Bagian 10 : Jenguk

927 59 3
                                    

Zain dan Leo membeli bucket bunga yang disuruh oleh Alan karna ia akan lebih telat datang. Mereka berdua berjalan masuk dan melihat-lihat bunga yang pantas untuk Helena.

Namun seketika ide cemerlang muncul diotak kedua nya "gimana kalo kita beli juga ? Buat Helena ? Kali aja kan dia suka " ucap Zain pada Leo yang sibuk menatap layar HP nya.

"Iya ya ? Yuk beli juga deh "
"Pake uang Alan juga ?" Lanjut Leo yang dijawab anggukan kepala oleh Zain.

Mereka memilih bunga berwarna pink, sementara warna netral dari bunga mawar untuk Alan.

"Buat pacar nya ya mas ?" Tanya penjaga toko yang kini sedang mengemas bunga mereka kedalam kotak.

"Calon mbak, buat calon pacar " jawab Leo diakhir tawa.

"Enak aja, pacar gue ya " Zain yang tidak terima Helena di jadikan hak milik nya pun marah.

***

"Cempet sembuh ya Hel, " Levan mengelus rambut Helena dan pergi keluar kamar untuk membukakan pintu.

"Ngapain lo pada dateng ? Pulang sana pulang, gak menerima tamu " ledek Levan. Sementara raut wajah mereka menjadi suram dan menyelonong masuk ke dalam rumah nya.

"Ngapain pada bawa bunga ? Gak ada kuburan disini " mereka masih celingak celinguk kebingungan mencari keberadaan Helena.

"Adek lo dimana Van ? " tanya Leo.
"Dikamar nya lah " ia mengerutkan kening nya dan kembali bertanya "Alan mana ? Tumben gak ikut " tanya Levan.

"Dia telat dikit katanya "

"Permisi, mau dibuatkan apa ?" Tanya Bi Sumi.
"Air putih aja Bi " jawab Levan senonoh. Kedua teman nya melirik Levan dengan sinis.

"Helena ! Hel ! " panggil Dava dari luar rumah sembari memencet bel.

"Siapa ? " tanya Levan setelah membukakan pintu.

"A-ah gue temen nya Helena kak, yang bawa dia ke UKS kemarin " Leo dan Zain yang berada di depan pintu pun saling menautkan alis nya bingung.

"Ohh, jadi lo yang bawa dia ke UKS " Dava mengangguk.

"Yaudah masuk, tapi Helena lagi istirahat gak bisa diganggu, kalo ada apa-apa kasih gue aja, biar gue yang ngasih ke dia, kalo gak ada lo boleh pergi " ucap Levan dengan nada sarkatis.

"Atau lo mau nunggu Helena disini sampe bangun ? Tenang aja, paling bentar lagi dia bangun " lanjut Levan yang membuat Dava tersenyum lebar.

Meski detak jantung nya kini tak biasa karna harus berhadapan apalagi mengobrol dengan anak pemilik sekolah yang famous.

Tidak hanya Levan, tapi semua teman jadi kecipratan gosip-gosip di sekolah nya.

"Gue keatas dulu, mau naruh bunga, sini bunga nya " Levan berjalan menaiki anak tangga dan masuk kedalam kamar Helena.

Lelaki itu menghembuskan nafas lega dan tersenyum, beruntung kalau ia mempunyai teman yang peduli pada Helena, tak hanya pada diri nya saja.

"Lagi pada ngomongin apa ?" Tanya Levan yang sudah berada didepan mereka sembari membawa nampan berisi beberapa cemilan.

"Dimana Helena ?" Tanya Alan yang berhasil mengejutkan Levan. Ia tidak melihat Alan dari tadi, bahkan saat menuruni anak tangga.

Helena menguap lebar dan merenggangkan tangan nya ke atas. Setelah itu kening nya mulai mengkerut dan menatap bingung ke arah 3 bucket bunga yang ada di lantai nya.

Ia mengambil satu persatu dan menaruh nya di atas kasur, setelah itu ia hanya memperhatikan sembari mendekapkan tangan nya.

"Kak, itu bunga dari siapa ? Ada 3 lagi, emang ada yang dateng ?" Tanya Helena sembari menuruni tangga.

Mata nya berkeliling mencari keberadaan Levan. "Kak !" Ucap nya sembari mengucek kedua mata.

"Hel, udah bangun ?" Tanya Alan. Wanita itu langsung melepaskan tangan nya dan melihat beberapa lelaki yang sudah dikenal nya berkumpul di ruang tamu.

Mata nya membelalak diikuti mulut nya yang terbuka lebar. Dengan keadaan kucel seperti sekarang, bagaimana bisa mereka melihat nya seperti ini.

Rambut yang diikat asal, baju yang berantakan, dan lagi ia memakai boxer milik Levan yang menyangsang dilemari nya.

"Loh Hel ? Kok diem aja ?" Tanya Dava bingung. Ia menghampiri Helena dan tersenyum lebar. Sementara ketiga orang yang sedang duduk itu menatap nya intens.

Avenue Of ApproachTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang