Awan mendung mulai menyelimuti langit di pagi hari, menyebabkan hawa dingin terasa menyeruak bagi para penghuni negeri tropis. Sejak subuh Yuki telah siap dengan seragam sekolahnya, tak lupa juga memasukkan beberapa peralatan ke dalam ransel. Buku catatan, alat tulis, baju cadangan dan obat sakit kepala jika dia mengalami kelelahan serta pusing yang berdenyut. Setelah segalanya lengkap Yuki keluar dari kamar dan berjalan menuju meja makan yang sudah dihuni oleh sang mama dan kakak cantiknya.
"Selamat pagi ma,, selamat pagi kak Kim...", sapa Yuki saat duduk di samping sang kakak.
"Pagi sayang. Tumben udah bangun jam segini??"
"Kan ada acara seminar di sekolah ma,, kalo jadi panitia emang mesti siap dari pagi buta...", jelas Kimberly.
"Wiiiihhh keren dong!! Good luck yah sayang...."
"Makasih ma..do'ain moga-moga semuanya lancar....", ujar Yuki saat memasukkan nasi goreng ke dalam mulutnya.
"Aminnnn....", jawab mereka kompak.
Jam dinding telah menunjukkan pukul 06.35, Yuki teringat pada pesan SMS dari Alysa bahwa seluruh panitia harus datang pukul tujuh tepat, 3 jam sebelum acara dimulai. Dia buru-buru menghabiskan makanan dan minumannya, dan sesekali Yuki mengecek kembali isi tasnya.
"Kenapa Yuki?? Ada yang ketinggalan??", tanya sang ibu.
Yuki tiba-tiba teringat sesuatu, dia bangkit dari kursinya lalu melesat menuju kamar. "Handphone Yuki ketinggalan di nakas..."
Setelah sampai di meja makan lagi, Yuki sudah membawa ponselnya dan memasukkan benda pipih tersebut ke dalam tas. "Aku berangkat duluan yah ma,,kak...."
"Yaudah,, hati-hati di jalan sayang...", ujar sang ibu saat Yuki mencium tangan beliau.
"Mau kakak anterin dek??", tawar Kimberly.
"Gak usah kak,, aku naik ojek aja. Kak Kim lanjut'in makan lagi....", setelah berpamitan Yuki bergegas pergi keluar dari rumahnya. Tak boleh telat, harus on time.
'Mesti sampek di sekolah jam tujuh..', batinnya.
Udara semakin dingin, beruntungnya Yuki memakai jaket yang cukup tebal. Dia bersyukur, lebih tepatnya dia mensyukuri bahwa masih sempat ingat ponselnya. Jika benda itu tertinggal, bisa saja dia menggali kuburannya sendiri. Tiap jam manager dari Raditya Dika akan terus menghubunginya untuk meminta arahan menuju sekolahnya. Ponsel Yuki ibarat kunci keselamatan untuk dirinya hari ini.
***
Tampak terlihat sepi. Selama rangkaian acara sekolah, seluruh murid memang diliburkan. Pagi yang semakin muram, belum tampak sinar matahari yang menembus gerombolan awan kelabu seakan mulai menghitam. Dibalik pintu aula, Alysa sedang mengawal para penjaga sekolah dan satpam yang tengah mengangkat satu per satu kursi peserta seminar. Ali pun juga turut membantu, sedangkan Prilly berada di atas panggung untuk mempersiapkan dekorasi terakhir. Alysa juga mengontrol kegiatan sahabat cantiknya, dan dia tersenyum puas. Backdrop dengan gambar ukiran logo sekolah mereka telah tersusun rapi. Dua buah mikrofon yang berada di atas meja bagian tengah sofa untuk pembawa acara dan pengisi acara.
Alysa juga memeriksa posisi layar proyektor yang akan digunakan untuk presentasi.
"Prill,, coba loe nyala'in proyektornya!! Gue mau liat itu udah pas apa belum ama layarnya...", ujar Alysa.
"Iya..", jawab Prilly pelan. Dia terlihat lesu saat mendekati proyektor tersebut, lalu dia pun menyalakan laptop dan proyektor yang ada di sisinya.
Alysa mengacungkan jempolnya. "Sipp!! Biarin aja nyala,, acaranya juga tinggal beberapa jam lagi..."
"Iya..", sekali lagi Prilly menjawabnya dengan tak semangat. "Semua udah beres kan?? Berarti boleh dong gue istirahat???"
KAMU SEDANG MEMBACA
~ DEPRESI ~
HorrorNB : Cerdaslah dalam bersosial media!!!! Bismillahirrohmanirrohim.....