Jemari mungilnya, tak rela berhenti menari diatas layar ponsel yang menyala terang. Hembusan angin yang memainkan rambutnya, juga ikut tak ia pedulikan. Ini adalah saat yang paling tepat baginya untuk kembali ke dunia oranye, menuliskan bagian baru ceritanya yang belum terselesaikan.
"Why you can love me?" Tanyaku menatapnya dalam.
"Why? 'Cause you had my heart Helen. Kalau aku nggak mencintai kamu. Aku bisa mati gara-gara hatiku kamu potong-potong. Kamu kan, kanibal.." Jawabnya terkekeh. Ia membuatku tersenyum.
Itulah yang aku suka dari Angga. Dia adalah satu-satunya laki-laki yang memperlakukanku dengan sangat baik. Dia menghormatiku. Menjagaku. Dan selalu berusaha untuk membuatku tersenyum. Meskipun aku tau, dia tidak bisa membuat lelucon.
Gadis itu berhenti sejenak. Suara ketukan dari sisi lain pintu kamarnya, mengalihkan perhatian.
Ia berdecak. Ia benci diganggu seperti ini.
"Acha, nih mama udah buatin kamu makan malam. Dimakan—"
"Jangan berbuat, seolah-olah anda adalah ibu saya. Saya masih bisa mengambilnya sendiri. Jadi, anda tidak perlu mengantarnya seperti ini. Apa anda pikir, saya selemah itu? Sampai tidak bisa menuruni tangga?" Potong gadis itu, setelah ia membuka pintu.
Ucapan Acha barusan, menohok hati Wulan. Tapi seperti biasa, ia cuma bisa tersenyum kecil. "Benar. Kamu tidak lemah. Maaf, karena mama belum bisa—"
"Bukankah saya sudah bilang? Jangan bertindak seolah anda adalah ibu saya. Orang tua saya. Karena pada dasarnya, anda bukan siapa-siapa."
Kali ini Wulan meringis. Hatinya benar-benar sakit. Siapa yang harus bertanggung jawab atas gadis itu? Gadis 16 tahun yang sudah kehilangan ibu sekaligus ayah karena dirinya.
Klek. Acha menutup pintunya rapat. Meninggalkan Wulan yang masih tak bergeming ditempatnya.
Tangan-tangan kecil, muncul dari balik rok panjang Wulan. Menampilkan wajah polos milik gadis lima tahun, yang selalu menunggu kehadiran Acha dihidupnya.
"Ma, apa kak Acha masih benci sama Karin?" Tanya gadis itu, penuh rasa penasaran.
"Enggak..., kak Acha nggak pernah benci Karin. Cuma, kak Acha butuh waktu buat bisa temenan sama Karin. Karin paham?" Wulan berusaha menjelaskan kepada Karin meskipun ia tau, semua itu adalah kebohongannya sendiri.
Sedangkan di dalam kamar, sebuah hati lainnya sedang bertarung dengan pikiran. Acha tau, kata-katanya barusan mungkin menyakiti Wulan. Tapi apa itu sebanding dengan apa yang Wulan lakukan padanya? Pada keluarganya?
Andai saja Acha punya mesin waktu doraemon, pasti Acha sudah kembali ke beberapa tahun lalu untuk mencegah ayahnya jatuh hati pada wanita itu. Tapi, ekspektasinya terlalu tinggi. Sampai-sampai menyakitinya sendiri.
Acha menghela napas. Ia menyandarkan tubuh pada balkon kamarnya, dan mulai menulis kembali. Setidaknya, dunia wattpad lebih berwarna ketimbang dunianya sekarang.
"Angga," panggilku lirih.
"Ya?" Angga menatapku hangat. Aku suka matanya.
"Aku cuma mau ngomong sesuatu..., kalau ak
"Acha!" Teriak seseorang dibelakangnya. Tapi Acha tak terlalu mengurusi orang itu. Ia tetap fokus pada kata-kata yang bermunculan di otak nya. Hingga akhirnya, sebuah botol air minuman yang masih tersisa seperempat, sukses mencium belakang kepalanya.
Tak!
"Aduhh," Dia mengusap kepalanya yang sakit.
Dengan wajah merah menyala, Acha membuang pandangannya kebawah-kearah jalan. Cowok itu lagi!
"Hiih! Kamu ngapain kesini!?" Tanyanya ketus. Laki-laki yang sedang menatapnya dari bawah, cuma nyengir kuda.
"Gue kan udah pernah bilang sama lo! Gue bakal cari lo kemana pun lo pergi! Dan gue berhasil," kata laki-laki itu sekeras mungkin.
Acha melotot. Baru saja hidupnya tenang dan sekarang, ia malah harus dipertemukan dengan laki-laki aneh yang ia temui dua hari lalu di toko buku. Laki-laki yang sudah berhasil membuatnya...
"Acha! Gue Bima dan gue ganteng!"
"Aku nggak peduli!"
"Acha! Gue Bima dan gue suka sama lo!"
"Hah!?"
...membuatnya memacu jantung lebih cepat.
Ps. Tinggalkan jejak kalian berupa vote dan komentar. Semoga kalian suka c:
KAMU SEDANG MEMBACA
Crossroads #TrueShortStory
Short Story[COMPLETED] "Setidaknya persimpangan jalan itu tau, kalau aku selalu liatin kamu dari jauh." 🎀🎀🎀 Aku akan bercerita sedikit tentangnya. Dia Bima dan dia bodoh. Meskipun setiap kami bertemu, ia akan bilang; "Acha! Gue Bima dan gue ganteng!" Seper...