"capek?"
mark menoleh dan mendapati yeri tengah berjalan menghampirinya sambil membawa sebotol air mineral.
mark mengusap keringat yang perlahan mengalir turun ke pelipisnya, "iya."
"nih, minum dulu."
yeri menyerahkan botol air mineral tersebut ke mark, sementara itu mark langsung mengambil dan meminumnya.
"makasih."
yeri mengangguk, "jadi pulang bareng, kan?"
"jadi kok. tapi habis ini gue harus latihan satu kali lagi. gak apa-apa kan kalo lo nunggu?"
yeri kembali mengangguk, "gak apa-apa kok."
"mark kemana sih?"
yeri melipat kedua tangannya di depan dada. ia sudah menunggu di dekat parkiran sekolah dan belum menemukan tanda-tanda kehadiran mark.
iya, mark sempat menyuruh yeri buat menunggu di dekat parkiran. tetapi nyatanya mark tak kunjung menampakkan batang hidungnya.
sampai akhirnya, ponsel yeri berbunyi.
"halo?"
"yer, maaf. gue pulang duluan ya."
"loh, gak jadi pulang bareng?"
"enggak, ini tadi koeun tiba-tiba pingsan pas ekskul PMR. jadinya gue yang disuruh nganterin."
"lo gak apa-apa kan pulang sendiri? apa perlu gua pesenin gojek?"
"e-eh, gak apa-apa kok. g-gue bisa naik angkot aja."
"beneran?"
"iya."
"ok."
kemudian, sambungan terputus.
yeri menghela nafas berat, kemudian memasukkan ponselnya ke dalam tas.
"kenapa gue harus terlanjur sayang sama lo sih, mark?"
-