya penting karna beliau buru-buru pergi dari restaurant sebelum berpamitan dengan dua orang yang kini saling bertatapan. Tajam.
Sepeninggalan Tuan Kim, suasana kembali menegang.
"Ayahmu sudah pergi, aku tidak perlu diam lagi." Ucap Vernon tiba-tiba mengangkat wajahnya.
Yewon berdecih. Lihat, si licik ini sudah kembali ke sifat aslinya. "Katakan, apa yang kau mau?" Tanya Yewon tanpa basa-basi.
Vernon meneguk jus jeruknya habis lalu mengelap pelan mulutnya dengan serbet. Sangat pelan sampai Yewon gemas sendiri melihatnya.
Vernon menyandarkan punggungnya ke belakang mencari posisi nyaman sambil bersilang tangan. Pemandangan di depannya sangat indah sampai-sampai dia tak mau mengalihkan tatapan sedikitpun.
"Aku ingin mengambil alih semua proyekmu." Ucap Vernon tenang.
Yewon merasa bergemuruh. Proyek yang dia jalani berbulan-bulan dengan gampangnya diminta, dan itu oleh musuh besarnya. Sampai kapanpun tidak akan dia serahkan.
"Brengsek!"
"Sttt, language beb."
"Jangan mimpi. Itu tidak akan terjadi bahkan dalam mimpimu."
"Bagaimana kalau di dunia nyata?"
"Sudah kubilang jangan..."
"Berteriak lagi, akan kugigit bibirmu."
Mereka saling memandang sengit. Yang satu ingin berteriak, yang satu ingin menggigit.
Beberapa orang yang berada di restaurant memandang aneh mereka. Merasa kesal Yewon bangkit menyambar tas di sebelahnya lalu hendak pergi dari hadapan pria brengsek di depannya. Muak sudah dia menghadapi persaingan yang tak pernah berhenti dan pria itu tidak berubah, tetap mengusik hidupnya dari dulu.
"Ingat, aku tidak akan membiarkanmu mengambil apa yang jadi milikku. Sampai kapanpun!" Ucap Yewon penuh penekanan.
Setelahnya dia pergi meninggalkan Vernon yang masih duduk tenang di tempatnya tapi percayalah pikiran pria itu sedang bergulat sekarang.
....
"Ayah, jelaskan padaku apa maksud semua ini?" Yewon menerobos masuk ke ruangan Tuan Kim dengan emosi yang hampir meledak kalau tidak mengingat dia sedang di kantor sekarang.
Tuan Kim menanggalkan kacamatanya dan menaruhnya di atas meja. Pandangannya kini mengarah ke putrinya yang berdiri tak tenang di depannya.
"Ayah harus melakukannya karena dia yang mampu menjalankan proyek ini. Kau harus mengerti."
KAMU SEDANG MEMBACA
CRAVINGS
FanfictionKumpulan kisah para Bubar (Ibu baru) yang lagi ngidam ditemani para Susi (Suami Siaga).