#1 Gina Queensha

736 96 131
                                    

"Sumpah demi apa pun, gue harus nemuin lo di dunia nyata!"

Gina Queensha namanya, pemilik teriakan paling cempreng se-SMA Lentera Nusa. Hobinya cuma satu, yaitu membaca novel. Cita-citanya dua, bertemu tokoh novel pujaannya dan atau menjadi seorang aktris terkenal yang memerankan satu tokoh dari novel yang difilmkan.

Ya, dan gadis itu sudah memulai kegilaannya di pagi-pagi buta seperti ini.

"Siapa yang lo maksud, sih?" tanya sahabatnya; Vera.

Vera yang jauh lebih waras dibandingkan Gina itu menghentikan aktivitasnya sejenak. Melirik penuh selidik ke wajah Gina dan sebuah buku yang bertahta di tangan Gina.

"Dilan, hehe," jawab Gina. Matanya yang bulat itu bersinar layaknya lampu kendaraan di malam hari saat menyebut nama Dilan.

Vera memutar bola matanya malas. Lagi-lagi karena novel itu. Sungguh, Vera menyesal telah memberikan sebuah novel sebagai hadiah ulang tahun Gina kemarin lusa.

Ah, Gina benar-benar sudah gila. Vera menutup telinga dan kembali memuja kecantikan diri pagi ini di cermin kecil miliknya.

Sedangkan Gina, gadis berponi itu kembali membaca novelnya dengan perasaan bahagia, seolah-olah dirinyalah yang sedang berperan sebagai Milea di novel itu.

"Aduh, gue enggak kuat!"

Seruan Gina cukup menarik perhatian Vera yang kini sibuk memeriksa jerawat yang tumbuh tak terduga di hidungnya.

"Kenapa lagi? Mau boker?" tanyanya singkat. Lalu mengarahkan atensinya pada cermin itu lagi.

"Bukan! Ini gombalannya Dilan maut banget! Ah, meleleh."

Raut Vera mendadak datar. "Sabar, Ve. Masih pagi," gumamnya pada dirinya sendiri. Untungnya Vera masih punya banyak stok kesabaran di dadanya.

Bel masuk sekolah masih cukup lama, sekitar tiga puluh menit lagi. Jangan ditanya kenapa dua gadis ini sudah berada di kelas setengah jam sebelum pelajaran dimulai. Ini adalah kebiasaan mereka, berlomba untuk membereskan laci. Ya, pena, spidol, pensil, penghapus, cairan penghapus pena yang tertinggal di laci menjadi incaran keduanya. Jika beruntung, maka itu akan menjadi hak milik mereka.

Gina kini menghabiskan waktu paginya hanya untuk membaca novel kesayangannya. Tersenyum bahkan sesekali ia terkikik bak nenek lampir, membuat Vera pening kepala. Gina benar-benar sudah gila pikirnya.

"Gin, jangan kayak orang gila, deh. Merinding gue." Vera menatap Gina ragu. Entah makhluk apa yang tengah merasuki Gina. Suasana sepi di kelas semakin terasa mencekam karena suara Gina.

"Ve, lo tahu, enggak?"

"Enggak," cetus Vera yang sibuk membenahi rambut basahnya.

"Ve, dengar dulu!" pinta Gina.

"Firasat gue lo mau ngomongin hal yang enggak penting lagi."

"Kali ini penting. Sumpah!"

Vera mengernyit, melempar tatapan datar pada Gina yang malah berseri-seri. "Ya udah. Apa?"

"Gue lagi jatuh cinta, Ve! Jatuh cinta!" teriak Gina begitu histeris.

Untungnya, di kelas tersebut hanya ada mereka berdua. Kalau tidak, bisa habis Gina dilempari sepatu oleh teman-temannya yang setiap hari harus mendengar suara cempreng Gina.

"Sama Dilan?" tebaknya.

"Yeay! Seratus buat Vera Kalista!"

"Markonah Sayang, jangan mengkhayal terlalu tinggi. Nanti kalau jatuh sakit, patah hati, patah tulang belakang, geger otak. Paham, Sayang?" cerocos Vera panjang sambil menjitak kepala Gina.

"Ish, sakit, Tukiyem!" Gina balas menjitak. Tukiyem sebagai julukan untuk Vera, dan Markonah julukan untuk Gina. Benar-benar cocok, bukan?

"Dilan perfect banget tahu, Ve!" ucap Gina berseri-seri. Tangannya memeluk novelnya erat.

"Lo itu hidup di dunia nyata, bego. Cari cowok di dunia nyata juga, dong!" anjur Vera.

Gina tak menjawab. Matanya sibuk memandang ke luar kelas penuh imajinasi, sedangkan Vera tak menggubris lagi. Percuma saja berdebat jika Gina sedang kumat begini. Ia kembali pada cermin di tangannya.

"Lihat aja, Ve. Gue bakal nemuin Dilan di dunia nyat—, wah, demi apa, Ve? Ganteng banget!"

Sontak Vera ikut mendelik ke objek yang dimaksud Gina. Seorang lelaki berahang tegas, tubuh tinggi tegap, berkulit putih dengan mata elang yang menatap ke dalam kelas Gina. Ia melewati kelas Gina dengan gaya berandalan dengan rambut yang dicat kecokelatan. Ah, itu sedikit mengurangi poin ketampanannya di mata Gina.

"Dia siapa?"

Kedua gadis itu bertanya serentak. Sedetik kemudian mereka saling membelalak ke mata satu sama lain.

"Sasaran baru!" tebak keduanya serempak lagi.

***

Vote dong hehehe. Makasih yang sudah baca. Tunggu part My Fiction Boy selanjutnya ya!

With luv, Ketsiamanda

My Fiction BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang