Alan mengambil mangkuk yang berada di atas nakas sebelah kasur besar milik Helena. Ia memperhatikan wanita itu dengan serius, mata nya mulai membengkak akibat menangis terus-terus an.
"Don't cry please " ucap Alan. Ia memeluk wanita itu dengan erat namun hanya dibalas dengan anggukan kepala.
"Sekarang makan ya ?" Ia mengambil sendok dan mulai menyuapi nya ke mulut Helena.
"Ini udah sebulan berlalu, lo mau gini terus ? Jangan nyerah Hel, jalan lo masih panjang "
"Iya " jawaban wanita itu masih saja sama seperti awal. Ia hanya menjawab iya tanpa kata apapun lagi yang keluar dari bibir nya."Helena " sahut Cana yang baru saja masuk dari luar. "Eh tante " Alan bangkit dari duduk nya dan mempersilahkan Cana duduk.
"Jangan nangis terus, Levan juga gak suka liat kamu tersiksa gini "
"You too mom "Semua terdiam meratapi nasib yang begitu sial menimpa mereka. Cana menatap Alan bermaksud -ayuk keluar -.
Ia pun berjalan keluar diikuti Alan dibelakang nya.
Setelah sampai di luar kamar Cana menghentikkan jalan nya dan menggenggam tangan Alan.
"Tante mewakilkan keluarga ingin bilang makasih sebanyak-banyak nya ya udah jaga Helena disaat keadaan dia kayak gini. Dan, gini Al, tante sama Om pengen di tugasin keluar kota, bersama mama papa nya Ara, gapapa kalo Alan jaga Helena selama 2 tahun ?" Alan membelalakan mata nya tak lama setelah itu ia tersenyum lembut.
"Gapapa tan... aku bakal jaga Helena "
"Kamu pindah aja kesini ya ? Mau ?"Alan terdiam untuk sementara, tidak mungkin dia tinggal disini sedangkan ada adik nya yang harus ia rawat.
"Maaf Tante, aku gak bisa pindah kesini, tapi aku janji akan ada buat Helena kapanpun, bahkan setiap hari aku akan kesini buat nemuin Helena, berangkat sekolah, pulang sekolah, aku bakal anter dia " ia mengucapkan nya dengan tegas.
Membuat Cana tersenyum dan yakin akan janji Alan barusan. "Yasudah terimakasih. Kalau begitu kami jalan ya "
"T-tapi tante, Helena udah tau tentang ini ?"
"Kamu tenang aja, kalo soal ini dia udah tau kok " Cana berjalan menuruni anak tangga dan melambaikan tangan nya.Sementara Alan hanya tersenyum dan kembali masuk ke dalam kamar Helena.
"Mama papa udah pergi ?" Tanya Helena dengan nada datar. Wanita itu melihat ke arah Alan dengan tatapan kosong nya.
"Iya udah, dia titipin lo ke gua " Helena hanya memejamkan mata nya sebentar lalu melihat keluar jendela.
"Mau jalan-jalan keluar ? Lo udah sebulan juga kan gak sekolah apalagi keluar kamar " ia mengangguk lalu menurunkan kaki nya perlahan ke ubin.
"Sini gua gendong " mata wanita itu kembali sinis menatap nya. "Gue itu cuma depresi bukan lumpuh " ketus nya.
Alan terkekeh tak menyangka Helena akan kembali lagi seperti biasa nya.
"Yaudah bantuin "Helena menggenggam tangan Alan dan mengikuti nya berjalan keluar.Saat sudah sampai di ruang keluarga dan duduk sembari memakan buah yang Bi Sumi sediakan, benda pipih milik Alan berbunyi menandakan ada telfon masuk.
"Kenapa Zain ?" Tanya Alan di telfon.
"Lo masih dirumah nya Helena ?, kita mau kesana nih, sama Ara juga "
Alan tersenyum sembari melihat ke arah Helena yang sedang melahap buahnya.
"Yaudah sini, "
"Oke "
Baru saja ia mematikan HP nya bel rumah pun berbunyi dan terdengar suara ribut dari luar. Dan benar saja itu adalah sahabat nya.
Alan menatap bingung sembari mengerutkan dahi nya "jadi pas lo telfon itu udah disini ?"
"Iyaa " jawabnya diakhiri tawa. "Gimana sih kutu kupret " ledek Alan sembari berjalan masuk.
Leo, Zain, Dava, dan Ara pun kaget melihat keadaan Helena yang sudah membaik, senyum pun terpampar dari wajah mereka masing-masing.
"Helenaaa, " Ara berlari menghampiri Helena dan memeluk nya erat, wanita yang dipeluk hanya diam tidak memalingkan wajah nya dari TV.
"Hel ? Kita disini buat lo " timpal Dava yang mulai duduk disamping Helena.
"Kalian pulang aja, " jawaban senonoh Helena membuat yang lain nya menjadi diam tak berkutik.
"Hel, gak boleh gitu, mereka ini kan temen lo juga " sahut Alan.
"Gak bercanda " suasana kembali ramai setelah itu.
Dava terus menerus berusaha mengajak ngobrol Helena sampai ia berhasil membuat nya tersenyum, namun tidak ada yang keluar dari bibir nya.
Wanita itu bagai ditusuk beribu-ribu tombak semenjak kepergian kakak nya, ia lupa bagaimana cara nya bahagia, apalagi tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Avenue Of Approach
Teen Fiction[COMPLETED] Kamu tidak mengerti apa yang terjadi, Karna itu kamu bisa kembali, Tapi aku yang merasakan, Bukan kamu yang hanya memikirkan, Perasaan tidak lah sama dengan pemikirian, Karna itu yang membuat ku berbeda niatan dengan mu, Kamu membuat ku...