xiyeon suka membaca buku. tidak seperti anak-anak lain di sekolahnya yang selalu menghabiskan waktu istirahat dengan makan di kantin, ia justru lebih memilih untuk pergi ke perpustakaan dan membaca buku apa saja yang ada di sana.
kemudian pada suatu hari, xiyeon hendak mengambil sebuah buku yang terletak di atas rak yang cukup tinggi. ia hampir saja menyerah, kalau bukan seorang lelaki bertubuh tinggi yang membantu mengambilkan buku tersebut untuknya.
xiyeon menunduk malu-malu, "m-makasih."
lelaki tersebut mengangguk, "sama-sama. oh iya, aku lee jeno."
lelaki yang memperkenalkan dirinya sebagai jeno itupun mengulurkan tangannya, mengajak xiyeon untuk berjabat tangan.
xiyeon pun membalasnya sambil tersenyum tipis, "park xiyeon."
"kamu kenapa gak ke kantin?" tanya xiyeon penasaran.
"aku suka disini."
"oh ya? ngomong-ngomong kamu suka membaca buku?"
"kadang-kadang," balas jeno, "kantin terlalu ramai. aku gak suka."
"iya, kupikir kantin juga terlalu ramai. aku lebih suka menghabiskan waktu disini."
mereka berdua saling menatap, kemudian tertawa.
semenjak kejadian di perpustakaan beberapa hari yang lalu, xiyeon dan jeno pun semakin akrab. mereka lebih banyak menghabiskan waktu di perpustakaan, atau kalau bosan mereka akan berjalan-jalan ke taman yang terletak di belakang sekolah.
xiyeon tersenyum memandangi bingkai foto dirinya dengan jeno. namun aktivitasnya terhenti karena ponselnya berbunyi.
xiyeon mengernyit. tidak salah lagi. mark, kakak jeno, meneleponnya.
xiyeon pun memutuskan untuk mengangkatnya.
"halo?"
"xiyeon, cepat kemari."
"kenapa?"
"jeno kecelakaan."
xiyeon bisa merasakan hatinya hancur berkeping-keping. namun ia berusaha untuk tidak menangis.
xiyeon pun menuju ke rumah sakit yang alamatnya tentu sudah diberi tahu oleh mark. siyeon pun menyetop taksi pertama yang ia lihat dan bergegas masuk.
tak henti-hentinya siyeon berdoa dalam hati demi keselamatan jeno.
tanpa ia sadari, air matanya kian mengalir.
jeno koma.
xiyeon menunduk. ia tidak sanggup melihat keadaan jeno sekarang. ia masih terduduk di ruang tunggu rumah sakit sembari menahan tangis.
ia bertanya-tanya dalam hati, kenapa satu-satunya orang yang ia sayangi harus mengalami koma?
ia tidak ingin jeno pergi meninggalkannya, seperti kedua orangtuanya dulu.
lima bulan kemudian ...
xiyeon tersenyum. matanya tak berhenti memandangi tubuh jeno yang masih terbaring lemah di ranjang. semakin hari tubuh jeno semakin kurus. xiyeon juga tak henti-hentinya selalu berdoa agar jeno bisa tersadar dari komanya.
bagi xiyeon, lima bulan adalah waktu yang sangat lama. setiap dua minggu sekali, ia rutin menjenguk jeno di rumah sakit. terkadang ia juga menggantikan mark atau ibu jeno untuk menjaganya.
xiyeon rindu jeno. senyumnya, candaannya yang khas, cara berbicaranya. ah, siyeon rindu itu semua.
xiyeon memegang lengan jeno yang dingin sembari tersenyum mengingat kenangan-kenangan indah yang ia lalui bersama jeno.
namun beberapa menit kemudian, ia bisa merasakan tangan jeno bergerak.
—