5

2.7K 355 12
                                    

Terdengar suara rintihan dari dalam kamar. Wonwoo tiba-tiba menghentikan kegiatannya yang sedang membaca buku dengan beralih menghampiri seseorang yang sedang berada di dalam kamar itu.

Ia menemukan Kyungsoo telah membuka mata yang sesekali mengerjapkannya, berusaha beradaptasi dengan penglihatannya.

"Wonwoo!"

Dalam sekejap, Wonwoo langsung berdiri di samping kasur tempat Kyungsoo terbaring. Ia memandang dengan prihatin keadaan kakak tingkatnya yang terlihat sangat kacau.

"Kita dimana?! Ak- Aku.. Diculik?! Si- Sia-Pa-"

"-Ssh, tenang aja Kak." potong Wonwoo lalu berniat untuk menggenggam tangan Kyungsoo. Namun lelaki mungil itu seketika menarik tubuh Wonwoo agar bisa dipeluknya.

Wonwoo merasakan tubuh Kyungsoo bergetar. Ucapan yang terbata-bata pun menjadi tambahan yang sangat memilukan untuk didengar. Wonwoo seperti merasakan Deja Vu, dimana saat lampau dirinya yang berada di posisi Kyungsoo.

Begitu polos, begitu lemah.

Dengan mengusap belakang punggung Kyungsoo, Wonwoo pun berkata lembut. "Tenang Kak, tidak ada yang akan menculik Kakak lagi. Kakak bakalan baik-baik aja disini."

Baju yang dikenakan Wonwoo terasa basah di bagian bahunya. Ia sudah menduga Kyungsoo akan menangis, apalagi dengan ucapan menenangkan tidak terlalu membantu sama sekali karena akan semakin membuat Kyungsoo merasa emosional.

"Kak.. Ada sesuatu hal yang penting ingin aku ceritakan. Tapi untuk itu, Kakak harus tenang dulu." Wonwoo berusaha melepaskan pelukan Kyungsoo. Ia lalu menggenggam tangan lelaki bertubuh mungil sambil mengusapnya dengan lembut. "Itu di pojok kamar ada kamar mandi, Kakak pake aja waktunya buat membersihkan diri. Aku tunggu di luar." ujarnya.

Wonwoo lalu membiarkan Kyungsoo sendirian di dalam kamar. Ia kembali ke tempatnya semula sambil melanjutkan bacaannya.

Selang satu jam, akhirnya Kyungsoo keluar dari kamar. Tetapi Wonwoo tidak menyadari kalau pandangan Kyungsoo kini tertuju ke arah Jisoo yang baru saja berjalan melewatinya.

"Dasar Pelakor!" Seisi ruangan mendadak berisik dengan teriakan Kyungsoo.

Wonwoo yang terkejut itu langsung beranjak dari duduknya dan segera memegang tubuh Kyungsoo sebelum lelaki bertubuh mungil sempat untuk mendekati Jisoo dan melemparinya dengan barang-barang yang berada di dekatnya.

Jennie, Lisa dan Rosè yang baru saja masuk ke dalam ruangan HQ tiba-tiba berhenti sejenak melihat perilaku Kyungsoo yang sudah seperti macan betina buas.

Wonwoo yang sudah paham tentang mental Kyungsoo yang saat ini sedang terguncang, merasa kasihan karena terlalu penuh dengan berbagai masalah. Mulai dari tragedi Romeo-Juliet, insiden penculikan semalam begitupun bertatapan secara langsung dengan racun belladona.

Jisoo terkekeh geli, "Kemarin pelacur, sekarang pelakor. Wah, hidup gue penuh drama." sahutnya mengejek diri sendiri.

Wonwoo ingin sekali memukul Jisoo, apalagi Jennie yang saat ini hanya memutar kedua bola matanya dengan jenuh dan tidak mau ikut membantunya menghadapi Kyungsoo.

"Dasar kamu enggak punya malu! Masih bisa tertawa di atas penderitaan orang!" emosi Kyungsoo mulai meledak-ledak.

"Kak, dengerin dulu." pinta Wonwoo lalu menunjuk Jisoo, "Dia itu temenku. K-"

"-Temen kamu Won?! Kenapa kamu bisa punya temen yang jahat kayak dia?? Kenap-"

CTAK

Saat Kyungsoo memotong ucapan Wonwoo, Jennie mendadak melakukan aksinya dengan mengambil revolver dari tangan Rosè dan menembaknya ke dinding. Sebelumnya tepat melewati sela-sela kepala Wonwoo dan Kyungsoo.

The Perfect MatchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang