Seberapa pun Seungcheol ingin memahami ibu hamil, semua cara yang dia lakukan selalu salah dimata istri, karena dia akan mendapat tanggapan yang tak terduga dari istrinya. Di sela-sela rasa bahagianya menjadai seorang ayah, mood swing sang istri terkadang mengacakan semangatnya. Contoh ketika dia mulai memenuhi keinginan Sowon, istrinya menganggap itu terlalu memanjakan, takut anak mereka akan tumbuh manja setelah lahir. Ketika dia memperlakukan Sowon dengan manis, istrinya merasa mual karena biasanya Seungcheol hanya bersikap manis dengan berkas-berkas. Dan masih banyak lagi yang tidak bisa dia tebak kapan dan keanehan apa lagi yang muncul dari istrinya.
Begitupun sekarang, saat akan pulang kantor, sebuat pesan dari sang istri yang meminta dibelikan makanan. Baiklah, prihal membelikan makanan untuk ibu ngidam, bukan masalah besar untuknya, pun masalah jarak yang harus ditempuh yang memakan waktu dua setengah jam, juga bukan masalah untuknya. Tapi entah kenapa keinginannya sekarang hanya satu, cepat-cepat membawa kaki ayam pesanan Sowon pulang ke rumah. Wajahnya masam sejak melihat seorang bibi mengaduk-aduk kaki ayam dengan saos sambal pedas di atas wajan. Lagi-lagi kata istrinya, tempat itu adalah pojok paling laris sepanjang pasar malam.
Seungcheol tak perduli seberapa terkenal dagangan bibi penjual kaki ayam, masalahnya dia sangat benci kaki ayam. Salah satu makanan yang tidak akan masuk list makanannya, baik itu saat Perang Dunia Terakhir ataupun saat dunia akan musnah.
“Tidak, aku membelinya hanya 1 bungkus.”
Terdengar suara nyaring dari seberang membuat Seungcheol menjauhkan telepon genggam dari telinganya. Istrinya marah.
“Baiklah, salahku tidak membelinya 2 bungkus, aku tak melihat pesan tambahan darimu. Tapi, sayang, aku sudah sampai di belokan kompleks rumah kita. Apa kau tega melihatku kembali ke pasar malam lagi? Coba hitung pelan-pelan jam berapa aku sampai di rumah jika harus kembali ke sana.” Mulut manis Seungcheol sangat pandai berkilah, inilah yang tidak bisa dilawan oleh Sowon, ketika mereka berdebat dan Seungcheol selalu menang dengan logikanya.
Helaan napas terdengar setelah dia mematikan panggilan. Istrinya setuju dengan 1 bungkus ceker ayam.Seungcheol menutup pintu rumahnya lalu menghidupkan lampu rumah. Rumah tampak sepi karena Sowon pasti sedang di kamar menonton sesuatu. Sepatu dia susun rapih di rak, tak boleh berserakan, itu pesan Sowon setiap hari. Seugcheol tidak langsung ke kamar karena harus mengambil piring dan sendok sebelum membawanya ke dalam.
Dan benar saja, saat Seungcheol membuka pintu kamar, Sowon sedang mengelap matanya dengan tisu. Matanya bengkak, hidungnya merah. Oh baiklah, Seungcheol harus memastikan istrinya menangis bukan karena dia kurang membeli kaki ayam.
“Sayang, kaki ayamnya sudah kubelikan. Kenapa kau masih menangis?” Seungcheol menghampiri Sowon yang sedang mengumpulkan tisu yang berserakan di atas ranjang.
Sowon melirik nampan di tangan Seungcheol lalu kembali fokus ke TV. “Bilang ceker ayam saja sudah salah,” gerutunya.
“Kau tahu aku tidak pernah makan ini,” tunjuk Seungcheol. “Tapi aku membelinya, kan?” Senyum Seungcheol merekah kala mata istrinya menatap balik.
Sowon tidak menggubris, dia malah fokus menonton di TV sambil sesekali mengelap matanya. Ini membuat Seungcheol tambah resah.
“Apa kau marah padaku sampai menangis seperti ini?”
“Sudah tahu salah, kenapa harus bertanya?” Bentakan Sowon sempat membuat ceker ayan di tangan Seungcheol terombang-ambing.
Sesaat Seuncheol merasa dirinya benar-benar bersalah tapi drama yang muncul di TV menjelaskan semua. Dia meletakkan nampan di nakas lalu ikut masuk ke dalam selimut bersama istrinya. Duduk bersandar di dashboard sebelah Sowon yang sedang sesegukan. Dia memperhatikan sisi kiri wajah istrinya. Sangat cantik apalagi semenjak hamil pipinya sedikit berisi membuat wajah Sowon terlihat fresh.
Merasa diperhatikan, Sowon menoleh ke samping dan mendapati suaminya menatap kagum ke arahnya. Senyum manis tersimpul di wajah tampan Seungcheol. Sowon mengerutkan dahi.
KAMU SEDANG MEMBACA
CRAVINGS
FanfictionKumpulan kisah para Bubar (Ibu baru) yang lagi ngidam ditemani para Susi (Suami Siaga).