43

1.4K 48 0
                                    

"Ujang teh sayang sama Lilis. Resep kitu suka dari pandangan pertama ke Lilis."

"Ekhem"

Kita berdua noleh ternyata itu cewek yang beberapah hari ini ganggu Ujang dan aku mulu. Namanya,Aci.

Acia Passyanda itu cewek cantik anaknya pak RW. Aku tau karna kemarin aku di ajak Ujang buat nemuin temennya Ujang yang baru pulang dari London. Nama temennya itu Ferry,dia sekolah di London dan dia juga kakaknya Acia.

Sedikit bocoran,Ferry itu orangnya baik banget nggak kaya adiknya. Dia itu ganteng pakai banget,ramah senyum pula. Eh ralat! Kelewat ramah,karena dia selalu senyum dan nggak pernah ngilangin senyumannya dari wajahnya itu sedetikpun. Di marahin sama Ayahnya aja senyum.

Ada ya orang gitu?

"Ujang teh ngomong apa si? Ujang teh lupa apa? Kita teh udah di jodohin dari kecil Ujang!" kata Aci.

"Tapi pan Ujangna teu reusep ka Aci atuh! Ujang teh reusepna,nyaahna ka Lilis! Lain Aci!" jawab Ujang.

Aci natap sinis kearahku,"puas lo PHO?"

Eh? Siapa yang PHO?

"Perasaan aku nggak pernah ngerusak hubungan kalian deh! Kamu nggak denger tadi Ujang bilang apa? Ujang nggak suka sama kamu Aci!" murkaku.

"Eh,udah atuh! Kenapa jadi berantem gini." lerai Ujang.

"Abisnya dia ngajak ribut!" aduku.

"Ngomong apa lo?" tanya Aci.

"Ngajak ribut budeg!" kataku sekali lagi.

Aci natap aku seolah aku ini mangsanya.

"Tah tempo ku Ujang si Lilis teh nu benerna kumaha!"

Aku manyun.

"Lagian manehna mah teu jelas asal usulna,bibit-bebet-bobot na!" tambah Aci.

"Ci?" panggil Ujang pada Aci.

Aci menatap Ujang dengan senyum percaya diri dan menjulurkan lidahnya kearahku seolah dia telah menang.

"Cinta itu buta!" kata Ujang penuh penekanan dan menarik tanganku.

Kita berdua berjalan menjauh dari cewek itu.

"UJANG!" panggil Aci dengan suara tinggi.

Kita berdua noleh.

Aku melihat wajah Aci yang sudah basah oleh air mata.

"Aci teh bakal tetep nunggu Ujang." katanya dan langsung pergi.

"Ujang?" panggilku.

"Kasian." kataku.

"Udah nggak apa-apa,Aci emang gitu orangnya."

Aku mengangguk.

🌞🌞🌞

"Ujang,capek." aduku.

"Yaudah sini,"

Ujang jongkok di depanku sambil menepuk pundaknya,mengisyaratkan aku buat naik ke punggungnya.

"Gendong?" tanyaku.

Ujang mengangguk.

Hap! Aku sekarang sudah berada di gendongan Ujang.

Ujang berdiri dan menbenarkan posisiku yang berada di belakang tubuhnya.

"Berat," katanya dan aku manyun.

"Lagian jauh banget pasarnya!" kataku nggak mau kalah.

"Namanya juga desa terpencil,jadi jauh sama jalan raya apa lagi pasar." jelas Ujang.

Phobia Mantan [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang