"Yong!"
Wonwoo memasukki kamar rawat pasien dengan tergesa-gesa, matanya langsung menemukan seorang laki-laki sedang terbaring tidak sadarkan diri di atas ranjang dengan perban di pergelangan kakinya.
Kepanikkan menjalar di seluruh tubuhnya. Lima jam lalu, Wonwoo sempat terpisahkan dengan Soonyoung saat berada di jalanan. Unjuk rasa hari ini benar-benar bencana. Saluran televisi menjadi penuh dengan berita mengenai unjuk rasa besar-besaran di ibu kota. Bahkan saat berita menyiarkan tentang 55 orang luka-luka dan satu orang meninggal akibat acara tersebut, Wonwoo menjadi kalut dan semakin berusaha menghubungi Soonyoung.
Tepat di saat kekhawatiran Wonwoo, tiba-tiba Jihoon menghubunginya dan mengatakan kalau Soonyoung ada di rumah sakit. Maka dari itu, ia segera pergi ke tempat tujuan dengan ditemani Mingyu.
Wonwoo lalu melirik Jihoon yang sedang terduduk santai sambil meminum colanya. "Kok lo nyantai gini sih?? Kaki Uyong kenapa?"
"Baby.." Mingyu langsung melingkarkan tangannya di perut Wonwoo dari belakang berusaha untuk menenangkan kekasihnya itu.
Jihoon mendengus lalu memutar bola matanya dengan cuek, "Patah doang, abis jatuh dari tangga rumah gue."
"Lho kok bisa??" Wonwoo mengerutkan hidungnya. Merasa bingung dengan penjelasan Jihoon.
"Tenang aja sih Won, dia tuh enggak luka awalnya.. Dari orasi langsung ke rumah gue. Kirain kenapa-napa, eh dia malah nembak gue. Dia pikir bakal mati duluan di sana sebelum nyatain perasaannya. Ya abis itu, gobloknya malah jatoh dari tangga." kini versi panjangnya. Tidak perlu ditambahkan lagi, Wonwoo pun sudah paham sekarang. Rasa khawatirnya kini berubah, ekspresi Wonwoo malah menjadi datar.
Mingyu mendadak tertawa terbahak-bahak, disertai pertanyaan Wonwoo. "Terus kalian jadian gak?"
Jihoon mengangkat satu alisnya, "Ya menurut lo? Lo sendiri udah balikan? Tuh laki nempelin lo mulu dah.." sindirnya.
"Kalo gue udah, lo juga harus jadian Ji." tukas Wonwoo secara gamblang. "Tapi sih, gue yakin lo terima. Bucin kayak lo itu pasti gak bakal nolak." balasnya lagi tidak mau kalah.
Jihoon mendelik, "Muka gue kaca nih, nyadar diri hey! Lo juga bucin. Mau gue keluarin semua kegalauan lo dihadapan dia?!" semburnya menunjuk Mingyu yang sedang tertarik mengamati kedua laki-laki ini.
Wonwoo semakin menatap tajam Jihoon, mungkin kalau tidak ditahan oleh Mingyu. Kedua lelaki cantik ini akan mulai baku hantam di kamar pasien Soonyoung.
"Woi berisik! Gue sakit nih, bukannya pada kasihan!" seruan Soonyoung membuat suasana mendadak hening seketika. Namun sejurus kemudian Jihoon dan Wonwoo saling memberikan sorotan tajam kepadanya.
"Lo diem aja hamster!"
"Mampus lo kan, sekarang giliran lo yang masuk rumah sakit! Pas banget Wonwoo keluar, jadinya enggak harus rebutan!"
Soonyoung mengusap wajahnya dengan kasar, merasa cobaan begitu berat ketika memiliki kedua sahabat dengan mulut racunnya.
Eh, yang satu udah jadi kekasih deh hehe, batin Soonyoung kegirangan.
"Gimana pasukan lo?" Di antara kedua lelaki cantik yang masih beragumen itu, Mingyu tiba-tiba membuka suaranya.
Soonyoung berdecak kecil, "Aman, semua terkendali. Udah pada balik sekre, sisanya ke rumah masing-masing." tuturnya menjelaskan.
"Kecuali lo?" sindir Mingyu sambil tertawa.
"Bodo amat! Yang penting gue udah punya pacar."
Mingyu pun menyeringai sambil memeluk posesif tubuh Wonwoo dari belakang. "Ngikutin gue aja lo." selepas itu mengecup puncak kepala Wonwoo dengan sayang.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Perfect Match
Fanfiction"They suit each other more than anything in the world"