2. Best(?)friend

881 138 65
                                    


"Namjoon-ahh ...." Suara teriakan cempreng dari saluran diseberang membuat Namjoon refleks menjauhkan ponsel dari daun telinganya, tidak ingin dirujuk ke dokter spesialis THT karena gendang telinganya robek.

"Wae?" tanyanya sambil mengedarkan pandangan mencari sosok Jung Nabi, yang belum lama masih berlalu lalang di hadapannya.

"Tolong belikan itu." Seperti mau menangis, suara sahabatnya terdengar merengek, membuat Namjoon meminta Hongbin dengan isyarat tangannya untuk menggantikan menjaga meja kasir.

"Itu? Hey, di mana kau?" Namjoon masuk ke arah dapur masih mencari si gadis.

"Di kamar mandi. Ayolah! Masa kau tidak mengerti? Ini tanggalnya, Joon-ah." Namjoon menutup matanya, menahan napas, mulai mengerti ke mana arah pembicaraan ini.

"Ya! Kena-"

"HURRY!!!" Teriakan si gadis membuat Namjoon berdecak, mematikan sambungan telepon dan segera berlari ke luar cafe, menuju supermarket.

Dengan terengah-engah Namjoon memandangi rak yang berisi bungkusan dengan berbagai merk dan warna yang entah kenapa selalu membuatnya bingung dengan pilihan yang sangat banyak.

"Ayo, Namjoon, sudah berulang kali kau melakukan ini sebelumnya. Masa kau tidak ingat yang mana?" gumamnya yang dengan ragu mulai mengambil bungkusan warna pink bergambar Hello kitty, dan beranjak ke kasir.

Namun sedetik kemudian ia kembali lagi dengan keranjang belanja dan memasukkan semua varian merk dari produk yang ada di rak tersebut.

Dia merogoh sakunya untuk mengambil dompet saat ia menyadari wanita penjaga kasir yang terdiam melihat isi keranjang belanjanya.

"Oh. Aku tidak tahu yang mana yang biasa dia pakai," ucapnya kikuk sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, entah mengapa ia mulai menjelaskan pada kasir yang padahal tidak mengucapkan sepatah katapun.

Suara tawa di belakangnya, membuat Namjoon menengok ke arah seorang gadis yang sedang mengantri di belakangnya.

Seorang gadis dengan paras lembut, feminim, dan senyum yang meneduhkan.

"Untuk pacarmu? Lalu kau mau membeli semuanya atau butuh bantuan untuk memilih?" Suara gadis itu yang sejernih embun pagi membuat Namjoon hanya mengangguk dengan bodoh, tanpa benar-benar mendengar apa yang si Gadis katakan.

"Ini sudah hari yang keberapa?," tanya si Gadis lagi.

"Eh?" Namjoon kikuk.

"Sudah hari yang keberapa pacarmu datang bulan?" Dengan sabar dan senyum yang masih terpatri, gadis itu mengulangi pertanyaannya.

"Baru saja. Em ... maksudnya, ini hari pertamanya. Eh dia bukan pacarku, dia hanya-" nada dering ponsel Namjoon memotong pembicaraannya dengan si gadis, membuat Namjoon merutuk dalam hati.

"Yeob-"

"YA! KENAPA LAMA SEKALI?" Lagi. Teriakan dari seberang saluran membuat Namjoon menjauhkan ponselnya.

Dua kebiasaan Nabi yang membuat Namjoon mengelus dada. Pertama, ia tidak pernah membiarkan Namjoon menyelesaikan kalimatnya. Yang kedua, ia suka sekali berteriak. Sepertinya ia memang harus mengasuransikan telinganya sebelum Nabi membuatnya kehilangan salah satu bagian dari panca inderanya.

"Aku masih di kasir, bisa bersabar sedikit, Nyonya?" Namjoon berusaha menjaga nada suara yang sebenarnya sangat ingin membalas teriak kepada Nabi yang sudah mengganggu momennya dengan si Gadis di hadapannya yang sekarang sudah menghilang entah ke mana.

Namjoon kembali menghadap ke arah kasir dimana keranjang belanjaannya sudah lenyap dan hanya menyisakan satu bungkus sanitary pad dengan bungkus warna pink bergambar hello kitty.

"Perempuan tadi membawa pergi keranjangmu kembali ke dalam, dan ini yang ia sarankan," kata si Kasir wanita menjawab kebingungan Namjoon

Seberapa pun besar keinginan Namjoon untuk menemui gadis yang telah membantunya dan mengucapkan terima kasih, teriakan Nabi dari ponsel yang masih menempel di daun telingannya membuat ia segera membayar barang yang ia beli dan berlari lagi menuju kafe tempatnya bekerja.

***

"Terima kasih, Sayang."

Nabi memutar bola matanya mendengar panggilan 'sayang' dari Namjoon yang hanya akan keluar dari mulutnya setiap kali Nabi berhasil membetulkan kembali sesuatu yang sudah dirusaknya. Kali ini tidak terlalu parah, Namjoon hanya membuat kaca geser penutup etalase display kue, terlepas dari slide-nya, hal kecil bagi Nabi namun tetap menyisakan pertanyaan di benak si Gadis tentang bagaimana cara Namjoon membuka kacanya sampai bisa terlepas seperti itu.


"Traktir aku sushi," kata Nabi sambil berjalan masuk ke arah loker untuk mengambil baju gantinya, diikuti Namjoon.

"Anggap saja impas. Tadi siang kau sudah membuat pria setampan ini berlari terbirit-birit hanya untuk membeli-" Nabi segera menyumpal mulut Namjoon dan memberikan tatapan tajam.

"Setidaknya karena aku, akhirnya kau bisa bertemu dengan 'angel'-mu itu, 'kan?" Nabi memberikan nada mencemooh saat mengatakan kata 'angel', entah kenapa ia merasa risih saat Namjoon tidak hentinya menceritakan dengan berlebihan tentang wanita yang baru saja ia temui saat membelikan 'benda keramat' untuknya tadi siang.

"Harusnya traktirannya double," gumam Nabi yang masuk ke toilet meninggalkan Namjoon yang histeris melihat apa yang digunakan NaBi untuk menyumpal mulutnya.

Gumpalan sepasang kaos kaki si gadis.

"Ya! Nabi sialan! Pantas saja tidak ada yang mau jadi pacarmu," rutuk Namjoon sambil mencium kaos kaki Nabi yang sedikit berbau anyir, dan segera melemparnya ke tong sampah.


***

4 Tahun yang lalu

"Jung Nabi, 17 tahun, cantik dan energik, bertaruh tidak akan pernah berpacaran dengan si cupu Namjoon meskipun dia pria terakhir dunia ini. Jika aku melanggar, aku siap mengelilingi Kota Seoul dengan sepeda motor hanya menggunakan bikini." Suara sorakan anak-anak kelas XI-B riuh setelah Nabi mengucapkan sumpahnya di depan kelas.

"So Lame." Namjoon menunjukkan jempol terbaliknya kepada Nabi yang dibalas dengan jari tengah melayang.

"Aku Kim Namjoon, 18 tahun, tampan dan pintar, bertaruh tidak akan pernah jatuh cinta dengan si Hobbit alias Nabi meskipun kaum hawa di dunia ini punah. Jika aku melanggar sumpah ini, aku rela untuk memotong lidahku."

Suara riuh anak kelas berubah menjadi decak horor mendengar sumpah Namjoon.

Dua sahabat kecil yang tidak pernah akur namun juga tidak terpisahkan, mendeklarasikan sumpah mereka di depan kelas hanya untuk membuktikan bahwa persahabatan antara lelaki dan perempuan tanpa melibatkan perasaan romansa itu MUNGKIN.


***

A/N: alohaaa... Enjoy reading.. 💋

Author: NB_MSG
Length: 899 words

DNAWhere stories live. Discover now