Take my hand

6.1K 751 67
                                    


Sesibuk apapun, Minyoung tetaplah seorang ibu bagi kedua anaknya. Tak bisa selalu berada di samping kedua anaknya bukan berarti ia tak peduli, ia sungguh menyayangi kedua anaknya itu, hanya saja keadaan yang memaksanya harus meninggalkan kedua anaknya tanpa pengawasan.

Ia begitu terpukul saat mendengar kabar bahwa putranya tertangkap lantaran melakukan pesta narkoba, namun ia pandai menutupi kesedihannya.

Ibu mana yang tak bersedih hati ketika sang anak salah jalan dan tak ada yang mengetahuinya, kejadian itu benar-benar menampar dirinya karena kelalaian sebagai seorang ibu.

Ruang makan nampak tenang, hanya terdengar dentingan garpu dan sendok di atas piring sebagai latar suara. Sepasang suami istri terlihat khidmat dalam menyantap makanannya, tak ada yang membuka obrolan sejak awal mereka menduduki kursi.

Sang suami yang menyadari keterdiaman sang istri tak seperti biasanya pun mulai menerka-nerka.
"Apa ada yang sedang kau pikirkan?"

Sang istri mengangkat wajahnya untuk menatap wajah sang suami di hadapannya, lalu menarik nafasnya sejenak sebelum mengatakan apa yang akan ia katakan.
"Chanyeol." ujarnya dengan raut wajah yang kentara akan kesedihan.

"Dia akan baik-baik saja di sana."

Minyoung sang istri menatap wajah sang suami dengan kecewa, itu bukanlah kata yang ingin ia dengar.
"Kapan kita akan menengoknya?" tanyanya tanpa kata basa-basi.

Minho menghentikan suapan pada mulutnya begitu mendengar pertanyaan dari sang istri.
"Kau tahu bahwa aku adalah orang sibuk."

Minyoung menatap tak suka lantaran jawaban sang suami.
"Tapi dia anak kita, Setidaknya kita menengoknya."

"Dia sudah dewasa, jadi biarkan dia melewati semuanya seorang diri."

Minyoung kehilangan selera makannya, ia meletakkan sendok dan garpu di atas piring tanpa ada niat menggapainya kembali.
"Sedewasa apapun dia tetaplah seorang anak, Minho. Kita sebagai orangtua harus memberinya dukungan disaat dia terpuruk seorang diri."

"Jangan terlalu memanjakannya, dia bisa menginjak harga diri kita sebagai orangtua." peringat Minho pada sang istri.

"Ini bukan soal memanjakan, tapi ini tentang peran kita sebagai orangtua. Apakah kau tidak sadar kalau ini adalah sebuah tamparan keras untuk kita?" Minyoung memandang rupa sang suami dengan tatapan sendu.

"Aku tahu bahwa kau adalah ayah yang keras dan tegas, tapi tidak bisakah kau melunak sedikit saja?" lanjutnya dengan nada bergetar.

"Minyoung ah~" Minho berpindah di samping sang istri, tangan besar itu meraih telapak tangan sang istri dan mengusapnya pelan.

"Aku seorang ibu, Minho. Aku tahu bagaimana perasaan anakku, Chanyeol memang anak yang nakal, tapi tidak bisakah kita menyingkirkan ego kita dan merangkulnya sebagai anak?" air mata mulai merangsak melalui ufuk mata Minyoung.
"Dia sendirian dan kesepian, dia butuh dukungan kita sebagai keluarga." dan ia pun menangis pilu dalam dekapan sang suami.

"Biarkan dia sendiri, agar bisa berpikir tentang akibat atas ulahnya."

Minyoung melepaskan pelukan sang suami dan memandangnya penuh kekecewaan.
"Kau benar-benar ayah yang keras, hatimu tak melunak sedikitpun. Aku tidak masalah kalau kau tidak menengok Chanyeol, tapi jangan pernah melarangku lagi untuk menengoknya." ia melangkah tergesa-gesa menuju kamarnya, melirik sang suami pun ia tidak sudi.

Sedangkan Minho menatap kepergian sang istri dengan rahang mengeras.



*****

Let Me Heal YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang