malam itu waktu sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh malam, namun jennie masih asyik berkeliaran di luar rumah dengan seragam sekolahnya.
ia berjalan menyusuri gang-gang yang lumayan sempit, tanpa tahu kalau ada seseorang yang memperhatikan gerak-geriknya sejak tadi.
namun sayangnya, jennie tidak menyadari hal itu. ia tetap asyik berjalan sambil sesekali menendang kerikil yang ada di depannya.
disaat 'sosok' yang sejak tadi memperhatikan gerak-geriknya tersebut mulai bergerak mendekatinya, jennie mulai merasakan ada sesuatu yang aneh.
ia pun lantas berhenti dan mulai bersiap-siap untuk mengeluarkan jurus andalannya. namun, saat ia baru saja berbalik dan bersiap menghantam sosok tersebut, sosok tersebut justru malah menahan pergelangan tangannya.
"lo mau nyari mati ama gue?!"
jennie mengernyit. rasanya ia kenal dengan seseorang yang ada di hadapannya sekarang.
"lah lo. ngapain disini? bikin orang was-was aja." balas jennie tak kalah ketus.
taeyong menghembuskan napas, "justru lo yang bikin was-was. ngapain juga cewek kayak lo berani keluyuran sendirian malem-malem?"
"ya terus? bukan urusan lo juga." jennie melipat kedua tangannya, "terus lo juga ngapain disini?"
"gak tahu," katanya, "pengen aja." kemudian ia mengeluarkan sebatang rokok dan korek api dari sakunya, lalu menyalakannya.
cukup lama mereka terdiam, sampai akhirnya taeyong kembali bersuara.
"lo masih gak mau balik ke rumah?"
jennie mengalihkan pandangannya, "nggak."
"gara-gara orang tua lo lagi?"
jennie mendecih, "tau sendiri kan gue gak pernah dianggep sama mereka."
taeyong mengangguk-angguk.
"mending lo pulang sekarang."
"emang kenapa?"
"jangan bikin gue makin khawatir sama lo," katanya, kemudian tangannya bergerak untuk mengacak-acak rambut jennie.
"gak usah ngacak-ngacak rambut gue napa!" protes jennie.
"jen,"
"apa?!"
"ayo pulang, gue anter."
namun belum sempat jennie menjawab, taeyong sudah terlanjur menarik lengannya, yang otomatis membuat jennie langsung misuh-misuh dalam hati.
gue yang ngetik gue yang baper hADEH MAS TIWAI