Bagian 14 : sadar

792 53 0
                                    

Ia menundukan kepala nya tak bisa menahan lagi air mata yang akan membasahi pipi nya. Tangan nya mencengkram kuat selimut rumah sakit. Semua teman-teman nya sudah ada dihadapan nya sembari berduka atas kepergian saudara nya.

"PAPA ! " teriak nya seketika membuat suasana menjadi lebih berduka.

Sakit hati nya kembali terulang, luka demi luka kembali terbuka sangat lebar di hati nya. Ia mungkin sudah kehilangan dua orang tersayang nya karna kecelakaan.

Hati nya menumpuk banyak kesedihan, dan kali ini, itu semakin dalam, semakin menyakitkan hingga membuat nya sesak seperti dibaluti setumpuk debu.

"P-papa "
"Papa b-bohong kan ! Mana ka Levan ma ! Mana aku mau ketemu sama kakak, aku k-kangen kakak !" Atlas menutup mulut nya dengan tangan dan memeluk Helena dengan erat.

Sementara Cana tidak bisa hadir didalam kamar karna suasana terlalu menyakitkan untuk nya, ia hanya menunggu didepan kamar sembari menangisi anak nya.

"Papa ! Papa ! Papa !" Ia memukuli Atlas dengan tangan nya dan menatap lelaki itu dengan penuh kesakitan yang ada di mata nya.

"K-kenapa aku g-gak ada pas k-kakak dimakamin, K-KENAPA ?!" Helena makin menjadi-jadi dengan tangisan nya.

Ia tidak bisa membendung lagi kesedihan nya, cukup sudah masa berpura-pura dengan senyuman yang selalu ada di wajah nya.

"This is so hurt " gumam Helena pelan.

Atlas yang tidak bisa menahan semua nya mengecup pipi Helena dalam waktu yang lama dan berjalan keluar kamar.

Alan langsung berjalan meghampiri nya dan memeluk Helena.

"Bisa tinggalin gue sendiri ?" Ucap Helena. Semua yang ada dikamar berjalan keluar kamar kecuali Alan yang masih berada disana.

"Ngapain lo masih disini ?" Ucap Helena dingin. "Gatau " jawab Alan dengan tegas.

"GUE BILANG KELUAR ! " teriak Helena, namun Lelaki itu masih terdiam dan mengelap sisa air mata yang ada di pipi Helena.

"Don't touch me ! " Helena menepis tangan Alan, namun lelaki itu malah memeluk nya dengan erat.

"Gua dapet amanah dari abang lo, gua suruh jaga lo dengan nyawa gua, gua terima, gua harus buat lo bahagia, gua gak boleh buat lo nangis "
"Itu semua amanah dari L-Levan " tidak ada yang tidak menangis saat kehilangan keluarga nya bukan ?.

Alan meneteskan air mata nya dan dengan cepat langsung mengelap nya. "K-Kenapa lo terima ? Lo gak perlu nerima amanah dari Levan ! Gue bisa hidup sendiri tanpa ada lo "

"Lo aja gak bakal bisa senyum tanpa adanya Levan kan ? Terus gimana sekarang ? Gua gak bisa liat lo tersakiti karna masa lalu dan kejadian ini " Alan memeluk nya tambah erat dan mengelus rambut nya.

Tangisan wanita itu kini mereda, entah kenapa sangat nyaman berada dipelukan nya. Setelah itu Alan mengeluarkan secarik kertas yang memang sudah Levan buat sebelum pergi.

"Ini dari Levan, gua gatau isi nya apa, tapi dia suruh gua ngasih ke lo " secarik kertas itu kini ada di genggaman nya. Tangan nya bergetar untuk membuka apa yang ada didalam isi nya.

Ia menggeleng pelan lalu mengelap air mata nya kasar.

"Dear, Helena Amanda.
I love u so much, thanks for being my sister.

Hel, ini surat udah aku buat dari lama, mungkin sejak kehadiran kamu hidup kakak lebih bermanfaat. Baru 8 tahun yang lalu kita hidup bareng kan ? Maaf juga selama itu kakak hidup di los angeles tanpa kehadiran kamu.

Don't cry. I know this is so bad for you. Jangan buat diri kamu tersiksa lagi untuk yang ke dua kalinya. Dan, aku punya Alan Valensky untuk menjadi pengganti kakak.

Jangan nganggep dia remeh ya, dia itu orang yang tulus dan perhatian, dia tanggung jawab.

I love you from the moon and back sister

-Levan Zimmer "

Avenue Of ApproachTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang