15. Temptation

250 46 18
                                    

Jika ada yang bertanya siapakah gadis yang paling bahagia di muka bumi ini? jawabannya adalah, Kim Ahrin. Oh, ok.. itu hanya pemikirannya sendiri. Meski ya, kenyataannya ia memang selalu bahagia. Bagaimana tidak? Kedua orang tuanya sangat menyayanginya, kakak lelakinya juga -meski sering mengatainya-, seorang sahabat yang sangat setia meski sering beradu argumen, serta kekasih yang sangat mencintainya. Lengkap sudah.

Untuk sekarang, kita berbicara mengenai kekasihnya yang bermarga Jung itu; Pria mapan, tampan dengan senyum manisnya yang menawan. Ahrin begitu mencintainya. Mencintai segala kekonyolannya, mencintai cara berlebihannya saat bersikap, mencintai cara ia menyukur kumis, mengaduk adonan roti, juga keromantisannya, rambutnya, wajahnya, hidung mancungnya, suara melengkingnya, dan intinya Ahrin mencintai semua yang ada pada dirinya.

Masih jelas terngiang di benak Ahrin, mana kala ia masih muda dahulu diperebutkan dua orang pria yang berbeda aura. Min Yoongi, tetangga sementaranya, dan juga Jung Hoseok, sahabat dari tetangga sementaranya itu. Sungguh konyol cara mereka berusaha mendapatkan hatinya. Tentu saja mereka memiliki usaha masing-masing. Jika Hoseok memberinya cokelat, maka Yoongi akan menanamkan pohon cokelat di depan rumahnya yang berakhir dicabut oleh Heechul. Jika Yoongi melindungi Ahrin dari teman laki-lakinya yang nakal, maka Hoseok akan memberinya cokelat lagi. Ya, begitu seterusnya. Saat itu Ahrin masih duduk di bangku menengah pertama, dan dua orang itu duduk di bangku sekolah atas kelas dua.

Sampai akhirnya Min Yoongilah yang mengalah, atas nama persahabatan ucapnya dulu. Namun, tetap saja berakhir dengan sebuah ancaman; Jika kau sampai meninggalkan Ahrin, aku akan merontokkan semua gigi besarmu itu. Menakutkan bukan? Tapi toh Ahrin tak peduli, sebab hal itu tak akan pernah terjadi. Hoseok tidak akan pernah meninggalkannya. Maka dari itu, Ahrin mengenal Yoongi dengan baik.

"Sayang?"

Hoseok tersenyum dengan masih menutup matanya. Saat-saat seperti ini, ia sangat senang menggoda Ahrin. Disaat gadis Kim itu berusaha membangunkannya, ia akan pura-pura tidur sampai kemudian Ahrin menyerah dan Hoseok seketika menariknya ke dalam pelukan pagi yang hangat. Ah, sempurna.

"Ayo bangun. Jangan pura-pura lagi. IQku 130, kau tidak akan bisa membohongiku."

Halah, omong kosong apa itu? Nyatanya Hoseok yang terkenal lambat saja lebih cerdik darimu, Ahrin.

Bosan menunggu Hoseok yang tak kunjung membuka mata, Ahrin memutuskan untuk beranjak dari ranjang dan berdiri di depan cermin yang tersandar di dinding, menyubit pipi kanannya ke kanan sebelum akhirnya mengulas senyum lebar.

"Akhirnya, setelah sedikit berjuang diet kau mau menyusut juga." Ujarnya, masih menyubit pipinya.

Hoseok yang mendengar itu akhrinya membuka mata dan menoleh ke arahnya. "Sudah kukatakan berkali-kali, Sayang. Kau cantik apa adanya." Suaranya serak dengan kedua telapak tangannya yang ia letakkan di belakang kepala sebagai tumpuan.

Ahrin mengulum bibirnya sambil menyilakan ramburnya ke belakang telinga. "Tapi, aku belum gosok gigi. Bagaimana bisa cantik?"

Dalam hati Hoseok berdoa, semoga kepolosan gadisnya ini berkurang saat usai menikah nanti. Bisa susah sendiri ia nanti.

***

Ahrin meletakkan sepiring omelette di hadapan Hoseok yang seketika membuatnya mengalihkan pandangan dari ponsel ditangan kirinya. Hoseok melempar senyum, ia suka perhatian Ahrin yang tidak pernah absen memberinya sarapan, meningatkan makan, bahkan langsung meneleponnya saat ia tak sempat membalas pesan yang menyuruhnya untuk makan siang, atau makan malam. Ahrin itu cerewet, sangat. Dari nilai sepuluh, Hoseok memberi nilai sembilan koma sekian-sekian untuk menilai kadar kecerewetannya. Tapi, begitulah Ahrin. Gadis penurut nan polos yang akan teriak jika melihat dirinya keluar dari kamar mandi dengan hanya mengenakan handuk tanpa atasan. Tapi, tetap saja, Hoseok sadar jika semakin hari semakin terasa berbeda, bukan Ahrin, bukan pula dirinya, tapi hatinya.

DNAWhere stories live. Discover now