Chap 2

7.1K 773 45
                                    


Satu-persatu para dokter dan ahli gizi keluar dari sebuah ruangan setelah rapat terselesaikan. Tak terkecuali Baekhyun, ia berjalan menyusuri lorong rumah sakit bersama salah satu rekannya, Dokter Joonmyun.
Mereka memang cukup dekat lantaran rekan satu profesi dan usianya yang hampir sebaya.

"Ku dengar pihak kepolisian sedang menyelidiki kasus sindikat narkoba lagi." Joonmyun membuka pembicaraan di sela perjalanannya bersama Baekhyun.

"Aku tak habis pikir, mereka jelas tahu bahwa narkoba sangat berbahaya tapi mereka tetap menjual dan ada pihak yang membeli." sahut Baekhyun. Mereka memang sering menggunakan bahasa informal satu sama lain jika tidak dalam masa bertugas, namun akan berbicara secara formal ketika bertugas dalam menangani residen.

"Mereka hanya mengikuti hawa nafsu sesaat saja, kau tahu kan?"

"Ya, dan kita akan mendapat surat rujukan dari pihak kepolisian untuk menangani para pecandu itu jika ada yang tertangkap." Baekhyun terkekeh menyahuti ucapan rekannya itu.

"Mereka hanyalah korban, Jadi lebih baik di sembuhkan. Yang patut mendapat hukuman adalah pihak pengedar."

Baekhyun mengangguki ucapan rekannya, Dokter Joonmyun. Memang  benar adanya, bahwa pihak konsumen hanyalah korban bukan pelaku, Baekhyun membenarkan hal itu dalam hati.

"Ah, sepertinya kita harus berpisah di sini, sampai jumpa Dokter Byun." ujar  Joonmyun dalam nada candanya.

"Sampai jumpa juga, Dokter Kim." Baekhyun tertawa kecil saat membalas ucapan perpisahan rekan kerjanya itu.

Setelah berpisah dengan Dokter Joonmyun, Baekhyun kembali melangkah menuju ruangannya seorang diri dan sesekali menyapa residen yang berpapasan dengannya.




*****



"Mau kemana?"

Chanyeol menghentikan langkah kakinya saat suara sang kakak menyapa indera pendengarannya, lalu menoleh sejenak untuk menatap wajah sang kakak.
"Bukan urusanmu." sahutnya acuh lalu kembali melangkah.

Namun sebelum langkah kakinya menjauh, Boram lebih dulu mencekal lengannya.
"Tentu saja ini menjadi urusanku karena kau adalah adikku."

Chanyeol berdecih mendengar ucapan sang kakak.
"Lepaskan cengkraman tanganmu, kau menghambat waktuku."

Boram menghela nafasnya sejenak, berusaha mengontrol emosinya agar tak terpancing karena ulah sang adik yang tak sopan dengannya.
"Jawab pertanyaan noona dulu, Chanyeol." bujuk Boram dengan lirih, ia sematkan kata noona agar sang adik bisa sedikit menghargainya sebagai kakak.

"Ck, ku bilang lepas ya lepas. Apa telingamu tuli?" Chanyeol menarik paksa tangannya yang di cengkram oleh sang kakak, lalu melanjutkan langkah kakinya kembali.

"Di mana letak sopan santunmu itu Chanyeol? Sadarkah dengan usiamu sekarang?" Boram berteriak tak perduli jika para asisten di rumahnya mendengar teriakannya.

Sementara Chanyeol menatapnya dengan tak minat.

"Kau bukan anak kecil lagi yang tak tahu apa itu sopan santun, kau sudah dewasa Park Chanyeol. Berhentilah bersikap kurang ajar dan pikirkan masa depanmu." suaranya kembali melirih, tangan kurusnya menggenggam telapak tangan sang adik dengan lembut dan menatapnya seolah memohon.
"Pikirkan masa depanmu, Chanyeol. Berhentilah bermain-main, bantulah ayah mengelola bisnisnya. Demi masa depanmu, Chanyeol."

Let Me Heal YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang