Ngelirik sekilas papan skor, sekarang sudah 4-4. Full time terlewati hanya tersisa tambahan waktu sepuluh menit lagi.
Gue cuma butuh satu skor buat menang!
"Ming!"
Bang Dongjun mengoper bola dan langsung gue ambil alih, berlari cepat menggiring bolanya ke kandang lawan. Meskipun banyak sekali yang menyerang, gue tetap lincah menghindar dengan mudahnya.
Padangan gue tertuju ke depan, menemukan Bek lawan berlari mendekat dengan berupaya melindungi Kiper dan gawang mereka dari serangan gue.
Namun tidak untuk hari ini, kalian semua akan gue permalukan dengan kekalahan di kandang sendiri.
FISIP VS Teknik
Tidak menyangka turnamen pertama gue sebagai MABA alias Mahasiswa Baru akan menjadi tantangan. Gue dengan gesit menendang bola ke samping, mengecoh Bek lawan yang sudah berada di depan gue. Bola langsung dipegang kendali oleh Bang Dongjun selaku Kapten Teknik.
Tidak mau ketinggalan momen, gue tetap mengejar dari seberang Bang Dongjun. Menyamakan lari agar bisa sampai di bibir gawang lawan. Karena gue yakin, Bang Dongjun bakalan dikepung oleh pasukan lawan.
Dugaan gue benar, Bang Dongjun mau tidak mau segera menendang kembali bolanya ke sembarang arah sebelum diambil alih oleh pihak lawan. Beruntung sekali bolanya mengarah ke gue. Karena posisi yang tepat di pinggir gawang lawan, gue dengan mudahnya memasukkan bola tersebut.
"GOOOAAAALLLLLLLLLL!"
Tepat di saat yang bersamaan, suara peluit tanda permainan berakhir terdengar dengan seruan memekak dari tribun yang diisi oleh suporter Teknik. Semua pemain dari Teknik berlarian menghampiri dan memeluk gue.
"GOKIL LO MING!"
"MENANG KITA BRAY!"
Gue hanya tersenyum senang karena kemenangan ini. Dikelilingi oleh tim sepak bola Teknik yang rata-rata senior semua. Bang Dongjun yang terakhir mendatangi gue dengan bertepuk tangan.
"Gak salah lagi gue, udah langsung jadi Kapten! Sehabis ini, gue bisa tenang ngejar wisuda." tutur katanya mengundang tawa dari kawan-kawan teknik. Sedangkan gue sendiri hanya bisa tercengang, bagaimana tidak? Gue masih MABA sudah dikasih amanat dari Sang Kapten. Padahal ada senior lainnya yang enggak kalah hebat seperti Bang Ravi di samping gue ini yang merupakan Striker andalan Teknik.
"Tapi Bang-"
"-Setuju gue, Teknik bakal aman kalo dipegang sama lo Ming." sahutan Bang Ravi bikin gue tambah tinggi hati.
Dan hari ini menjadi sejarah bagi gue sebagai Kapten baru di tim sepak bola Teknik. Bahkan setelah turnamen selesai, satu tim diberi traktiran oleh pelatih. Ya mana mau rugi sih kalo soal traktiran, makanya gue langsung buru-buru nyusul yang lain keluar dari FISIP. Tapi tiba-tiba gue ditabrak sampe mundur ke belakang.
Untung mood gue lagi bagus, coba kalo enggak. Jadinya gue bantuin orang itu yang ternyata jatuh ke lantai.
Buset, gitu aja langsung jatuh. Pantes dilihat dari badannya kurus kering kayak gini.
"Maaf, dan makasih. Gue buru-buru soalnya." Sekilas wajahnya terlihat saat laki-laki ini mendongak.
IMUT BANGET ANJIR KAYAK BAYI!
Gue belum sempet ngomong, dia langsung menghilang dari pandangan gue. Cepet banget jalannya kayak dikejar setan. Ah nyesel kan gue enggak tahan dulu, buat minta nomer.
Padahal cuma lihat wajahnya, gue sampe merinding enak. Aneh aja bisa langsung ngerasa klik padahal itu baru pertama kali bertemu. Gue enggak pernah kayak gini, biasanya harus ditelusuri dulu orangnya macem apa, baru bisa suka terus deketin. Tapi ini cuma tatapan doang, semenit? Enggak, tiga detik mungkin.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Perfect Match
Fanfiction"They suit each other more than anything in the world"