Kim menaburkan segenggam tanah pertama ke atas peti mati adik bungsunya lalu disusul oleh sang ibunda. Awan hitam yang bergerombol di atas langit menjadi payung atas kesedihan ibu dan anak sulung yang kini menjadi satu-satunya. Semua orang tak ada yang mengetahui mengapa anak semuda Yuki bisa mengakhiri hidupnya seperti ini. Apapun alasannya, sangatlah tak adil bagi seseorang harus mati diumur yang masih 17 tahun.
Setelah ditaburkan ke atas peti mati Yuki, dua petugas penggali kubur mengangkat cangkul dan mulai menutup peti tersebut dengan tanah. Seluruh pelayat yang hadir memberikan do'a, dan ucapan selamat tinggal kepada Yuki. Mereka terlihat begitu sedih, tak terkecuali 5 siswa yang berada di tengah kerumunan dengan ekspresi penuh penyesalan.
Awan yang semakin hitam menghalau sinar matahari, membawa butiran-butiran air hujan seketika turun dari langit. Kedua para penggali tetap melakukan tugasnya melemparkan tanah dengan cangkul mereka, begitu cekatan, hingga dalam beberapa menit saja peti tersebut sudah terkubur bersama sang jenazah. Kimberly terus memeluk ibunya yang masih belum siap melepas anak bungsunya, beliau benar-benar rapuh. Kim berjanji pada dirinya sendiri bahwa dia akan menemani sang ibunda di masa-masa sulit selepas kepergian Yuki. Keluarganya memang tengah berada pada situasi yang paling berat, dimulai dengan kepergian ayahnya, kini Yuki pun ikut menyusul.
Ibunda Kim tak menyangka, bahwa pagi itu adalah hari terakhir Yuki untuk berpamitan padanya. Andai saja dia tahu, dia tak akan melepaskan pelukan Yuki selamanya, dan akan tetap menahan putri bungsunya untuk berada disisinya.
Namun semua telah terjadi..
Yuki pergi dan tak kembali.....
***
"Dari mana jam segini baru pulang??"
Alysa sama sekali tak terkejut, bahkan untuk pertama kalinya dia senang karena mendapati ibunya sedang duduk di sofa untuk menunggu anaknya pulang. Setelah apa yang terjadi akibat ulahnya, dia butuh seseorang yang selalu menunggunya pulang apapun yang dialami atau apapun yang telah dia lakukan.
"Abis ngelayat ke rumah Yuki..", jawab Alysa seadanya.
Tiba-tiba sang ibu menarik lengan gadis itu untuk duduk disampingnya, "jadi bener berita sama gosip yang beredar itu?? Yuki mati bunuh diri hari ini??"
Alysa hanya mengangguk lesu.
"Ya Tuhan kasihan banget Yuki,, padahal dia anak yang baik. Bener-bener sedih denger kabarnya....", ibu Alysa pun turut berduka dan masih belum percaya kenapa ini bisa terjadi pada anak malang itu.
"Aku mau ke kamar,, istirahat.." Alysa pun bangkit dari duduknya kemudian berjalan menuju tangga.
"Lysa??"
Alysa pun menoleh dan menatap ibunya. Beliau mulai mendekat hingga tepat berada di depan putrinya.
Perlahan sang ibu mengelus kepala Alysa pelan, "kamu kalo ada masalah cerita sama mama,, yah. Mama tau mama ini bukan ibu yang baik,, tapi mama akan berusaha untuk selalu ada buat kamu. Jadi jangan sungkan untuk terbuka sama mama.." ujarnya sambil tersenyum lembut.
Alysa terkejut akan ucapan sang ibu. Dia terharu mendengar kata-kata ibunya. Namun, seketika dia menepis rasa itu begitu saja, "Iya..nanti kalo ada apa-apa aku bakal cerita.."
Alysa melemparkan tasnya di tempat tidur lalu berjalan memasuki kamar mandi. Pancuran air hangat mulai membasahi tubuh mulusnya, memberikan sensasi ketenangan yang menjalar pada ototnya. Hari ini benar-benar melelahkan. Terutama saat di pemakaman, dia bahkan sampai berhalusinasi melihat sosok Yuki dibalik pohon.
'Ah,,mana mungkin sih itu dia?? Kan Yuki udah mati. Efek lelah kayaknya gue..' Alysa berusaha menghilangkan pikiran-pikiran anehnya perihal kejadian hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
~ DEPRESI ~
HorrorNB : Cerdaslah dalam bersosial media!!!! Bismillahirrohmanirrohim.....