6%

8.2K 1.2K 125
                                        

Bagi Jaehyun hari berikutnya tidak berjalan baik sama sekali.

Jaehyun sudah berusaha sekeras yang dia bisa untuk berbicara normal dengan Taeyong -tapi tetap saja merasa selalu melakukan kesalahan. Selain itu setelah Taeyong pergi, dirinya akan langsung merasa kosong dan merindukannya. Itu terus terjadi untuk dua-tiga minggu kemudian.

Sekarang, hanya tinggal seminggu 4 hari lagi tersisa sampai hari pernikahannya. Padahal cintanya pada sang tunangan sudah berkurang drastis sejak ia mulai menghabiskan lebih banyak waktu dengan Taeyong.

Makanannya yang lezat. Kehadirannya yang selalu dia nanti. Tingkah laku sopan dan polos -terkesan lucu dan menggemaskan dengan caranya sendiri di mata Jaehyun. Juga senyum dan tawanya yang manis.

Jaehyun tidak bisa menahannya. Dia tidak bisa menyangkal fakta bahwa ia tertarik pada Lee Taeyong, sesuatu yang telah lama tidak dia rasakan pada Yoojin –calon suaminya.

Terlebih yang membuat Jaehyun terkejut adalah untuk satu minggu terakhir dia terus memimpikan Taeyong –memeluknya, menciumnya, melakukan segala hal yang dilakukan pasangan normal yang bahagia dan saling mencintai dengannya.

Jaehyun seharusnya bermimpi tentang Yoojin. Pria itu yang akan dia nikahi, kan? Segala sesuatunya harus tentang Lee Yoojin, bukan Lee Taeyong.

Jikapun kesempatan itu ada, Jung Minah- Ibunya- sudah pasti tidak akan mengizinkan seseorang seperti Taeyong untuk masuk ke dalam rumahnya, apalagi sebagai menantunya, tidak akan pernah.

"Aku bisa gila!"

Jaehyun harus berbicara pada seseorang tentang bagaimana perasaannya saat ini, tapi dia tidak tahu siapa yang bisa dia percaya.

Intensitas pertemuannya dengan Yoojin berjalan seperti biasa -mereka masih sering melakukan seks dan beberapa kali pergi bersama untuk mengurus keperluan pernikahan mereka.

Sementara itu Taeyong- dia sudah lebih terbuka. Jauh lebih riang dari sebelumnya.

Ini tidak rasional, tapi setidaknya sebelum ia menikah, Jaehyun berhasil melakukan suatu pencapaian yang bisa membuatnya bahagia dan berbangga hati.

Tetapi masalahnya dia juga tidak bisa berdusta jika dia mulai tak bisa fokus. Otaknya akan blank setiap kali Taeyong ada di sekitarnya.

Mungkinkah berteman dengan Taeyong adalah keputusan yang terlalu keliru dan ceroboh?

Perut adalah salah satu jalan menuju hati seorang pria.

Lee Taeyong sepertinya telah berhasil membuktikan pepatah itu. Makanan buatannya –yang sangat lezat dan Jaehyun sukai- tanpa disadari telah membentuk satu tempat khusus di hati, jiwa dan pikiran Jaehyun.

Dia benar-benar harus melakukan sesuatu sebelum menjadi gila sungguhan.

"AGH! SIAL!"

Jaehyun akan segera menikah. Pernikahan megah yang akan menjadi pembicaraan dan sorotan khalayak ramai –terimakasih pada ibunya. Jadi mana mungkin dia mengacaukannya? Iya kan?

Kesempatannya untuk bersama Taeyong, sayangnya, sudah sangatlah mustahil saat ini.

"Seandainya... seandainya saja aku bertemu denganmu lebih cepat, Taeyongie."

~

Taeyong perlahan membuka keran, siap mencuci peralatan makan yang telah selesai digunakan untuk makan malam. Bahkan setelah air mengalir, dia tanpa sadar hanya melamun.

Bingung dan takut. Dia merasakan dua perasaan itu di saat yang sama.

Bingung karena seminggu lalu dia dengan lancangnya telah berani memimpikan hidup bahagia bersama seorang Jung Jaehyun. Dan takut karena semakin dia mencoba berhenti berpikiran tentang hal itu, justru semakin Taeyong menyadari perasaannya pada Jaehyun-hyungnya.

In The Name of Love [on hold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang