"Eh anjing, bangun lo!"
Mingyu tersentak oleh pukulan di kepalanya. Menyadari sumber suara apalagi dengan panggilan itu, Mingyu terpaksa membuka kedua matanya dan langsung melirik dengan jengkel ke arah Si Pelaku.
"Apaan sih Bang?!"
Mingyu malah diberikan pukulan bonus dari Jongin, membuat lelaki berambut platinum ke abu-abuan itu meringis kecil.
"Jam satu siang ambil mobil Chanyeol di FH, sementara pindahin ke kampus lo dulu." Ucap Jongin yang tidak terdengar seperti permintaan melainkan sebuah perintah mutlak.
Mingyu berdecak kesal, "Suruh aja anak buah lo atau siapa kek yang gampang lo jadiin babu, janga-"
Kepalan tangan Jongin sudah diangkat ke udara, tinggal menunggu untuk mendarat di tempat yang sempurna.
Otomatis Mingyu refleks menghentikan ucapannya sambil mengangkat kedua tangan tanda menyerah. Percuma saja melawan, karena Jongin terlihat sangat menyeramkan.
Meski badan Mingyu lebih tinggi dibandingkan abangnya, tetapi ia tidak memiliki jiwa pemimpin yang otoriter seperti Jongin. Apalagi sifat Jongin yang tidak memandang bulu terhadap siapa orang tersebut, dan ini merupakan salah satu contoh pada Mingyu yang merupakan saudara kandungnya sendiri.
"Yaudah iya, iya!" muak Mingyu. "Udah sana lo pergi, gue mau lanjut tidur."
○○○
"Won!"
Wonwoo mendengar namanya dipanggil dari arah belakang. Lantas lelaki itu berbalik badan dan menemukan sahabatnya, Lee Jihoon yang sedang berlari mendekatinya.
Ketika mereka berdua sudah berhadapan, Wonwoo langsung mendapatkan pelukan erat dari Jihoon.
"Sialan lo, Won! Kangen banget gue!" Seru Jihoon tak tertahankan.
Tetapi belum sempat Wonwoo bereaksi, Jihoon segera tersadar dan melepas pelukannya dengan cepat.
Wonwoo bisa melihat sahabatnya itu sedang menahan rasa malu dengan mengubah ekspresi wajah yang sebelumnya terlihat menggemaskan kini berubah menjadi datar.
Dasar tsundere, Wonwoo menyindir dalam batinnya.
"Hm, Bisa pulang juga lo? Gue kira lo disana ditabrak sampe kena amnesia." Timpal Jihoon dengan sarkastik.
"Dih, kenapa lo mikirnya kayak gitu?" Wonwoo mengerutkan hidungnya tanda tidak mengerti.
"Ya habisnya lo kelamaan di Inggris, gue disini menderita karena jadi bulan-bulanan anak BEM." Gerutu Jihoon sambil memanyunkan bibirnya. "Mereka udah kayak anak ayam yang kehilangan induknya."
Wonwoo pun akhirnya mengerti, namun tidak sepenuhnya. Karena satu hal, "Lah, kan ada PresBEMnya si Bang Johnny."
"Kayak enggak tau aja lo Won. Cuma elo yang bener-bener bisa ngejalanin BEM FISIP. Dia sih cuma numpang jabatan doang." Cerocos Jihoon.
Wonwoo langsung berdecak karena paham dengan situasinya. Memang sebagian besar Wonwoo-lah yang menjalankan BEM FISIP. Apalagi perannya yang menjabat sebagai Sekretaris Jenderal merangkap Wakil Presiden. Ia bagaikan otaknya di BEM yang merancang visi-misi serta mengatur rencana dan segala tata tertib untuk mahasiswa FISIP. Dan semua itu sudah terhitung 80% bukti nyata yang telah terlaksana. Sedangkan 20% sisanya adalah kontribusi dari Johnny yang selalu tersedia untuk mengawasi BEM selama satu semester masa perkuliahan dikala Wonwoo sedang berada di negara Inggris untuk program pertukaran mahasiswa.
Dan tepat pada hari ini, Wonwoo siap untuk kembali ke kampusnya. Ia dan Jihoon sama-sama mengambil jurusan Hubungan Internasional. Namun karena program pertukaran mahasiswa yang Wonwoo ikuti, maka lelaki yang memiliki kemiripan mata seperti rubah itu harus mengulang satu semester yang tertinggal. Sehingga kali ini, ia tidak bisa sekelas dengan Jihoon di semester tujuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Perfect Match
Fanfiction"They suit each other more than anything in the world"