Jaehyun dengan sabar menunggu makan siangnya tiba seperti kemarin.
Itu tidak lama sebelum Taeyong datang. Terlihat lebih muda dan cerah mengenakan t-shirt merah dan celana selutut.
"Halo Taeyong," sapa Jaehyun, bergerak dari kursinya.
"Tuan," balas Taeyong, matanya masih terpaku pada lantai.
Tidak tahu kenapa, dia selalu merasa malu jika harus memandang Jaehyun langsung. Mungkin, itu karena sebelumnya mereka selalu bertemu di situasi yang canggung? Pertama di supermarket dan kedua saat makan malam waktu itu.
"Letakkan saja itu di sana." Jaehyun berkata sambil menunjuk ke meja di hadapan sofa.
Taeyong perlahan-lahan bergerak ke sana, meletaskan tas bekal yang dibawanya.
"Kau harus pergi, kan?" Jaehyun bertanya meskipun dia sudah tahu jawaban apa yang akan didapatnya.
"Err... tidak, tuan," Taeyong tergagap.
Dia tidak tahu bagaimana cara memberitahu Jaehyun jika dia diperintahkan bibinya untuk langsung mengambil kembali bekas tempat makan yang dibawanya. Agar tidak merepotkan Jaehyun yang harus mengembalikannya sendiri seperti kemarin lewat Yoojin.
"Saya... saya akan menunggu sampai tuan selesai makan."
"Benarkah?" tanya Jaehyun, berusaha terdengar tenang.
Taeyong mengangguk.
"Baiklah kalau begitu."
Jaehyun tersenyum. Dia tidak tahu kenapa dia begitu senang mendengar itu. Taeyong bahkan tidak mau sekedar menatapnya. Entah akan secanggung apa itu nanti. Tapi setidaknya Jaehyun harus mencoba membuat suasana yang bersahabat.
"Duduklah."
"Eh... Heum... tidak perlu repot-repot tuan. Saya bisa menunggu di luar."
Taeyong selalu merasa tidak nyaman berada di sekitar orang-orang kaya. Karena mereka membuatnya merasa kecil dan terintimidasi. Mungkin ini akibat perlakuan yang didapat Taeyong dari keluarga pamannya? Tapi dalam benaknya Taeyong selalu menganggap semua orang kaya itu sama. Jenis orang yang-
"Aku tidak bisa membiarkan itu," kata Jaehyun, bangun untuk mempersilahkannya duduk di sofa.
Taeyong tidak suka sikap Jaehyun yang bersikeras memaksanya secara tidak langsung untuk duduk, tapi dia harus menurut.
Taeyong mengangkat wajahnya untuk menatap wajah tampan Jaehyun. Tapi dia tidak bisa menatap lebih lama karena tidak ingin dicurigai apapun.
"Terima kasih..."
Tayong duduk di sisi paling ujung sambil memainkan jarinya saat Jaehyun mulai membongkar isi tas. Seperti kemarin, Taeyong berharap Jaehyun bisa menikmati makanan yang sudah dia siapkan.
"Wow!"
Jaehyun cukup terkejut saat melihat satu set menu makan siang sehat lengkap dengan bulgogi, sayur-sayuran, dan potongan buah mangga sebagai pencuci mulut -tertata indah di dalam wadah berbeda. Dilengkapi jus jeruk seperti kemarin. Dia tidak sabar menghabiskan itu semua.
Jaehyun mengambil satu suapan. Benar-benar lezat.
"Ini enak sekali," kata Jaehyun, mengambil suapan besar lain. Dia menatap Taeyong yang masih bermain dengan jari-jarinya. "Darimana kau belajar membuatnya?"
Taeyong tidak tahu harus menjawab apa. Tapi diam saja bukanlah hal yang sopan. Mengabaikan orang kaya dan berkuasa seperti Jung Jaehyun bukanlah pilihan bijak.
"Saat sekolah dulu saya sempat mengikuti klub memasak, tuan. Selain itu saya juga belajar banyak ibu saya dan buku resep miliknya."
Taeyong tidak percaya bisa mengatakan itu dengan penuh percaya diri. Dia mengangkat wajahnya untuk melihat Jaehyun -yang sedang makan siang sambil tersenyum bahagia seperti layaknya anak kecil. Taeyong senang, tapi kemudian menunduk lagi.

KAMU SEDANG MEMBACA
In The Name of Love [on hold]
FanfictionKau membawa kembali kehidupan, kebahagiaan, dan harapan dalam sebuah janji. In the name of love. ⚪Jaeyong - NCT ⚪Yaoi / BxB ⚪Original Character