Jeon Jungkook merapatkan kedua tangannya membentuk raut memohon, "Ayolah, temani aku, ya?" bujuknya.
"Tidak bisa, Jeon. Hoseok Oppa sudah menungguku di toko. Besok aku akan menemanimu."
"Tidak bisa, Kim. Kemarin aku dan Taeri Noona bertengkar. Semua salahku, itu sebabnya aku ingin memberikan kejutan agar dia tidak marah lagi padaku. Ya? Ya? Temani aku sebentar saja," pinta Jungkook dengan masih merapatkan kedua tangan.
"Itu 'kan salahmu sendiri. Ya sudah, kau cari hadiah sendiri saja. Aku sibuk!"
"Hey! Hey! Mau ke mana kau? Hey!" Jungkook sudah bersiap untuk menarik paksa tangan Ahrin, namun gadis itu berlari sebelum Jungkook berhasil meraih tangannya.
"Dasar cacing alaska!" umpat lelaki Jeon itu kemudian.
***
Ahrin terkekeh membayangkan wajah Jungkook yang pasti sudah ditekuk seperti lipatan baju kusut. Tapi mau bagaimana lagi? Ahrin sudah terlanjur berjanji untuk datang ke toko kekasihnya karena pria ber-jawline tajam itu tadi mengirimnya pesan.
Sebenarnya ia juga cukup heran, jarang sekali Hoseok memaksanya untuk datang.
Ahrin memasuki Jmang Bread dengan senyuman khasnya. Ia bahkan menyapa beberapa pembeli lalu kembali tersenyum mana kala melihat seseorang yang menjadi tujuannya datang ke tempat ini sedang sibuk di dapur dengan adonan rotinya. Ia semakin tampan dan menawan saat mengenakan seragam koki.
"Ini, Tuan. Selamat berbelanja kembali—Oh, Ahrin-ssi?" ujar Jihoon, salah satu pegawai Hoseok yang tingginya hanya selisih beberapa centi darinya.
"Hai, Jihoon-ssi," sahut Ahra sambil mendaratkan bokongnya pada kursi bundar di depan meja kasir Jihoon.
"Kau ingin menemui Bos?"
Ahrin memutar bola matanya malas, "Tentu saja! Lalu kau pikir siapa?"
Jihoon meringis dengan lucu.
"Kau tunggu sini saja, mungkin sebentar lagi—"
JDUARRRRRR!
Spontan kedua netra Ahrin membola. Bagaimana tidak? Terdengar suara ledakan dari dapur dan disana masih ada Hoseok. Tolong garis bawahi, kekasihnya masih berada didalam sana.
"Ya Tuhan!" pekik Ahrin yang sudah mulai meneteskan air matanya.
Ia berlari ke arah pintu dapur dan mendorongnya dengan paksa. Gadis mungil itu terbatuk-batuk karena asap tabung APAR yang disemprotkan ke seluruh ruangan dapur. Gadis itu tak kuasa menahan tangisnya lagi ketika mengingat kekasihnya yang masih ada di sini dan entah bagaimana keadaanya sekarang.
Sepasang kaki menyambutnya, sayang bagian badannya masih tertutup oleh asap. Hingga kemudian asap itu mulai melenyap dan menyisakan seorang Jung Hoseok yang tengah berdiri membawa sebuah kotak kecil di depan tulisan 'Will You Marry Me?' yang tertempel di tembok.
Lelaki jakung itu menahan senyumnya dengan terus menatap ke arahnya, membuatnya spontan berlari dan memeluknya dengan tangisan yang mulai menggema seisi dapur.
"Aku takut. Kau membuatku takut," keluh Ahrin disertai isakan, dan Hoseok hanya bisa menenangkannya dengan mengelus pinggang sempit gadisnya.
"Apa aku gagal memberimu kejutan?" tanya Hoseok dengan polosnya dan benar saja pukulan bertubi-tubi ia dapatkan dari tangan kurus Ahrin.
"Gagal katamu? Apa kau tak tahu jantungku hampir saja berlari dari dadaku karena terlalu kaget?" Hoseok benar-benar puas membuat Ahrin seperti ini, lelaki itu tertawa puas kemudian mengecup keningnya dengan sayang dan berlutut dihadapannya.
YOU ARE READING
DNA
FanfictionSatu hati terkoneksi pada satu hati yang lain. Satu hati ditakdirkan untuk satu hati yang lain. Satu hati, memiliki DNA untuk menjadi pasangan satu hati yang lain. Namun masing-masing satu hati itu terhubung semu dengan banyak hati yang lain. Membua...