Bagian 40 : Memilih

760 42 0
                                    

Helena menghembuskan nafas panjang lalu menarik tangan nya kasar dari genggaman Alan. Ia masih menatap Alan intens sembari berusaha membuka pintu mobil yang dikunci.

"Apa lagi sih Lan ? Udah jelas kan semua nya ?" Ungkap Helena dengan kesal.

"Gua pengen nanya satu hal, perasaan lo bener-bener udah nyaman pacaran sama Kennan ? " Helena menelan saliva nya dengan susah lalu menatap lurus ke arah jalanan.

"Iya, gue udah cukup nyaman sama Kennan, dimana perasaan gue itu terbalas, "

"Lo bener sayang sama Kennan ?" Helena menganggukan kepala nya pelan.

"Jadi, gua kehilangan dua orang, pertama Vela sebagai sahabat, dan yang kedua elo "

"S-sebagai ?" Gumam Helena pelan namun Alan mendengar nya. Ia terkekeh dan medekati kuping Helena.

"Pendamping hidup " bisik nya. Helena tersentak kaget lalu melihat ke arah Alan.

Kini wajah mereka hanya berjarak beberapa jengkal saja. Helena langsung membuang muka ke arah jendela dan mengelap keringat yang menetes di dahi nya.

"Kalo semua udah jelas, gue pengen pulang, kasian yang lain nungguin "ucap Helena.

***

Ia mendengus kesal karena Vela telah berbohong pada nya selama ini. Perasaan yang tersakiti dan dianggap tidak berbalas ternyata hanya dijadikan mainan semata oleh Vela.

Ia menggebrak meja lalu menendang kursi yang ada didepan nya. Tangan nya mengepal erat.

"Kak Alan " panggil Alluka yang datang dari arah pintu. Alan mengubah ekspresi nya menjadi tersenyum walau dipaksakan.

"Kenapa dek ?" Alluka mengerutkan kening nya bingung dan mendekati Alan.

"Kak Alan kenapa ? Lagi mikirin ka Vela atau Ka Helena ?" Pertanyaan yang Alluka lontarkan membuat Alan sedikit bingung.

Lalu ia bertanya pada diri nya sendiri, ia sangat menyayangkan kepergian Helena atau justru Vela ?.

"Kakak cuma lagi mikirin tugas kuliahan aja kok " ia mengelus puncak kepala Alluka dan mengecup nya sekilas.

"Alluka belajar lagi aja ya di kamar, biar tambah pinter " Alluka mengangguk lalu meninggalkan Alan sendirian.

Ia duduk dipinggir kasur dan menatap ke arah dinding-dinding langit nya. Sudah telat bagi nya untuk mengungkapkan perasaan ke Helena.

Perasaan yang sudah lama terpendam, ia hanya takut untuk mengetahui nya. Alan tidak menyukai Vela, melainkan Helena yang datang dan membuat hati nya seketika melupakan perasaan sakit tak berbalas dari Vela.

Itu yang dirasakan Helena dari dulu hingga saat ini. Alan berbaring lalu menyalakan TV.

***

"Kennan ih " gerutu nya pada Kennan yang terus mengganggu ia untuk membaca buku.

Sementara Dava dan Ara kini duduk di kursi ruang tengah membiarkan kedua pasangan menghabiskan waktu bersama.

"Lagian baca buku terus, " ia mengambil buku yang ada di tangan Helena dan menutup nya. Cewek itu kini menatap Kennan sebal karna sifat nya yang manja dan ingin diperhatikan.

"Aku tuh besok ulangan, kamu denger gak sih dari tadi aku bilang ? Nanti kalo nilai aku jelek gimana ?" Ia berusaha mengambil kembali buku yang di genggam Kennan.

Ia menghentikkan kegiatan nya dan memilih untuk diam sembari memakan cemilan didepan nya.

"Ini kan masih hari jumat, lagian juga masih jam 5 sore, besok bisa belajar lagi " manja nya. Ia memeluk lengan Helena, namun dengan cepat wanita itu memukul tangan Kennan pelan.

"Kennannn, kamu kelas berapa ?"tanya Helena.

"Kelas 12 lah, kok nanya sih "

"Yaudah lepasss, Kennann ihh "

Kennan mencubit hidung Helena gemas dan menatap nya hangat. Entah mengapa mereka berdua tertawa bersama hanya karna bertatapan satu sama lain.

"Kamu beda banget ya kalo lagi disekolah sama dirumah "ucap Helena.

"Beda apanya ?"
"Sifat nya, kamu kalo disekolah sok tegas, sok cool, sok lah pokok nya " Helena merubah posisi duduk nya menjadi berhadapan dengan Kennan.

Dengan sigap Kennan langsung memeluk cewek itu erat dan menghirup wangi rambut nya.

Avenue Of ApproachTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang